Resume Makalah Manajemen Pendidikan

MAKALAH RESUME: MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN DAN KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari bahasa latin, manus (tangan) dan agere (melakukan). Kedua kata ini digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dalam kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Terminologi manajemen ini memiliki pengertian yang luas yaitu sebagai proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota utnuk mencapai tuujuan organisasi secara efektif dan efesien.

Menurut Harold Koontz dan Cyril O’donnel, Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian. Sedangkan menurut R. Terry menjelaskan bahwa manajemen itu merupakan suatu proses, khas yang terdiri tinndakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber yang lainnya.

Sementara itu Mamduh mendefinisikan Manajemen sebagai “sebuah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumberdaya organisasi”.

Dengan demikian istilah manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efesien dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh para manajer.

2. Pengertian Pendidikan
Education di dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan, untuk dituntut agar tumbuh dan berkembang. Di dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “tarbiyah”, berasal dari kata “raba-yarbu” yang berarti mengembang, tumbuh.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu diberikan awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.

Menurut UU RI No. 2 Tahun 1989, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.


3. Pengertian Manajemen Pendidikan
Secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Berikut ini merupakan defenisi manajemen pendidikan dari beberapa ahli:
  • Made Pidarta, (1988:4): Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya
  • Biro Perencanaan Depdikbud, (1993:4): Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, peng-organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan
  • Engkoswara (2001:2): Manajemen pendidikan ialah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.
Dengan memperhatikan pengertian di atas nampak bahwa manajemen pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu bentuk penerapan manajemen atau administrasi dalam mengelola, mengatur dan mengalokasikan sumber daya yang terdapat dalam dunia pendidikan, fungsi administrasi pendidikan merupakan alat untuk mengintegrasikan peranan seluruh sumberdaya guna tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu konteks sosial tertentu, ini berarti bahwa bidang-bidang yang dikelola mempunyai kekhususan yang berbeda dari manajemen dalam bidang lain.

Dalam dunia pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih manajeman sebagai aktivitas agar seorang kepala sekolah bisa berperan sebagai administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar.

B. SEJARAH DAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir.

Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.

Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.

Daniel Wren dan Arthur Bedeian (2009) di dalam bukunya The Evolution of Management Thought, telah membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.

a. Pemikiran Awal
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.

b. Era Ilmiah
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry Towne, Frederick Winslow Taylor, Frederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.

c. Era Manusia Sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.

d. Era Moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).

2. Teori Manajemen Pendidikan
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang disusun secara sistematis. Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-fenomena yang ada.

Adapaun teori-teori yang mendukung Manajemen Pendidikan yaitu :

1. Teori Klasik
Teori klasik berasumsi bahwa pekerja atau manusia itu bersifat rasional, berpikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Sasaran pada pendekatan ini adalah kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan. Selanjutnya Prinsip Studi Waktu dipelopori oleh Gilbreth menyatakan bahwa semua usaha yang produktif diukur dengan studi waktu secara teliti. Berdasarkan studi waktu muncul Prinsip Hasil Upah yaitu upah diberikan harus sesuai dengan hasil yang besarnya ditentukan dari studi waktu.

Pelopor klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang menyatakan ada 5 pedoman manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkordinasian, dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol: (1) kesatuan komando, (2) wewenang harus didelegasikan, (3) inisiatif harus dimiliki seorang manajer, (4) adanya solidaritas kelompok.

2. Teori neo klasik
Teori ini muncul karena pada manajer terdapat kelemahan dengan teori klasik. Teori ini berasumsi bahwa manusia itu makhluk social dengan mengaktualisasikan dirinya. Para tokoh aliran ini menyatakan hakikat organisasi adalah kerjasama, manajemen dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja dijaga dengan baik.

3. Teori modern
Pendekatan ini didasarkan hal-hal yang bersifat situasional. Asumsi yang dipakai adalah bahwa orang itu berlainan dan berubah, baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya sesuai dengan lingkungan. Manajemen dipandang sebagai suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa organisasi merupakan system terbuka dan tujuan organisasi mempunyai kebergantungan.

