الإضافة yakni: Penisbatan atau penyandaran antara dua isim yang takdir hurufnya kasrah, wajib kasrah di isim kedua selamanya.
Contoh:
Ini kitab murid = هَذَا كتابُ التِلْميذِ
Aku memakai cincin perak = لَبسْتُ خاَتِمَ فِضَّةٍ
Kami tamasya ke tepi pantai = نرحلُ الى شاطئِ البحرِ
Dan dinamakan isim yang pertama “مضاف“ (Mudhaf) dan isim yang kedua “مضاف إليه“ (Mudhaf Ilaih). Maka Mudhaf dan Mudhaf ilaih adalah: dua isim yang di salah satu isimnya, yaitu isim akhir takdirnya (majrur) kasrah. Tidak kasrah di isim yang pertama.
1. Jenis-Jenis Idhafah
Idhafah ada empat jenis, yaitu: Idhafah (لاَمِيَةٌ), Idhafah (بَيَانِيَةٌ), Idhafah (ظَرْفِيَةٌ), Idhafah (تشبِهيَة).
اللامية : Dimana terdapat huruf “Lam”(اللام) atau tersembunyi maksud “Lam” di isim tersebut yang menunjukkan kemilikkan atau pengkhususan kata.
Contoh:
Ini Kuda ‘Ali = هذا حِصَان عليِّ
Contoh lain:
Aku memegang kekang kuda = أخذت بلِجامِ الفرسِ
البيانية : Yaitu yang terkandung di dalam nya kata “Dari” (من). Dan adapun isim yang kedua itu (مضاف إليه) adalah penerangan jenis untuk isim yang pertama (مضاف), adapun Mudhaf tersebut, berarti sebagian dari pada mudhaf ilaih.
Contoh:
Ini pintu kayu = هذا بابُ خشبٍ
Itu gelang emas = ذاك سور ذَهَبٍ
Penjelasan:
Maka ada pun jenis pintu itu adalah kayu. Dan jenis gelang tersebut adalah emas. Atau bisa juga di artikan “Pintu tersebut terbuat dari kayu” dan “gelang itu terbuat dari emas”. Kata kayu adalah penjelasan dari jenis pintu tersebut. Dan emas penjelasan untuk jenis gelang. Jadi fungsi isim idhafah di sini adalah untuk memperkuat khabar dalam kalimat.
الظرفية : Yaitu yang terkandung di dalamnya kata “Di” (في). Adapun fungsi mudhaf ilaih di sini untuk menerangkan maksud keberadaan, baik itu keberadaan tempat atau pun waktu.
Contoh:
Tidur malam = سَهَرُالليلِ
Puasa Rhamadan = صيامُ الرمضانِ
Kawan sekolah = رَفيقُ المدرسةِ
Penjelasan:
“Tidur malam” bisa juga di artikan “tidur di malam hari” dan “puasa ramadhan” bisa di artikan “puasa di bulan Rhamadan” dan “kawan sekolah” berarti “kawan di sekolah”
التشبيهية : Yaitu di dalamnya terkandung makda “Perumpamaan” (كاف التَّشبيهِ). Fungsinya yaitu menyandarkan “yang di umpamakan dengannya” (المشبَّةبهِ) kepada “yang di umpamakan” (المشبة).
Contoh:
آنتشرَ لؤلؤُ الدمعِ على وردِ الخُدودِ
Air permata jatuh berserakan dari mata di atas pipi mawar
Maksud nya adalah: Air mata yang jatuh bagaikan permata di atas pipi yang merah bagaikan bunga mawar.
2. Idhafah Maknawiyah dan Idhafah lafzhiah. (المعنَويَّة و اللفْظيَّةُ)
المعنَويَّة : Guna Idhafah ini adalah untuk mengetahui pengkhususannya. Guna penyandaran kata ini adalah bukan untuk menyifatkan kata pertama. Tetapi juga mengubah makna aslinya.
Contoh:
Kunci rumah = مفتاح الدارِ
Bola kaki = كرَّةُ القدامِ
Dan pintu kelas = والباب الفصلِ
Kunci rumah tidak menunjukkan kata sifat tetapi dia mengubah makna isim nya menjadi arti lain. “Kunci” makna nya satu, “Rumah” makna nya satu, dan “Kunci rumah” mengandung makna lain lagi. Begitu seterusnya.
Dinamakan juga Idhafah ini dengan nama (الإضافة الحَقيقِيَّة) atau (الإضافة المَحضة). Di namakan maknawiyah karena gunanya itu untuk menerangkan makna, dan juga untuk mengenal pengkhususan kata tersebut.
اللفْظيَّةُ : Pengertian Idhafah Lafzhiah ini adalah kebalikan (antonym) dari pengertian Idhafah Lafzhiah. Di dalam nya terkandung penyifatan mudhaf kepada mudhaf ilaih. Idhafah ini juga berguna untuk menyandarkan isim Fa’il atau mengembangkan isim Fa’il, atau maf’ul, atau perumpamaan sifat, dengan syarat sandarkan sifatnya kepada subject atau object nya sesuai makna.
