Pengertian Aqidah Akhlak
Pengertian aqidah secara etimologis ( لغة ), aqidah berakar dari kata ( عقد – يعقد - عقيدتا ) ”aqada- ya’qidu- ‘aqidatan. aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Sedangkan menurut Abdulah Azzam, aqidah menurut bahasa berasal dari 'aqada yang bermakna ma'qudah yang artinya yang terikat ( عقد الحبل ) artinya tambang, sedangkan ( عقد البيع ) artinya melakukan ikatan kontrak jual beli, dan ( عقد العهد ) artinya mempererat ikatan perjanjian.
Secara terminology, banyak yang memberikan definisi aqidah antara lain :
a. Hasan al-Banna
Aqaid adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, yang menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
b. Abu Bakar Jabir al-Jazairy
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Perkataan akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata khulk atau khuluk. Di dalam kamus al-Munjid, kata khuluk berarti "budi pekerti", perangai, tingkah laku atau tabiat." Di dalam Da'iratul Ma'arif dikatakan sebagaimana yang dikutip oleh Asmaran As sebagai berikut :
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian akhlak adalah "budi pekerti, watak, tabiat." Sedangkan Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan bahwa "Akhlak adalah kebiasaan kehendak" berarti kehendak itu bila dibiasakan terhadap suatu perbuatan maka disebut akhlak.
Adapun pengertian akhlak dari segi terminology (istilah), diantaranya sebagaimana yang tertulis dalam Ensiklopedi Pendidikan bahwa "Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran, etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia."
Pengertian akhlak menurut Ibnu Miskawaih adalah:
"Keadaan atau sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan terlebih dahulu."
Imam Al-Ghazali mengungkapkan pengertian akhlak sebagai berikut, yang artinya:
"Al-Khulk (jama'nya akhlak adalah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya daripadanyalah terbit perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syara', keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamai akhlak yang buruk."
Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut. Jadi, pada hakekatnya khuluk atau akhlak adalah suatu kondisi atau sikap yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak dalam ajaran Islam yaitu "agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam."
Barmawie Umary dalam bukunya Materia Akhlak menyebutkan tujuan berakhlak adalah "supaya hubungan kita (umat Islam) dengan Allah dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis."
Sementara itu, Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa "perbuatan akhlak itu mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh ialah ridha Allah melalui amal shaleh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akherat. Lebih terperinci lagi Asy-Syaibani merumuskan tujuan tertinggi akhlak dalam Islam yaitu :
“Menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Agama Islam atau akhlak Islam tidak terbatas tujuannya untuk akherat yang tergambar dalam mendapatkan keridhaan, keampunan, pahala dan rahmat-Nya dan juga mendapatkan kenikmatan akherat yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa yang telah banyak ditunjukkan oleh banyak ayat Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi."
Tujuan akhlak sebagaimana yang telah dikemukakan di atas pada intinya menuju kepada kebahagiaan hidup individu dan masyarakat, baik di dunia maupun di akherat.
Pengertian akhlak berbeda dengan etika sebagaimana dikatakan Dr. Ahmad Amin. Menurut dia etika hanya berarti menjelaskan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk., menunjukkan tujuannya dan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat oleh manusia.
Dengan demikian etika adalah konsep dasar tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik buruknya. Dan etika dalam Islam lebih dapat dipertanggungjawabkan keluasannya dibanding dengan etika kemanusiaan manapun sebab norma yang dipakai dasar bukanlah hasil karya akal yang bersifat naïf yakni lemah dan terbatas kemampuannya, melainkan wahyu dari Tuhan yang menjangkau nilai baik buruk duniawi ukhrawi.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa akhlak mengandung pengertian yang lebih luas daripada etika, karena akhlak mencakup perbuatan atau keadaan lahir maupun batin.
================
Referensi:
Yunahar Ilyas, .Kuliah Aqidah Islam., ( Yogyakarta:LPPI, 1995), cet. ke-3
Louis Ma.ruf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Daar al-Masyriq, 1975)
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.Ke-2
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), cet.Ke-11
Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, tjmh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet. Ke-6
Soegarda Poerbakawatja, Eniklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)
Ibnu Miskawaih, Tahzib Al-Akhlak, tjmh (Bandung, Mizan, 1994)
Prof. Dr. Moh. Ardani, Al-Quran dan Sufisme Mangkunegara IV : Studi Serat-Serat Piwulang, (Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1995, cet. Ke-2
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: CV. Ramadhani, 1993), cet. Ke-11
Umar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Pengertian aqidah secara etimologis ( لغة ), aqidah berakar dari kata ( عقد – يعقد - عقيدتا ) ”aqada- ya’qidu- ‘aqidatan. aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Sedangkan menurut Abdulah Azzam, aqidah menurut bahasa berasal dari 'aqada yang bermakna ma'qudah yang artinya yang terikat ( عقد الحبل ) artinya tambang, sedangkan ( عقد البيع ) artinya melakukan ikatan kontrak jual beli, dan ( عقد العهد ) artinya mempererat ikatan perjanjian.