Teori modern mempunyai pandangan bahwa organisasi itu terbuka dan kompleks. Analisi sistem, rancangan sistem, dan manajemen member petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan sistem merupakan tiga unsure pokok yang berusaha mengenal esensi keterpaduan berbagai unsur dalam memecahkan masalah yang sifatnya kompleks, termasuk pendidikan.


C. FALSAFAH DAN PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Falsafah Manajemen
Setiap jenis pegetahuan termasuk pengetahuan manjemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi),bagaiman (epistimologi),dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut disusun. ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem).

Di dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a boody of related knowladge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.. ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi berbagai masalah organisaiberdasarkan pendekatan yang intelegen.

Kajian filsafat dan teori manajemen pendidikan merupakan bagian yang memberikan arah dan pandangan bagaiman seorang administrator pendidikan menjalankan tugasnya dengan didasari oleh nilai-nilai kebenaran baik pada tataran praktis ataupun teoritis.

2. Prinsip-Prinsip Manajemen
Henry Fayol mengemukakan prinsip-prinsip manajemen yang dibagi menjadi 14 bagian, yaitu :

  1. Division of work : Merupakan sifat alamiah, yang terlihat pada setiap masyarakat. Bila masyarakat berkembang maka bertambah pula organisasi-organisasi baru menggantikan organisasi-organisasi lama. Tujuan daripada pembagian kerja adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik dengan usaha yang sama.
  2. Authority and Responsibility : Authority (wewenang) adalah hak memberi instruksi-instruksi dan kekuasaan meminta kepatuhan. Responsibility atau tanggung jawab adalah tugas dan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seseorang pejabat dan agar dapat dilaksanakan, authority (wewenang) harus diberikan kepadanya.
  3. Discipline : Hakekat daripada kepatuhan adalah disiplin yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pemimpin dengan para pekerja, baik persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan-kebiasaan.
  4. Unity of command : Untuk setiap tindakan, seorang pegawai harus menerima instruksi-instruksi dari seorang atasan saja. Bila hal ini dilanggar, wewenang (authority) berarti dikurangi, disiplin terancam, keteraturan terganggu dan stabilitas mengalami cobaan, seseorang tidak akan melaksanakan instruksi yang sifatnya dualistis.
  5. Unity of direction : Prinsip ini dapat dijabarkan sebagai : “one head and one plan for a group of activities having the same objective”, yang merupakan persyaratan penting untuk kesatuan tindakan, koordinasi dan kekuatan dan memfokuskan usaha.
  6. Subordination of individual interest to general interest : Dalam sebuah perusahaan kepentingan seorang pegawai tidak boleh di atas kepentingan perusahaan, bahwa kepentingan rumah tangga harus lebih dahulu daripada kepentingan anggota-anggotanya dan bahwa kepentingan negara harus didahulukan dari kepentingan warga negara dan kepentingan kelompok masyarakat.
  7. Remuneration of Personnel : Gaji daripada pegawai adalah harga daripada layanan yang diberikan dan harus adil. Tingkat gaji dipengaruhi oleh biaya hidup, permintaan dan penawaran tenaga kerja. Di samping itu agar pemimpin memperhatikan kesejahteraan pegawai baik dalam pekerjaan maupun luar pekerjaan.
  8. Centralization : Masalah sentralisasi atau disentralisasi adalah masalah pembagian kekuasaan, pada suatu organisasi kecil sentralisasi dapat diterapkan, akan tetapi pada organisasi besar harus diterapkan disentralisasi.
  9. Scalar chain : Scalar chain (rantai skalar) adalah rantai daripada atasan bermula dari authority terakhir hingga pada tingkat terendah.
  10. Order : Untuk ketertiban manusia ada formula yang harus dipegang yaitu, suatu tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya masing-masing.
  11. Equity : Untuk merangsang pegawai melaksanakan tugasnya dengan kesungguhan dan kesetiaan, mereka harus diperlakukan dengan ramah dan keadilan. Kombinasi dan keramahtamahan dan keadilan menghasilkan equity.
  12. Stability Of Tonure Of Personnel : Seorang pegawai membutuhkan waktu agar biasa pada suatu pekerjaan baru dan agar berhasil dalam mengerjakannya dengan baik.
  13. Initiative : Memikirkan sebuah rencana dan meyakinkan keberhasilannya merupakan pengalaman yang memuaskan bagi seseorang. Kesanggupan bagi berfikir ini dan kemampuan melaksanakan adalah apa yang disebut inisiatif.
  14. Ecsprit de Corps : “Persatuan adalah kekuatan”. Para pemimpin perusahaan harus berbuat banyak untuk merealisir pembahasan itu.
Adapun hubungan antara fungsi-fungsi manajemen antara yang satu dengan lain adalah saling kait mengaitkan. Dengan kata lain saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti, organizing dan staffing, merupakan 2 fungsi manajemen yang erat hubungannya yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, dan staffing berhubungan dengan penetapan orang-orang yang akan memangku masing-masing jabatan yang ada dalam organisasi tersebut.