Contoh:
Pemuda ini adalah penuntut ilmu = هذا الرجلُ طالبُ علمٍ
Ahmad adalah pemuda yang baik budi = أحمدُ رجلاً حسنَ الخلقِ
3. Hukum-hukum Idhafah
Contoh kalimat Mufrad:
Kami telah bermain di lantai sekolah = لَعِبْنَا فى فِنَاءِِ المدرسةِ
Saya telah melewati tepi pantai = مَشَيْتُ على شاطِئِ البَحرِ
Contoh kalimat mutsanna:
Aku mencuci tangan anak-anak = غَسلتُ يَدَى الطِّفلِ
Bersinar kedua mata kucing = لَمَعَتْ عَيْنَا القطِّ
Ban sepeda pecah = اِنكسرتْ عَجلتَا الدَّرَّاجَةِ
Contoh kalimat Jama’:
Telah datang guru-guru sekolah = جاء مُعَلِّمو المدرسةِ
Sopir-sopir mobil ngebut = أسرَعَ سَائِقو السَّيَّاراتِ
Bertambah banyak pembeli-pembeli buku = كَثّرَ بائِعو الصّحفِ
Pembahasan:
Jika dikatakan “Kami bermain di lantai” maka kalimat itu benar, tetapi kalimat itu belum lengkap, karena kata lantai masih mengandung kata umum, tapi jikalau dikatakan “Kami bermain di lantai sekolah” maka bisa langsung di ketahui bahwa lantai itu adalah lantai sekolah, kata “lantai” di sandarkan kepada kata “sekolah”, Seperti itu juga ketika di katakana “tepi pantai”. Kata “lantai, tepi” di nisbahkan atau di hubungkan kepada isim setelahnya, dan di namakan isim yang awal dengan (مضاف) dan isim setelahnya (مضاف إليه), apabila kedua isim itu di satukan menjadi satu rangkaian guna untuk memperjelas kalimat, maka jumlah itu dikatakan Mudhaf (مضاف) dan Mudhaf ilaih (مضاف إليه).
Contoh:
Ini kitab murid = هَذَا كتابُ التِلْميذِ
Aku memakai cincin perak = لَبسْتُ خاَتِمَ فِضَّةٍ
Kami tamasya ke tepi pantai = نرحلُ الى شاطئِ البحرِ
Dan dinamakan isim yang pertama “مضاف“ (Mudhaf) dan isim yang kedua “مضاف إليه“ (Mudhaf Ilaih). Maka Mudhaf dan Mudhaf ilaih adalah: dua isim yang di salah satu isimnya, yaitu isim akhir takdirnya (majrur) kasrah. Tidak kasrah di isim yang pertama.
1. Jenis-Jenis Idhafah
Idhafah ada empat jenis, yaitu: Idhafah (لاَمِيَةٌ), Idhafah (بَيَانِيَةٌ), Idhafah (ظَرْفِيَةٌ), Idhafah (تشبِهيَة).
اللامية : Dimana terdapat huruf “Lam”(اللام) atau tersembunyi maksud “Lam” di isim tersebut yang menunjukkan kemilikkan atau pengkhususan kata.
Contoh:
Ini Kuda ‘Ali = هذا حِصَان عليِّ
Contoh lain:
Aku memegang kekang kuda = أخذت بلِجامِ الفرسِ
البيانية : Yaitu yang terkandung di dalam nya kata “Dari” (من). Dan adapun isim yang kedua itu (مضاف إليه) adalah penerangan jenis untuk isim yang pertama (مضاف), adapun Mudhaf tersebut, berarti sebagian dari pada mudhaf ilaih.
Contoh:
Ini pintu kayu = هذا بابُ خشبٍ
Itu gelang emas = ذاك سور ذَهَبٍ
Penjelasan:
Maka ada pun jenis pintu itu adalah kayu. Dan jenis gelang tersebut adalah emas. Atau bisa juga di artikan “Pintu tersebut terbuat dari kayu” dan “gelang itu terbuat dari emas”. Kata kayu adalah penjelasan dari jenis pintu tersebut. Dan emas penjelasan untuk jenis gelang. Jadi fungsi isim idhafah di sini adalah untuk memperkuat khabar dalam kalimat.
الظرفية : Yaitu yang terkandung di dalamnya kata “Di” (في). Adapun fungsi mudhaf ilaih di sini untuk menerangkan maksud keberadaan, baik itu keberadaan tempat atau pun waktu.