Secara terminology, banyak yang memberikan definisi aqidah antara lain :
a. Hasan al-Banna
العقائد هي الأمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئنّ اليها نفسك وتونّ يقينا عندك لا يمازجه ريب ولا يخالطه شكّ
Aqaid adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, yang menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
b. Abu Bakar Jabir al-Jazairy
العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل , والسمع والفطرة , يعقد عليها الإنسان قلبه , ويثنى عليها صدره جازما بصحتها , قاطعا يوجوها وثبوتها لا يوى خلافها انه يصحّ.
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Perkataan akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata khulk atau khuluk. Di dalam kamus al-Munjid, kata khuluk berarti "budi pekerti", perangai, tingkah laku atau tabiat." Di dalam Da'iratul Ma'arif dikatakan sebagaimana yang dikutip oleh Asmaran As sebagai berikut :
الأخلاق هي صفات الأنسان الادبية.
Artinya: "Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik."Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian akhlak adalah "budi pekerti, watak, tabiat." Sedangkan Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan bahwa "Akhlak adalah kebiasaan kehendak" berarti kehendak itu bila dibiasakan terhadap suatu perbuatan maka disebut akhlak.
Adapun pengertian akhlak dari segi terminology (istilah), diantaranya sebagaimana yang tertulis dalam Ensiklopedi Pendidikan bahwa "Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran, etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia."
Pengertian akhlak menurut Ibnu Miskawaih adalah:
الخلق هو حال النفس داعية الى أفعالها من غير فكر ولا روية.
"Keadaan atau sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan terlebih dahulu."
Imam Al-Ghazali mengungkapkan pengertian akhlak sebagai berikut, yang artinya:
"Al-Khulk (jama'nya akhlak adalah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya daripadanyalah terbit perbuatanperbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syara', keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamai akhlak yang buruk."
Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut. Jadi, pada hakekatnya khuluk atau akhlak adalah suatu kondisi atau sikap yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak dalam ajaran Islam yaitu "agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam."
Barmawie Umary dalam bukunya Materia Akhlak menyebutkan tujuan berakhlak adalah "supaya hubungan kita (umat Islam) dengan Allah dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis."
Sementara itu, Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa "perbuatan akhlak itu mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh ialah ridha Allah melalui amal shaleh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akherat. Lebih terperinci lagi Asy-Syaibani merumuskan tujuan tertinggi akhlak dalam Islam yaitu :
“Menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Agama Islam atau akhlak Islam tidak terbatas tujuannya untuk akherat yang tergambar dalam mendapatkan keridhaan, keampunan, pahala dan rahmat-Nya dan juga mendapatkan kenikmatan akherat yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa yang telah banyak ditunjukkan oleh banyak ayat Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi."
Tujuan akhlak sebagaimana yang telah dikemukakan di atas pada intinya menuju kepada kebahagiaan hidup individu dan masyarakat, baik di dunia maupun di akherat.
Pengertian akhlak berbeda dengan etika sebagaimana dikatakan Dr. Ahmad Amin. Menurut dia etika hanya berarti menjelaskan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk., menunjukkan tujuannya dan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat oleh manusia.
Dengan demikian etika adalah konsep dasar tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik buruknya. Dan etika dalam Islam lebih dapat dipertanggungjawabkan keluasannya dibanding dengan etika kemanusiaan manapun sebab norma yang dipakai dasar bukanlah hasil karya akal yang bersifat naïf yakni lemah dan terbatas kemampuannya, melainkan wahyu dari Tuhan yang menjangkau nilai baik buruk duniawi ukhrawi.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa akhlak mengandung pengertian yang lebih luas daripada etika, karena akhlak mencakup perbuatan atau keadaan lahir maupun batin.
================
Referensi:
Yunahar Ilyas, .Kuliah Aqidah Islam., ( Yogyakarta:LPPI, 1995), cet. ke-3
Louis Ma.ruf, Kamus Al-Munjid, (Beirut: Daar al-Masyriq, 1975)
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.Ke-2
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), cet.Ke-11
Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, tjmh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), cet. Ke-6
Soegarda Poerbakawatja, Eniklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)
Ibnu Miskawaih, Tahzib Al-Akhlak, tjmh (Bandung, Mizan, 1994)
Prof. Dr. Moh. Ardani, Al-Quran dan Sufisme Mangkunegara IV : Studi Serat-Serat Piwulang, (Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1995, cet. Ke-2
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: CV. Ramadhani, 1993), cet. Ke-11
Umar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
0 comments:
Post a Comment