Meskipun demikian, fungsi perencanaan merupakan landasan fungsi manajemen yang lain dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya perencanaan, begitu pula sebaliknya.

D. FUNGSI DAN PRAKTEK MANAJERIAL PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN

Di antara fungsi-fungsi manajemen pendidikan adalah sebagai Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (organizing), Kepemimpinan (Leadership), dan Pengawasan (Controlling). Fungsi manajemen pendidikan secara detail akan dibahas sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada setiap organisasi. Karena itu, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja (perforemance) satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan dicapai dengan membuat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para manajer di setiap level manajemen.

2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana organisasi. Pengorganisasian ialah suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengorganisasian itu berfungsi untuk membagi kerja terhadap berbagai bidang, menetapkan kewenangan dan pengkoordinasian kegiatan bidang yang berbeda untuk menjamin tercapainya tujuan dan mengurangi konflik yang terjadi dalam organisasi.

3. Kepemimpinan (Leadership)
Dalam konteks manajemen, para manajer organisasi adalah pemimpin manajerial yang menjalankan kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.

Sebagai suatu proses mempengaruhi, maka kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi seseorang sehingga mau melakukan pekerjaan dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan itu terdiri dari adanya pemimpin, yang dipimpin (anggota) dan situasi saling memerlukan satu sama lain.

4. Pengawasan (Controlling)
Sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Pengawasan (controlling) merupakan proses pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan sumber daya materi akan mendukung terwujudnya tujuan organisasi. Proses pengawasan yang akan menjamin standar bagi pencapaian tujuan. Pengawasan merupakan usaha yang sistematis dalam menentukan apa yang telah dicapai yang mengarah kepada penilaian kinerja dan pentingnya mengkoreksi atau mengukur kinerja yang didasarkan pada rencana-rencana yang ditetapkan sebelumnya.

E. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN (BUDGET)
1. Pembiayaan atau Budget
Manajemen Budgetting (manajemen anggaran keuangan) dalam konsep Islam ini bisa diartikan suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan mengerakkan tenaga orang lain, dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolahan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Kegiatan tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.

Istilah manajemen keuangan berkembang seiring perkembangan fungsi-fungsi yang lain, seperti manajemen pemasaran, manajemen produksi, dan manajemen sumber daya manusia. Ada yang menyebut manajemen keuangan sebagai pembelanjaan karena materi yang dikaji pada intinya merupakan aktivitas pembelanjaan perusahaan. Ada lagi yang menyebut sebagai administrasi keuangan. karena administrasi identik dengan manajemen.

Pada prinsipnya, manajemen keuangan memiliki fungsi dasar yaitu menghimpun dana dan mendistribusikannya untuk menopang semua kegiatan sehingga tujuan organisasi tercapai dengan efektif dan efesien.

Dana yang telah terhimpun perlu didistribusikan secara efektif dan efisien ke seluruh bagian dalam suatu organisasi. Alokasi dana ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi pengeluaran operasional atau pendapatan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran operasional merupakan semua pengeluaran yang dilakukan untuk semua kegiatan yang mendukung proses kegiatan, penyusutan aktiva tetap, dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran modal merupakan semua pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai barang modal (aktiva tetap).

Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu financial planning, implementation, and evaluation. (Jones : 1985) mengemukakan perencanaan finansial yang disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa menyebebkan efek samping yang merugikan. Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.