Contoh:
Tidur malam = سَهَرُالليلِ
Puasa Rhamadan = صيامُ الرمضانِ
Kawan sekolah = رَفيقُ المدرسةِ
Penjelasan:
“Tidur malam” bisa juga di artikan “tidur di malam hari” dan “puasa ramadhan” bisa di artikan “puasa di bulan Rhamadan” dan “kawan sekolah” berarti “kawan di sekolah”
التشبيهية : Yaitu di dalamnya terkandung makda “Perumpamaan” (كاف التَّشبيهِ). Fungsinya yaitu menyandarkan “yang di umpamakan dengannya” (المشبَّةبهِ) kepada “yang di umpamakan” (المشبة).
Contoh:
آنتشرَ لؤلؤُ الدمعِ على وردِ الخُدودِ
Air permata jatuh berserakan dari mata di atas pipi mawar
Maksud nya adalah: Air mata yang jatuh bagaikan permata di atas pipi yang merah bagaikan bunga mawar.
2. Idhafah Maknawiyah dan Idhafah lafzhiah. (المعنَويَّة و اللفْظيَّةُ)
المعنَويَّة : Guna Idhafah ini adalah untuk mengetahui pengkhususannya. Guna penyandaran kata ini adalah bukan untuk menyifatkan kata pertama. Tetapi juga mengubah makna aslinya.
Contoh:
Kunci rumah = مفتاح الدارِ
Bola kaki = كرَّةُ القدامِ
Dan pintu kelas = والباب الفصلِ
Kunci rumah tidak menunjukkan kata sifat tetapi dia mengubah makna isim nya menjadi arti lain. “Kunci” makna nya satu, “Rumah” makna nya satu, dan “Kunci rumah” mengandung makna lain lagi. Begitu seterusnya.
Dinamakan juga Idhafah ini dengan nama (الإضافة الحَقيقِيَّة) atau (الإضافة المَحضة). Di namakan maknawiyah karena gunanya itu untuk menerangkan makna, dan juga untuk mengenal pengkhususan kata tersebut.
اللفْظيَّةُ : Pengertian Idhafah Lafzhiah ini adalah kebalikan (antonym) dari pengertian Idhafah Lafzhiah. Di dalam nya terkandung penyifatan mudhaf kepada mudhaf ilaih. Idhafah ini juga berguna untuk menyandarkan isim Fa’il atau mengembangkan isim Fa’il, atau maf’ul, atau perumpamaan sifat, dengan syarat sandarkan sifatnya kepada subject atau object nya sesuai makna.
Contoh:
Pemuda ini adalah penuntut ilmu = هذا الرجلُ طالبُ علمٍ
Ahmad adalah pemuda yang baik budi = أحمدُ رجلاً حسنَ الخلقِ
3. Hukum-hukum Idhafah
Contoh kalimat Mufrad:
Kami telah bermain di lantai sekolah = لَعِبْنَا فى فِنَاءِِ المدرسةِ
Saya telah melewati tepi pantai = مَشَيْتُ على شاطِئِ البَحرِ
Contoh kalimat mutsanna:
Aku mencuci tangan anak-anak = غَسلتُ يَدَى الطِّفلِ
Bersinar kedua mata kucing = لَمَعَتْ عَيْنَا القطِّ
Ban sepeda pecah = اِنكسرتْ عَجلتَا الدَّرَّاجَةِ
Contoh kalimat Jama’:
Telah datang guru-guru sekolah = جاء مُعَلِّمو المدرسةِ
Sopir-sopir mobil ngebut = أسرَعَ سَائِقو السَّيَّاراتِ
Bertambah banyak pembeli-pembeli buku = كَثّرَ بائِعو الصّحفِ
Pembahasan:
Jika dikatakan “Kami bermain di lantai” maka kalimat itu benar, tetapi kalimat itu belum lengkap, karena kata lantai masih mengandung kata umum, tapi jikalau dikatakan “Kami bermain di lantai sekolah” maka bisa langsung di ketahui bahwa lantai itu adalah lantai sekolah, kata “lantai” di sandarkan kepada kata “sekolah”, Seperti itu juga ketika di katakana “tepi pantai”. Kata “lantai, tepi” di nisbahkan atau di hubungkan kepada isim setelahnya, dan di namakan isim yang awal dengan (مضاف) dan isim setelahnya (مضاف إليه), apabila kedua isim itu di satukan menjadi satu rangkaian guna untuk memperjelas kalimat, maka jumlah itu dikatakan Mudhaf (مضاف) dan Mudhaf ilaih (مضاف إليه).
- Mudhaf yaitu isim yang di sandarkan kepadanya itu isim di setelah nya, guna untuk memperjelas atau mengkhususkan kalimat tersebut.
- Takdir baris akhir isim kedua (mudhaf ilaih) adalah Jar, atau kasrah akhir.
- Apabila Isim Mudhaf adalah mutsanna atau dalam bentuk jama’ mudzakkar salim, maka huruf “nun” (ن) nya dan tanwin nya di buang / di hilangkan.
0 comments:
Post a Comment