2. Komponen dan Prinsip Budgeting
Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
  1. prosedur anggaran
  2. prosedur akutansi keuangan
  3. pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian,
  4. prosedur investasi, dan
  5. prosedur pemeriksaan.
Dalam pelaksanaannya manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otosirator, ordonator dan bendaharawan. Otosirator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwewenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyiapan dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.

Dari beberapa paparan tentang konsepsi manajemen anggaran keuangan (manajemen budget), maka dapat diketahui, guna dari pembiayaan-pembiayaan di dalam pendidikan yang telah disusun dengan rapi bertujuan kita supaya menggunakan dana keuangan yang ada sehemat, seefektif dan seefisien mungkin serta tepat guna. Berkaitan dengan penggunaan anggaran dan pengelolaan pendanaan dalam pembiayaan pendidikan ini, maka dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip manajemen budgeting adalah sebagai berikut :
  1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan tekhnis yang diisyaratkan oleh suatu lembaga pendidikan
  2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program atau kegiatan

F. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

Peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan peluang untuk mengelolah dalam proses koordinasi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidika . Konsep pemikiran tersebut telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu yang berbasis sekolah. Pendekatan inilah yang dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality management/school based quality improvement).

Konsep peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah muncul dalam kerangka pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada hakekatnya MBS akan membawa kemajuan dalam dua area yang saling tergantung, yaitu, pertama, kemajuan program pendidikan dan pelayanan kepada siswa-orang tua, siswa dan masyarakat. Kedua, kualitas lingkungan kerja untuk semua anggota organisasi. Wohlstetter dalam Nurkhalis memberikan panduan yang komprehensif sebagai elemen kunci reformasi MBS yang terdiri dari atas:
  1. menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan,
  2. menciptakan fokus tujuan nasional yang memerlukan perbaikan,
  3. adanya panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada sekolah,
  4. tingkat kepemimpinan yang kuat dan dukungan politik serta dukungan kepemimpinan dari atas,
  5. pembagunan kelembagaan (capacity building) melalui pelatihan dan dukungan kepada kepala sekolah, para guru, dan anggota dewan sekolah,
  6. adanya keadilan dalam pendanaan atau pembiayaan pendidikan.
Di dalam MBS ada beberapa pihak yang berperan, Pihak-pihak yang dimaksud dalam manajemen berbasis sekolah adalah:

1. Peran Kantor Pendidikan Pusat dan Daerah
Peran dan fungsi Departemen Pendidikan di Indonesia di era otonomi daerah sesuai dengan PP No.25 thn 2000 menyebutkan bahwa tugas pemerintah pusat antara lain menetapkan standar kompetensi siswa dan warga, peraturan kurikulum nasional dan system penilaian hasil belajar, penetapan pedoman pelaksanaan pendidikan, penetapan pedoman pembiayaan pendidikan, penetapan persyaratan, perpindahan, sertifikasi siswa, warga belajar dan mahasiswa, menjaga kelangsungan proses pendidikan yang bermutu, menjaga kesetaraan mutu antara daerah kabupaten/kota dan antara daerah provinsi agar tidak terjadi kesenjangan yang mencolok, menjaga keberlangsungan pembentunkan budi pekerti, semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme melalui program pendidikan.

2. Peran Dewan Sekolah dan Pengawas Sekolah
Dewan sekolah (komite sekolah) memiliki peran: menetapkan kebijakan-kebijakan yang lebih luas, menyatukan dan memperjelas visi baik untuk pemerintah daerah dan sekolah itu sendiri, menentukan kebijakan sekolah, visi dan misi sekolah dengan mengacu kepada ketentuan nasional dan daerah, menganalisis kebijakan pendidikan, melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat, menyatukan seluruh komponen sekolah. Pengawas sekolah berperan sebagai fasilitator antara kebijakan pemda kepada masing-masing sekolah antara lain menjelaskan tujuan akademik dan anggarannya serta memberikan bantuan teknis ketika sekolah menghadapi masalah dalam menerjemahkan visi pemda. Mereka memberikan kesempatan untuk mengembangkan profesionalisme staf sekolah, melakukan eksperimen metode pengajaran, dan menciptakan jalur komunikasi antara sekolah dan staf pemda.

3. Peran Kepala Sekolah
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, maka ia harus mampu membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.

Kepala sekolah/madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anaknya. Kepala sekolah sebagai seorang pendidik, administrator, leader, dan supervisor, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga pendidikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa depan.

Dalam aplikasinya ada beberapa tugas pemimpin sekolah atau biasa disebut dengan kepala sekolah yang secara garis besarnya dapat dikelompokan dalam taksonomi, yang disebut taksonomi terintegrasi. Menurut Yuki dalam Marno dan Triyo Supriyatno menggambarkan bahwa hal tersebut meliputi:
  • Merencanakan dan mengorganisasikan
  • Memecahkan masalah
  • Menjelaskan peran dan sasaran
  • Memberi informasi
  • Memantau
  • Memotivasi dan memberi inspirasi
  • Mendelegasikan
  • Memberi dukungan
  • Mengembangkan dan membimbing
  • Mengelola konflik dan membangun tim
  • Membangun jaringan kerja
  • Pengakuan (recognizing), memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang efektif
  • Memberi imbalan
4. Peran Para Guru
Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas tentang guru pasal 39 ayat 2, yang memuat bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi. Pernyataan dalam ketentuan ini sebenarnya hanya sebagian kecil dari keahlian dan kretria-kreteria harus dimiliki oleh seorang guru, karena guru bukan hanya trampil dalam proses melainkan juga harus memiliki figur yang bisa dijadikan contoh bagi peserta didik.
  • Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Sepuluh kompetensi yang dimaksud adalah: Menguasai bahan pelajaran,
  • Mengelola program belajar mengajar,
  • Mengelola kelas,
  • Menggunakan media atau sumber,
  • Menguasai landasa-landasan pendidikan,
  • Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar,
  • Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran,
  • Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah,
  • Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
  • Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.

5. Peran Orang Tua dan Masyarakat
Karakteristik yang paling menonjol dalam konsep MBS adalah pemberdayaan partisipasi para orangtua dan masyarakat. Sekolah memiliki fungsi subsider, fungsi primer pendidikan ada pada orangtua.

G. MANAJEMEN BERBASIS MASYARAKAT (MBM)

Konsep Manajemen Berbasis Masyarakat (MBS) merupakan impelementasi dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Dari konsep tersebut maka dapat dinyatakan bahwa Manajemen Berbasis Masyarakat adalah manajemen atau suatu sistem organisasi yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatannya serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

1. Manajemen di Masyarakat
Masyarakat pada umumnya terdiri dari dua golongan yaitu yang satu sama lain menguatkan antara sesamanya. Diantara masyarakat tersebut ialah masyarakat dan keluarga. Kepentingan masyarakat jenisnya macam-macam mengikuti macam kepentingan yang mendasarinya. Kemudian golongan kedua masyarakat itu bergabung menjadi masyarakat yang lebih besar dan besifat nasional mengatasi masyarakat, keluarga dan masyarakat berkepentingan. Ialah masyarakat umum.

a. Masyarakat keluarga
Kelompok sosial dalam bentuk ini merupakan cikal bakal terbentuknya suatu bangsa. Unsur-unsur masyarakat kecil telah terpenuhi. Kesamaan ciri-ciri terlukis pada kesepakatan bersama antara suami istri dalam bentuk rumah tangga yang bahagia dunia akhirat penuh dengan rahmah dan mawaddah.

b. Masyarakat Kepentingan
Istilah ini memang tidak umum, hanya digunakan dalam kaitan untuk membedakan dengan masyarakat keluarga dari segi proses terbentuknya. Istilah yang di gunakan tehadap masyarakat kentingan ini ialah masyarakat khusus, dan selanjutnya masyarakat inilah yang digunakan dalam pembahasan. Terbentuknya masyarakat khusus bermulaan dari timbulnya berbagai kepentingan yang berbeda pada kelompok-kelompok sosial yang ada, yang tidak dapat tertampung pada kelompok itu.

2. Manajemen Berbasis Masyarkat (MBM)
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan terutama pada masyarakat Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan afesien.

Manjemen berbasis masyarakat yang memberikan kewewenangan kepada masyarakat dalam mengatur pendidikan dan pengajaran, Merencanakan, mengorganisasikan dan fungsi manajemen lainnya, untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan masyarakat.

Adapun tujuan dari MBM ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan pendidikan di indonesia pada umumnya dan di masyarakat pada khususnya .Hal ini disebutjan dalam UU 1945 dan Tap MPR.

H. PARADIGMA MANAJEMEN ISLAM
1. Pengertian Manajemen Islam
Pengertian Manajemen di dalam bahasa arab sama dengan al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang dapat kita temukan dalam al-Qur’an antara lain:
”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitungannmu.” (Q.S.As-Sajadah 32:05).

” Katakanlah: Siapakah yang memberi Rezeki kepadamu dari langit dan bumi siapakah yang yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” maka mereka akan menjawab:Allah”. Maka Katakanlah”Mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?” (Q.S Yunus 31)

Kedua ayat di atas terdapat kata Yudabbiru al-amra yang berarti mengatur urusan. Ahmad al-Syawi menafsirkan bahwa Allah adalah pengatur alam (manager) karena manusia yang diciptakan-Nya telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.



Pendidikan Islam merupakan proses trans-internalisasi nilai-nilai islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, manajemen dalam pendidikan islam dapat di definisikan sebagai proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan/lainnya) baik perangkat keras maupun lunak, pemanfaatan tersebut melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahtraan, baik di dunia mauun di akhirat.

Sistem manajemen dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik, dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan. Pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan yang semuanya selalu didasari oleh nilai-nilai Islam yaitu ketauhidan kepada Allah, dan di landasi oleh al-Qur’an dan al-Hadits agar sstem tersebut dapat sekaligus mempunyai nilai-nilai yang material dan spritual.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Islam
Dalam kitab Fi Ijtamiyyab al-Tarbiyah, karya Munir al-Husry Sarhan, disebutkan bahwa prinsip-prinsip manajemen Islami itu diantaranya;
  • Ikhlas
  • Kejujuran
  • Amanah
  • Adil
  • Tanggung Jawab
  • Dinamis
  • Praktis
  • Fleksibel.
Sementara Dr. Sanusi Uwes menambahkan ada beberapa karakter kepemimpinan Islam yang mengantarkan kepada kesuksesan seperti halnya kepemimpinan Rasulullah SAW., yakni:
  • kejujuran,
  • keadilan,
  • kelembutan hati,
  • kecerdasan,
  • keberanian, dan
  • sabar.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, system manajemen pendidikan Islam ini akan mampu memberikan konstribusinya pada peningkatan kinerja kelembagaan maupun manajemen yang maslahat dunia-akherat. Arahan yang positif tersebut dimaksudkan agar system manajemen Islami dewasa ini setahap demi setahap dapat menggeser dari paradigma manajemen yang bersifat material (berat sebelah) berubah menjadi system manajemen Islami yang benar-benar integrative-holistik.

3. Ciri-ciri Manajemen Islam
Berkaitan dengan hakikat dan ciri-ciri manajemen Islami. Dijelaskan bahwa ada enam ciri sebagai berikut :
  1. Manajemen berdasarkan akhlak yang luhur (akhlakul Karimah)
  2. Manajemen terbuka. Artinya pengolaan yang sehat, dan terbuka (open minded) atau tranparansi. Karena Jabatan sebagai pimpinan atau manajer adalah amanah yang harus dipelihara dengan baik dan penuh keadilan
  3. Manajemen yang demokratis. Konsekuensi dari sikap terbuka dalam manajemen. Maka pengambilan keputusan atas musyawarah untuk kebaikan organisasi. Dengan demikian tinggi keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan. Maka mereka semakin berdaya dalam menjalankan pekerjaannya dan mendorong Munculnya kepuasan kerja dengan dibarengi imbalan yang sesuai dengan kebutuhan hidup, kemampuan organisasi dan ketentuan yang berlaku
  4. Manajemen berdasarkan ilmiah. Dengan mengamalkan prinsip pengetahuan tidak dikerjakan secara membabi buta. Artinya pimpinan dan manajer haruslah orang yang berilmu pengetahuan karena dia yang akan merencanakan, mengarahkan, menambil keputusan dan mengawasi pekerjaan tentu memerlukan ilmu pengetahuan yang luas tentang organisasi, manajemen dan bidang pekerjaannya.
  5. Manajemen berdasarkan tolong menolong (ta’awun). Prinsip tolong menolong atau kerjasama adalah mengamalkan sunnatullah dalam menjalankan hidupnya sebagai mahkluk sosial yang diciptakan Allah, dan hal ini sejalan dengan fitrah penciptaan manusia.
  6. Manajemen berdasarkan perdamaian.

I. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.

2. Tujuan Sistem Informasi Manajemen
Adapun tujuan umum sistem informasi antara lain:
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
  • Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).

Semua sistem Informasi memiliki 3 (tiga) unsur atau kegiatan utama, yaitu :
  1. Menerima data sebagai masukan (input)
  2. Memproses data dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain.
  3. Memperoleh informasi sebagai keluaran (output).
Prinsip ini berlaku baik untuk sistem informasi manual, elektromekanis maupun komputer. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem informasi dan memproses data, dan kemudian mengubahnya menjadi informasi.

=============
EndNote:
[1]Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 3-4
[2]Amirullah, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), hlm. 7
[3]Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997. hlm. 6.
[4]http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/19/pengembangan-ilmu-manajemen-pendidikan/
[5]Prof. Dr. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm. 4
[6]C.S. George Jr. 1972. The History or Management Thought, ed. 2nd. Upper Saddle River, NJ. Prentice Hall. hlm. 4
[7]Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997. hlm. 30
[8]http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/01/teori-teori-manajemen-pendidikan/
[9]M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1963, hlm. 22
[10]Mondy, R.W. and Premeauex, S.H, Management: Concepts, Practices and Skills. (New Jersey: Prentice Hall Inc Englewood Cliffs, 1995), hlm. 138.
[11]Winardi, Asas-Asas Manajemen. (Bandung: Mandar Madju, 1990), hlm. 44.
[12]Reeser, C, Management Function and Modern Concepts. (Illionis: Scoot Foresmen and Company, 1973), hlm. 323.
[13]Hersey, P. And Blanchard, K.H, Management of Organizational Behavior. (New Jersey: Englewood Cliffs, 1988), hlm. 86.
[14]Kouzes J.M and Posner, B.Z, Credibility. (San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1993), hlm. 55.
[15]Siagian, Sondang, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), hlm. 87
[16]Terry, George. R, Op. Cit, 323.
[17]Modul Pelatihan In Service Training KKM MTS/MI, Depag RI, Jakarta, 2001, hl. 86.
[18]Modul Pelatihan In..., hlm. 87
[19]Mulyasa, Manajemen Berbasis, sekolah Konsep, setrategi, dan Implementasi, Bandung, Rosdakarya, 2004, hl. 48.
[20]Mulyasa..., Ibid, hl. 49.
[21]Mulyasa..., Ibid, hal. 165.
[22]Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Ardadizyajaya, 2000), hlm. 5-6
[23]Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 204-205.
[24]Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hlm. 81
[25]Nurkholis, I bi d, hlm. 81-82.
[26]Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hal. 41-43.
[27]Piet Go, Pastoral Sekolah, Malang: t.p., 2000), hlm. 46.
[28]Munir al-Hursy Sarhan, Fi Ijtimaiyyah al-Tarbiyah, Kairo: Maktabah al-Anglo al-Mishriyyah. 1978.h.69-71
[29]Sanusi Uwes, Visi dan pondasi pendidikan (dalam perspektif Islam), Jakarta Logos, 2003. h.182-193
[30]Sanusi Uwes, Visi dan pondasi pendidikan ..., Hal. 71.

==============
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada
Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Amirullah, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004
Hanafi, M, Mamduh, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997
http://edukasi.kompasiana.com/
Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, Crt. II
Manulang, M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1963
Winardi, Asas-Asas Manajemen, Bandung: Mandar Madju, 1990
Uwes, Sanusi, Visi dan pondasi pendidikan (dalam perspektif Islam), Jakarta: Logos, 2003
Marno, dan Supriyatno, Triyo, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2008
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003
Admodiwirio, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizyajaya, 2000
Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004)
Mulyasa, Manajemen Berbasis, sekolah Konsep, setrategi, dan Implementasi, Bandung, Rosdakarya, 2004
Modul Pelatihan In Service Training KKM MTS/MI, Depag RI, Jakarta, 2001

Artikel Terkait:

comment 1 comments:

Anonymous said...

thanks,,,,

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger