BAB
I
PENDAHULUAN
Panik berasal dari kata Pan yaitu nama Dewa Yunani yang tinggal diper gunungan dan hutan serta
mempunyai tingkahlaku yang sulit
diramalkan. Riwayat Gangguan Panik ini
berasal dari konsep yang dikemukakan
oleh Jacob Mendes DaCosta (1833 gejala-gejala seperti serangan jantung yang
ditemukan pada tentara-prajurit Perang Saudara Amerika. Gejala DaCosta meliputi
gejala psikologik dan somatik. 1
Prevalensi hidup Gangguan
Panik kira-kira 1-4% populasi, sedang-kan Serangan Panik sekitar 3-6%. Wanita
2-3 kali lebih banyak menderita gangguan ini dibanding laki-laki. Prevalensi
Agorafobia kira-kira 2-6%. 1
Gangguan Panik bisa terjadi
kapan saja sepanjang hidup,onset tertinggi usia 20-an, ditandai dengan perasaan
serangan cemas tiba-tiba dan terus menerus,sesak nafas, disertai perasaan akan
datangnya bahaya, serta ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila.
Bila tidak diobati beresiko terjadinya ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri.
Penatalaksanaan yang tepat kombinasi farmakoterapi dengan psikoterapi akan
memberikan hasil yang lebih baik. 1
Gangguan panik merupakan suatu permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkelanjutan.1 Gangguan panik merupakan suatu pengalaman serangan panik yang
tidak diharapkan yang diikuti oleh ketakutan yang menetap tentang kemungkinan
berulangnya serangan atau perubahan perilaku dalam kehidupan sehari-hari
sebagai akibat dari serangan tersebut. 2
Gangguan panik ditunjukkan oleh adanya episode kecemasan yang sangat,
durasinya pendek, berulang, dan tidak dapat diprediksi, yang diikuti oleh
manifestasi klinis yang khas. Agorafobia, perasaan takut berada pada tempat
dimana melarikan diri sulit, seperti tempat terbuka atau area public, dapat juga hadir. Tanda dan
gejala yang memberatkan seperti sesak napas, takikardi, berdebar-debar, sakit
kepala, pusing, lemas, tersedak, mual dan kembung dikaitkan dengan perasaan
adanya bahaya (respon alarm). Serangan panik ketika tidur yang berulang (bukan
mimpi buruk) terjadi pada 30% kasus. Kecemasan untuk mengantisipasi (anticipatory
anxiety) berkembang pada semua pasien dan lebih lanjut akan membatasi
kehidupan pasien sehari-hari. Gangguan panik cenderung diturutkan dengan onset
biasanya dibawah usia 25 tahun; mempengaruhi 3-5% populasi, dan rasio wanita
dibanding laki-laki sebesar 2:1. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Panik berasal dari kata Pan yaitu
nama Dewa Yunani yang tinggal
diper gunungan dan hutan serta mempunyai
tingkahlaku yang sulit diramalkan.
Riwayat Gangguan Panik ini berasal
dari konsep yang dikemukakan oleh
Jacob Mendes DaCosta (1833 gejala-gejala
seperti serangan jantung yang ditemukan pada tentara-prajurit Perang Saudara
Amerika. Gejala DaCosta meliputi gejala psikologik dan somatik. 1
Gangguan Panik (Panic
Disorder) adalah satu perasaan serangan cemas mendadak dan terus menerus
disertai perasaan perasaan akan datangnya bahaya / bencana, ditandai dengan
ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Gangguan Panik disebut juga
Anxietas Paroksismal Episodik. 1
Gangguan panik ditandai
dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang terdiri atas
periode rasa takut intens yang hati- hati dan bervariasi dari sejumlah serangan
sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama satu tahun. Gangguan panik
sering ditandai dengan agrofobia, yaitu
rasa takut sendirian ditempat umum ( seperti supermarket), terutama tempat yang
sulit untuk keluar dengan cepat saat terjadi serangan panik. 3
B. EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi
melaporkan angka prevalensi seumur hidup 1,5- 5 % untuk gangguan panik dan 3-
5,6 % untuk serangan panik. Perempuan lebih mudah terkena 2-3 kali dari pada
laki- laki walaupun pengabaian diagnosis gangguan panik pada laki- laki dapat
berperan dala distribusi yang tidak sebenarnya. Ada sedikit perbedaan antara
hispanik, orang kulit putih dan orang kulit hitam. Satu- satunya faktor sosial
yang diidentifikasi turut berperan dalam timbulnya gangguan panik adalah
riwayat perceraian atau perpisahan baru terjadi. Gangguan pasnik paling lazim
timbul pada orang dewasa muda ( usia rerata timbulnya gangguan sekitar 25
tahun) tetapi gangguan panik dan agorafobia dapat timbul pada usia berapapun.
Gangguan panik dilaporkan terjadi pada anakdan remaja, serta diagnosis gangguan
ini mungkin kurang terdiagnosis pada kelompok usia tersebut. 3
C. KOMORBIDITAS
91 % pasien dengan gangguan panik dan 84% dengan
agrofobia memiliki sedikitnya satu ganggua pasikiatri lain. Menurut edisi
revisi DSM- TR- IV, 10- 15% orang dengan gangguan panik juga memiliki gangguan
depresi berta. Sekitar sepertiga orang dengan kedua gangguan penyerta memiliki
gangguan depresif berta sebelum awitan gangguan oanik; sekitar dua pertiga
pertama kali mengalami gangguan panik selama atau setelah awitan depresi berat.
3
D. ETIOLOGI
Ø
Faktor Biologis
Riset mengenai dasar
biologis gangguan panik menghasilkan suatu kisaran temuan; satau interpretasi
adalah bahwa gejala gangguan panik terkait dengan suatu kisaran abnormalitas
biologis dalam struktur dan fungsi otak. Sebagian besar penelitian dilakukan
diarea dengan pengguanaan stimulan biologis untuk mencetuskan serangan panik
pada pasien dengan gangguan panik. Studi ini dan studi lainnya menghasilkan
hipotesi yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan pusat dalam
patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien dengan
gangguan panik dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradapatsi
lambat terhadap stimulus berulang, dan berespon berlebihan terhadap stimulus
sedang. Studi status neuroendokrin pada pasien ini menunjukkan beberapa
abnormalitas, walaupun studi- studi ini menghasilkan temuan yang tidak
konsisten. 3
Ø
Zat Yang encetuskan
Panik
Zat yang mencetuskan
panik kadang- kadang disebut panikogen menginduksi serangan panik pada
mayoritas pasien dengan gangguan panik dan pada proporsi yang jauh lebih kecil
pada orang tanpa gangguan panik atau dengan riwayat serangan panik. (
penggunaan zat yang menginduksi panik sangat terbatas pada lingkunga
penelitian; tidak ada alasan indikasi klinis untuk merangsang serang panik pada
pasien). Zat yang disebut penginduksi panik pernapasan menyebabkan rangsangan
pernapasan dan pergeseran keseimbangan asam basa. Zat ini mencakup karbon
dioksida ( 5- 35% campuran), natrium laktat, dan bikarbonat. Zat penginduksi
panik neurokimia, yang bekerja melalui sistem neurotransmiter spesifik,
mencakup yohimbin ( yokon), suatu antagonis
reseptor- α, adrenergik, fenfluramin ( pondimin), agen pelepas
serotonin, m- klorefenilpiperazin ( mCPP), suatu agen dengan berbagai efek
serotonergik, obat µ- karbolin, agonis kebalikan reseptor GABAB, flumazenil,
suatu antagonis reseptor GABAB, kolesistokinin, dan kafein,
isoptoterenol ( isuprel) juga merupakan zat penginduksi panik walaupun
mekanisme kerjanya dalam mencetuskan serangan panik tidak diketahui dengan
baik. 3
Ø
Pencitraan Otak
Studi pencitraan
struktur otak, contohnya MRI, pada pasien dengan gangguan panik melibatkan
keterlibatan patologis lobus temporalis, terutama hipokampus. Satu studi MRI
melaporkan abnormalitas, terutama atrof korteks, dilobus temporalis kanan
pasien- pasien ini. Studi pencitraan otak fungsional, contohnya pasitron
emission tomography ( PET), melibatkan adanya disregulasi aliran darah otak.
Khususnya, gangguan ansietas dan serangan panik disertai vasokonstriksi
serebral, yang dapat menimbulkan gejala sistem saraf pusat seperti pusing dan
gejala sistem sarfa perifer yang dapat dicetuskan oleh hiperventilasi dan
hipokapnia. 3
Ø
Prolaps Katup Mitral
Walaupun minta yang
besar sebelum ditunjukkan terhadap hubungan antara prolaps katup mitral dengan
gangguan panik, penelitian hampir benar- benar menghapuskan semua kebermaknaan
atau revelensi klinis terhadap hubungan ini. Prolaps katup mitral adalah
sindrom heterogen yang terdiri diatas prolaps salah satu daun katup mitral,
menimbulkan click midsistolik pada auskultasi jantung. Studi penelitian
menemukan bahwa prevelensi gangguan panik pada pasien dengan prolaps katup
mitral sama dengan prevalensi gangguan panik pada pasien tanpa prolaps katup
mitral. 3
Ø
Faktor Genetik
Walaupun studi yang
terkontrol baik mengenaik dasar genetik gangguan panik dan agrofobia jumlahnya
sedikit, data saat ini mendukung kesimpulan bahwa gangguan ini memiliki
komponen genetik yang khas. Disamping itu, sejumlah data menunjukkan bahwa
gangguan panik dengan agrofobia adalah bentuk parah gangguan panik sehingga
lebih mungkin diturunkan. Berbagai studi menemukan peningkatan resiko 4- 8 kali
untuk gangguan panik diantara kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan
panik dibandingkan kerabat derajat pertama pasien psikiatri lain. Srudi kembar
yang telah dilakukan saat ini umumnya melaporkan bahwa keduan kembar monozigot lebih
mudah terkena bersamaan daripada kembar dizigot. Saat ini, tidak ada data yang
menunjukkan hubungan antara lokasi kromosom spesifik atau cara transmisi dan
gangguan ini. 3
Ø
Faktor Psikisosial
Teori psikodinamik dan
perilaku kognitif telah dikembangkan untuk menerangkan patogenesis gangguan
panik dan agrofobia. Keberhasilan metode kognitif perilaku untuk terapi
gangguan ini dapat menambahkan kepercayaan pada teori perilaku kognitif. 3
Ø
Teori Perilaku Kognitif
Teori perilaku
menyatakan bahwa ansietas adalah respons yang dipelajari baik dari menirukan
perilaku orang tua maupun melalui proses pembelajaran klasik. Di dalam metode
pembelajaran klasik pada gangguan panik dan agorafobia, stimulus berbahaya (
seperti serangan panik) yang timbul bersama stimulus netral ( seperti naik bus)
dapat mengakibatkan penghindaran stimulus netral. Teori perilaku lain
menyatakan hubungan antara sensasi gejala somatik ringan ( seperti palpitasi)
dan timbulnya serangan panik. 3
Ø
Teori Psikoanalitik
teori ini
mengonseptualisasi serangan panik sebagai serangan yang timbul dari pertahanan
yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan ansietas. Hal yang
sebelumnya merupakan sinyal ansietas ringan menjadi perasaan antisipasi cemas
yang berlebiha; lengkap dengan gejala somatik. 3
E. GAMBARAN KLINIS
Serangan panik yang
pertama sering benar- benar spontan, walaupun seranagn panik kadang- kadang
mengikuti kegairahan, kerja fisik, aktivitas sosial atau trauma emosi sedang.
DSM- IV- TR menekankan bahwa setidaknya serangan panik pertama harus tidak
diduga ( tanpa isyarat) untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik.
Klinis harus berupaya mendapatkan setiap kebiasaan atau situasi yang biasanya
mendahului serangan panik pasien. Aktivitas tersebut dapat mencakup penggunaan
kafein, alkohol, nikotin atau zat lain; pola tidur atau makanan yang tidak
biasa, dan situasi lingkungan tertentu, seperti pencahayaan yang berlebihan
ditempat kerja. 3
Serangan sering dimulai
dengan periode meningkatnya gejala dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental
utama adalah rasa takut yang ekstrim dan rasa kematian serta ajal yang
mengancam. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber rasa takutnya; mereka menjadi bingung dan memiliki masalah
berkonsentrasi, tanda fisik sering mencakup takikardi, palpitasi, dispneu, dan
berkeringat. Pasien sering mencoba pergi walau dalam sedang situasi apapun
untuk mencari pertolongan. 3
F. DIAGNOSIS
Ø
Serangan Panik
Didalam DSM- IV- TR,
kriteria serangan panik disusun sebagai suatu rangkaian terpisah kriteria.
Serangan panik dapat terjadi pada gangguan jiwa selain gangguan panik, terutama
fobia spesifik, fobia sosial, dan gangguan stress pasca trauma. Serangan panik
yang tidak terduga dapat terjadi kapanpun dan tidak disertai stimulus situasi
yang dapat diidentifikasi, tetapi serangan panik tidak selalu tidak terduga. 3
Ø
Gangguan Panik
DSM- IV- TR memasukkan
dua kriteria diagnostik gangguan panik, satu diagnosis tanpa agorafobia dan
diagnosis yang lain dengan agiorafobia, tetapi keduanya memerlukan adanya
serangan panik. 3
Tabel:
Kriteria Diagnostik DSM- IV- TR Gangguan Panik tanpa Agorafobia 3
1.
Serangan panik berulang yang tidak
diduga,
2.
Sedikitnya satu serangan telah diikuti
selama 1 bulan ( atau lebih) oleh salah satu ( atau lebih) hal berikut:
a.
Kekhawatiran menetap akan mengalami
serangan tambahan,
b.
Khawatir akan akibat atau konsekuensi
serangan ( cth; hilang kendali, seranagn jantung, “ menjadi gila”).
c.
Perubahan perilaku bermakna terkait
serangan
|
Tabel:
Kriteria DSM- IV- TR untuk serangan panik 3
Catatan:
serangan panik
bukanlah gangguan yang diberi kode. Buatlah kode diagnosis spesifik saat
serangan panik terjadi ( cth, gangguan panik dengan agorafobia).
Suatu periode diskret rasa takut atau
ketidaknyamanan yang intens, dengan tiba- tiba timbul empat ( atau lebih)
gejala berikut dan mencapai puncaknya dalam 10 menit.
|
Pedoman
diagnostik PPDGJ gangguan panik : 4
- Gangguan panik baru ditegakkan
sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas
fobik ( F40)
- Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat ( severe attacks of
autonomic anxiety) dalam masa kira- kira 1 bulan:
a.
Pada keadaan- keadaan dimana sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya.
b.
Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui
atau yang dapat diduga sebelumnya ( unpredictable situation).
c.
Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala- gejala
ansietas pada periode diantara serangan- serangan panik ( meskipun demikian,
umumnya dapat terjadi juga “ anxietas antisipatorik”, yanitu ansietas yang
terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi). 4
G.
PENATALAKSANAAN
Ø Non Psikofarmakologik
-
Terapi Kognitif Peri-laku.
-
Terapi Keluarga.
-
Psikoterapi Berorientasi Insight (Tilikan).
-
Psikoterapi Kombinasi.1
Ø Psikofarmakologik
Pemberian
Psikofarmaka perlu dipertimbangkan bila telah terjadi Agorafobia, Depresi, ide
atau percobaan bunuh diri, dan gejala sudah cukup berat.
Pemakaian Trisiklik Antidepresa (Imipramine,
Clomipramine, Maprotiline, Amitriptiline) harus hati-hati karena efek samping
yang kurang menyenangkan seperti : mulut kering, konstipasi, somnolent,
disfungsi seksual, anxietas, hipotensi orthostatistik). Selective Serotonin
ReUptake Inhibitor (SSRI) seperti: Pemakaian Paroxetine, Sertraline dan
Fluoxetine cukup efektif untuk Gangguan Panik. Pemberian golongan
Benzodiazepine (Alprazolam, Clonazepam, Lorazepam) punya kemampuan spesifik
sebagai anti panik, tapi pemakaian jangka lama harus sangat hati-hati karena
akan mudah menimbulkan toleransi serta penurunan atau penghentian pengobatan
bisa menimbulkan efek “ classical withdrawal” sepeti terjadinya
rebound fenomen dari gejala panik. 1
Meskipun
Farmakoterapi cukup efektif mengatasi gejala-gejala awal Gangguan panik,
kombinasi Psikoterapi dan Farmakoterapi memberikan hasil yang lebih baik pada
beberapa kasus. 1
Sediaan obat anti panik dan dosis anjuran 5
No.
|
Nama generik
|
Nama dagang
|
Sediaan
|
Dosis anjuran
|
|
|
Imipramine
|
Tofranil ( novartis)
|
Tab 25 mg
|
75- 150 mg/h
|
|
|
Clomipramine
|
Anafranil ( novartis)
|
Tab 25 mg
|
75- 150 mg/H
|
|
|
Alprazolam
|
Xanax
|
Tab 0,25 mg
Tab 0,50 mg
Tab 1,00 mg
|
2-4 mg/ H
|
|
|
Meclobemide
|
Aurorix (roche )
|
Tab 150 mg
|
300- 600 mg
|
|
|
Sedraline
|
Zoloft
|
Tab 50 mg
|
50-100 mg /H
|
|
|
Fluoxetine
|
Prozact
Elizac
ANS
Andep
Antiprestin
Courage
Kalxetin
|
Cap 20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
Cap 20 mg
Cap 10-20 mg
|
20-40 mg/H
|
|
|
Paracetine
|
Seroxat
|
tab 20 mg
|
20-40 mg/H
|
|
|
Fluvoxamine
|
Luvox
|
Tab 50 mg
|
50-100 mg/h
|
|
|
Citalopram
|
Cipram
|
Tab 20 mg
|
20-40 mg/ H
|
|
Penggolongan
: 5
- Obat anti- panik TRSIKLIK
e.g imipramine,
clomipramine
- Obat anti- panik
BENZODIAZEPINE
e.g alprazolam
- Obat anti- Panik RIMA (
Reversible Inhibitors of Monoamine Oxydase-A)
e.g meclobemide
- Obat anti- panik SSRI (
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
e.g sertraline,
fluoxetine, fluvoxamine, citalopram. 5
Indikasi
Penggunaan
Gejala sasaran ( target
syndrome): SINDROME PANIK
Butir- butir diagnosis
sindrome panik : 5
·
Selama paling sedikit satu bulan, mengalami beberapa
kali serangan ansietas berat ( severe attack of autonomik anxiety) yang
memiliki ciri- ciri berikut: 5
1.
Serangan ansietas tersebut terjadi pada keadaan-
keadaan di mana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya ( unprovoked of
episodic paroxysmal anxiety)
2.
Seranag ansietas tersebut tidak terbatas pada
situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya ( unpredictable
situations)
3.
Terdapat keadaan yang relatif bebas dari gejala-
gejala ansietas pada periode pada serangan- serangan panik ( meskipun demikian,
umumnya dapat terjadi juga komplikasi “ ansietas antisipatorik”, yaitu ansietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuat yang mengkhawatirkan akan terjadi. 5
·
Gejala- gejala tersebut dapat terjadi dengan atau
tanpa agorafobia ( ansietas yang terjadi dalam hubungan dengan tempat atau
situasi : banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri ).
·
Gejala- gejala tersebut merupakan sumber penderitaan
( distress) atau mengganggu aktivitas sehari- hari ( phobic aviodance) . 5
Mekanisme
Kerja
Mekanisme kerja obat
anti- panik adalah menghambat “reuptake” serotonin pada celah sinaptik antar
neuron, sehingga pada awalnya terjadi peingkatan serotonin dan sensitivitas
reseptor ( timbl gejala efek samping anxietas, agitasi, insomnia), sekitar 2- 4
minggu, kemudian seiring dengan peningkatan serotonin terjadi penurunan
reseptor sensitivitas ( down regulation). Penurunan sensitivitas reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan
panik ( adrenergic overctivity) dan juga gejala depresi yang menyertai akan
berkurang pula. Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase tersebut disebut
juga “ efek bifasik”. 5
Temuan mutahir
menunjukkan adanya “ co- morbidity” antara gangguan absesif kompulsfi, fobia
sosial, dan gangguan panik.
Dihipotesiskan mereka berasal dari satu jenis gangguan dasra, yaitu berkaitan
dengan hipersensitivitas dari serotonergic receptors. 5
Profil
Efek Samping
Efek samping obat ant- panik golongan trisiklik
dapat berupa : 5
Ø
Efek anti histaminergik ( sedasi, rasa mengantuk,
kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun,
)
Ø
Efek anti kolinergik : ( mulut kering, retensi urin,
penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi, dll).
Ø
Efek anti adrenergik
alfa : ( perubahan EKG, hipotensi ortostatik).
Ø
Efek neurotoksis : ( tremor halus, agitasi, insomnia
)
Oleh karena itu sebelum
penggunaan obat perlu dilakukan pemeriksaan fisik dana laboratorium yang
teliti, terutama fungsi hati dan ginjal serta pemeriksaan EKG dan EEG, untuk
mencegah pengaruh buruk dari efek samping obat tersebut ( khususnya pada
penderita usia lanjut, anak- anak dengan riwayat kejang ). 5
Lethal dose trisiklik
imipramine lebih dari 1-2 g/H ( lebih kecil pada anak- anak dan usia lanjut,
atau sudah ada penyakit organik sebagai penyulit ). Jumlah tersebut sekitar 10
kali ‘ therapeutic dose”, maka itu tidak boleh memberikan obat dalam jumlah
besar besar kepada penderita gangguan panik yang disertai gejala depresi (
tidak lebih dari dosis seminggu), dimana penderita sering kali sudah ada
pikiran untuk bunuh diri. 5
Pada keadaan overdosis
dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejal- gejala: eksitasi SSP,
hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, “ toxic confusional state” ( confusion,
delirium, disorientation).
Obat anti- panik
golongan SSRI/ RIMA relatif paling aman pada overdosis dibandingkan dengan
golongan trisiklik. 5
Interaksi
Obat
Ø
Obat anti panik trisklik + haloperidol /
phenotiazine = mengurangi kecepatan ekskresi dari trisiklik, sehingga kadar
dalam plasma meningkat, sebagai akibatnya dapat terjadi potensial efek samping
antikolinergik ( ileus paralitik, disuria, gangguan absorbsi).
Ø
Obat anti panik trisiklik / SSRI + CNS ( alkohol,
opioida, benzodiazepine) menyebabkan potensi efek sedasi dan penekanan terhadap
pusat pernapasan ( dapat berakibat terjadinya resporatory failure).
Ø
Obat anti panik trisiklik / SSRI + obat simpatometik
( derivat amfetamin) dapat membahayakan kondisi jantung .
Ø
Obat anti panik trisklik / SSRI + MAOI, tidak boleh
diberikan bersamaan, dapat terjadi serotonin malignant sindrome, parubahan dari
obat anti panik golongan trisiklik ( imipramine, clomiprimine) atau SSRI (
sertraline, dll) ke RIMA ( moclobemide) atau sebaliknya membutuhkan selang waku
sekitar 2- 4 minggu untuk washout peroid .
Ø
Pemberaian bersama obat anti panik SSRI dan
trisiklik, umumnya meningkatkan kadar trisiklik dalam plasma, sehingga dapat
terjadi gejala overdosis ( intoksikasi trisiklik). 5
Cara
Penggunaan
Ø
Pemilihan obat
- Semua jenis obat
antipanik sama efektifnya
menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan padda stadium awal dari
gangguan panik.
- Bagi yang peka terhadap efek
samping golongan trisiklik atau adanya penyakit organik sebagai penyulit,
dapat beralih ke golongan SSRI atau RIMA dimana efek samping relatif lebih
ringan .
- Alprazolam merupakan obat yang
paling kurang toksik dan onset of action yang lebih cepat.
Ø
Pengaturan Dosis
1.
Cara terbaik untuk melihat apakah terdapat
keseimbangan antara efek samping dan khasiat obat adalah dengan meniliti sebaik
mungkin antara waktu pemberian obat dan dosis, dalam hubungan dengan jumlah
serangan panik dalam periode waktu tertentu.
2.
Mulai dengan dosis rendah, secara perlahan- lahan
dosis dinaikkan dalam beberapa minggu untuk meminimalkan efek samping dan
mencegah terjadinya toleransi obat. Dosis efektif dicapai dalam waktu 2- 3 bulan .
Apabila dosis tidak
dinaikkan secara perlahan- lahan, penderita tidak akan merasakan manfaatnya,
atau malahan akan mundur dari perkembangan yang sudah mulai membaik pada awal
pengobatan dalam beberapa minggu.
3.
Dosis efektif untuk alprazolam pada umumnya sekitar
4 mg/H, pada beberap kasus dapat mencapai 6 mg/H. Untuk golongan trisiklik,
dosis efektif biasanya sekitar 150- 200 mg/ H.
4.
Alprazolam umumnya telah mulai berkahsiat dalam
waktu beberapa hari setelah pemberian obat, sedangkan trisiklik/ RIMA/ SSRI
baru berkhasiat setelah pemberian 4-6 minggu.
5.
Dosis pemeliharaan umumnya agak tinggi, meskipun
sifattnya agak individual, imipramine sekitar 100- 200 mg/H dan sertraline
sekitar 100 mg/ H, serta bertahan untuk jangka waktu lama ( 1-2 tahun).
Ø
Lama Pemberian
a.
Batas lamanya pemberian obat bersifat individual,
umumnya selama 6- 12 bulan, kemudian dihentikan secara bertahap selama 3 bulan
bila kondisi penderita sudah memungkinkan ( bebas gejala dalm kurun waktu
tertentu).
b.
Dalam aktu 3 bulan setelah bebas obat, sekitar 75%
penderita menunjukkan gejala kambuh, dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan
dosis semula diulangi untuk selama 2 tahun. Setelah itut dicoba lagi
diberhentikan dengan perlahan- lahan dalam kurun waktu 3 bulan, dstnya.
Ada beberapa penderita
yang memerlukan pengobatan bertahun- tahun untuk mempertahankan bebas gejala
dan bebas dari disabilitas.
H. Prognosis
Kira-kira 30% –
40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala yang ringan tapi tidak
mengganggu aktifitas kehidupan seharihari. Sekitar 10% – 20% masih terus
mengalami gejala yang signifikan. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Yauni yaslinda,
Gangguan Panik Dengan Agorafobia. Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.36. Juli-Desember 2012. Di unduh 27 September 2018 . http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/viewFile/130/126.
2. Amri Fahrul.
Farmakologi Alprazolam Dalam
Mengatasi Gangguan Panik. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012. . Di unduh 27 September 2018. http://download.portalgaruda.org/article.FARMAKOLOGI%20ALPRAZOLAM%20DALAM%20MENGATASI%20%20GANGGUAN%20PANIK.
3.
Kaplan
& Sadock. Buku ajar psikiatri klinis
/ Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock ; Profitasari, Tiara Mahatami Nisa (editor). 2th
ed. Jakarta : EGC
4.
Maslim,
Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta
: Nuh Jaya. 2001.
5.
Maslim,
Rusdi. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi III. Jakarta:
Nuh Jaya. 2001.
BAB
III
LAOPRAN
KASUS
KETERANGAN
PRIBADI PASIEN
Nama : Hasanah
Jenis Kelamin :
perempuan
Umur : 48 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Bangsa :
Indonesia
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat dan Telepon : Blang kolak II
KETERANGAN
DIRI ALLO / INFORMAN
Nama : syakban
Jenis Kelamin : laki- laki
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat dan Telepon : Blangkolak II
Hubungan dengan pasien : anak kandung
Keakraban
dengan pasien : akrab
Sudah berapa lama mengenal pasien : dari informan keci
Kesan pemeriksa / dokter terhadap
keterangan yang diberikannya : bisa dipercaya
I.
Anamnesis
Keterangan / anamnesis diperoleh
dari pasien sendiri (autoanamnesis) dan informan (alloanamnesis).
1.
Pasien datang ke
fasilitas kesehatan (Rumah Sakit Datu Beru) atas keinginan pasien sendiri
2.
Sebab utama
pasien dibawa ke rumah sakit karena
ketakutan, sulit tidur
3.
Keluhan utama
(Chief Complaint) adalah cepat
cemas sejak 4 bulan yang lalu.
4.
Riwayat
perjalanan penyakit sekarang ini
Pasien datang dengan keluhan sering ketakutan tidak
menentu yang dialami oleh pasien kurang lebih 4 bulan terakhir ini. OS juga
mengeluhkan sulit tidur, berkeringat dingin, badan terasa sakit, gelisah tak
menentu. Osjuga mengaku sering mengalami jantung berdebar- debar.
5.
Riwayat penyakit
sebelumnya
OS baru pertama kali
mengalami hal seperti ini. OS belum pernah di rawat untuk keluhan seperti ini,
OS juga belum pernah mengkonsumsi obat untuk keluhan ini.
6.
Riwayat keluarga
OS
a. Identitas
orangtua / pengganti
Identitas
|
Orang tua / pengganti
|
|
Bangsa
|
Indonesia
|
Indonesia
|
Suku
|
Aceh
|
Aceh
|
Agama
|
Islam
|
Islam
|
Pendidikan
|
SD
|
SD
|
Pekerjaan
|
-
|
-
|
Umur
|
-
|
-
|
Alamat
|
-
|
-
|
Hubungan OS
|
Akrab
|
Akrab
|
Dan lain-lain
|
-
|
-
|
b. Kepribadian
Kepribadian Bapak dijelaskan oleh OS bahwa ia banyak teman, baik, dan pendiam
Kepribadian ibu dijelaskan oleh OS bahwa ia bersifat banyak teman dan baik
c. OS
bersaudara 4 orang
dan OS anak ke 3
d. Urutan
bersaudara dan usianya
1. Laki- laki
2. Laki- laki
3. Perempuan
( OS)
4.
Laki- laki
e. Gambaran
kepribadian masing-masing saudara OS
Saudara ke
|
Gambaran Kepribadian
|
Hubungan dengan
saudara
|
1
|
Baik
|
Akrab
|
2
|
Baik
|
Akrab
|
3
|
OS
|
OS
|
4
|
Ramah
|
Akrab
|
f. Orang
lain yang tinggal di rumah OS
-
Tidak ada orang lain yang tinggal di rumah OS
g.
Riwayat
penyakit jiwa kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada kaitannya dengan
gangguan jiwa) pada keluarga OS
-
Tidak ada Riwayat
penyakit jiwa kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik (yang ada kaitannya dengan
gangguan jiwa) pada keluarga OS
h.
Riwayat
Tempat tinggal yang pernah didiami OS
No
|
Rumah
Tempat
Tinggal
|
Keadaan Rumah
|
|||
Tenang
|
Cocok
|
Nyaman
|
Tak Menentu
|
||
1
|
Blang Kolak II
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
-
|
7.
Gambaran seluruh
faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan
kejiwaan OS selama masa sebelum sakit (pramorbid) yang meliputi:
a. Riwayat
sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :
§ Keadaan
ibu sewaktu hamil :
a.1.) : kesehatan fisik : informan tidak mengetahui
a.2.) : kesehatan mental : informan tidak mengetahui
§ Keadaan
melahirkan :
Aterm , lahir spontan
§ OS
anak yang direncanakan
b. Riwayat
masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : informan tidak mengetahui
Minum ASI : informan tidak mengetahui
Usia mulai bicara : informan tidak mengetahui
Usia mulai berjalan : informan tidak mengetahui
c. Simptom-simptom
sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak : informan tidak mengetahui
d. Toilet
training
Umur : informan tidak mengetahui
Tingkah laku orang tua :
informan tidak mengetahui
Perasaan terhadap hal ini : informan tidak mengetahui
e. Kesehatan
fisik masa kanak-kanak : sehat
f. Kepribadian
serta temperamen sewaktu anak-anak adalah pemalu
g. Masa
sekolah
Perihal
|
SD
|
SMP
|
SMA
|
PT
|
Umur
|
6 tahun
|
-
|
-
|
-
|
Prestasi
|
Kurang
|
-
|
-
|
-
|
Aktivitas
Sekolah
|
Baik
|
-
|
-
|
-
|
Sikap
terhadap teman
|
Baik
|
-
|
-
|
-
|
Sikap
terhadap guru
|
Baik
|
-
|
-
|
-
|
Kemampuan
khusus
|
Tidak
ada
|
-
|
-
|
-
|
Tingkah
Laku
|
Baik
|
-
|
-
|
-
|
h. Masa
remaja
Kenakalan remaja : tidak ada
i.
Riwayat
pekerjaan
Usia mulai bekerja ( 22 tahun )
Keadaan ekonomi :
kurang
Konflik dengan pekerjaan : -
j.
Percintaan, , perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga :
Baik
Keterangan pribadi dari suami / isteri :
Nama :
alm ilyas Umur : -
Bangsa / suku : aceh
Agama : islam
Pendidikan : SMA Pekerjaan : -
k. Situasi
sosial saat ini
1. Tempat
tinggal : rumah sendiri
2. Polusi
lingkungan : ramai
l.
Perihal
anak-anak OS meliputi :
No
|
Kelamin
|
Umur
|
Pendidikan
|
Kepribadian
|
Kesehatan
|
Sikap OS pada anak
|
|
Fisik
|
Mental
|
||||||
1
|
Perempuan
|
28 thn
|
SMP
|
Biasa
|
Sehat
|
Sehat
|
Baik
|
2
|
Laki- laki
|
23 thn
|
SMA
|
Ramah
|
Sehat
|
Sehat
|
Baik
|
8. Stressor
psikososial : tidak ada
9.
Riwayat penyakit
fisik yang pernah di derita OS yang mungkin ada kaitannya dengan gangguan
kejiwaan (setelah melewati usia kanak-kanak): tidak ada.
10.
Tidak pernah
suicide.
Tidak
pernah berhubungan dengan polisi atau penegak hukum.
11. Riwayat
penggunaan alkohol / obat bius / zat adiktif lainnya tidak ada
II.
Pemeriksaan
Psikiatri Khusus
A. Gambaran
Umum
1. Penampilan
-
Sikap tubuh : biasa
-
Cara berpakaian : rapi
-
Kesehatan fisik : lemas, pucat
2. Tingkah
laku dan aktifitas psikomotor : normal
Cara berjalan
: biasa
3. Sikap
terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Pembicaraan
dan Fragmen Pembicaraan
-
Arus pembicaraan
: biasa
-
Produktifitas : biasa
-
Perbendaharaan : biasa
-
Isi pembicaraan : sesuai
C. Afek,
Mood dan Emosi lainnya
-
Afek : serasi
-
Mood : disforik
-
Emosi lainnya : agitasi, takut
D. Pikiran
1. Gangguan
bentuk
- umum : -
- spesifik :
-
2. Gangguan
isi : -
E. Persepsi
-
Halusinasi pendengaran :
tidak ada
-
Ilusi :
tidak ada
-
Depersonalisasi :
baik
-
Derealisasi :
baik
F. Mimpi
dan Fantasi
-
Mimpi : tidak ada
-
Fantasi : tidak ada
G. Sensorium
1. Alertnes : Compos Mentis
2. Orientasi
-
Orientasi Waktu :tidak terdapat gangguan orientasi
-
Orientasi Tempat : tidak terdapat gangguan orientasi
-
Orientasi
Personal : tidak terdapat
gangguan orientasi
3. Konsentrasi
dan kalkulasi :tidak terganggu
4. Memori
-
gangguan memori
jauh : tidak terganggu
-
gangguan memori
agak lama : tidak terganggu
-
gangguan memori
baru saja : tidak terganggu
-
gangguan memori
segera : tidak terganggu
5. Pengetahuan
Umum : tidak terganggu
6. Pikiran
Abstrak : tidak terganggu
H. Insight
: derajat 4
I. Judgement
-
Judgement sosial
: tidak terganggu
-
Judgement test : tidak terganggu
J. Kemampuan
mengendalikan rangsang dari dalam diri sendiri : baik
III.
Pemeriksaan
Internal
Terdapat gangguan
pada lambung dan jantung pasien
IV.
Pemeriksaan
Neurologik
Dalam Batas Normal
V.
Pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Darah rutin
VI.
Pemeriksaan
oleh psikolog / petugas sosial dan lain-lain
Tidak
dilakukan
IX.
Resume
Seorang
pasien bernama hasanah ( 48 tahun),
datang ke RSUD Datu Beru karena sering ketakutan tidak menentu yang dialami
oleh pasien kurang lebih 4 bulan terakhir ini. OS juga mengeluhkan sulit tidur,
berkeringat dingin, badan terasa sakit, gelisah tak menentu. Osjuga mengaku
sering mengalami jantung berdebar- debar. OS baru pertama kali mengalami hal seperti ini. OS
belum pernah di rawat untuk keluhan seperti ini, OS juga belum pernah
mengkonsumsi obat untuk keluhan ini.
Hubungan OS dengan keluarga dan kedua orang tuanya akrab.
Kepribadian OS pendiam dan banyak teman. Ibu OS seorang yang ramah dan mudah
bergaul. OS merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara.
Untuk informasi OS waktu kecil, informan tidak
mengatahui. OS hanya sekolah sampai SD. OS masuk SD 6 tahun,. Saat ini OS
sudah menikah dan tidak bekerja. OS
tinggal dirumah sendiri dengan keadaan nyaman. OS tidak memiliki stresor
psikososial, tidak pernah bunuh diri, tidak pernah berhubungan dengan polisi
dan tidak pernah menggunakan zat adiptif.
VII.Diagnosis
Banding
- F41.0.
Gangguan Panik
Pedoman
diagnostik
- Gangguan panik baru ditegakkan
sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas
fobik ( F40)
- Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat ( severe attacks of
autonomic anxiety) dalam masa kira- kira 1 bulan:
a.
Pada keadaan- keadaan dimana sebenarnya secara
objektif tidak ada bahaya.
b.
Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui
atau yang dapat diduga sebelumnya ( unpredictable situation).
c.
Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-
gejala ansietas pada periode diantara serangan- serangan panik ( meskipun
demikian, umumnya dapat terjadi juga “ anxietas antisipatorik”, yanitu ansietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi). 4
2. F40.1. Gangguan cemas
menyeluruh
Pedoman diagnostik
·
Penderita harus menunjukkan
ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa
minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja ( sifatnya free floating atau mengambang)
·
Gejala- gejala tersebut
biasanya mencakup unsur- unsur berikut:
(a)
Kecemasan ( khawatir akan nasib
buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
(b)
Ketegangang motorik ( gelisah,
sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai), dan
(c)
Overaktivitas otonomik ( kepala
terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar- debar, sesak napas, keluham lambung,
pusing kepala, mulut kering, dsb)
·
Pada anak- anak sering terlihat
adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan ( reassurance) serta keluhan-
keluhan somatik berulang yang menonjol
·
Adanya gejala- gejala lain yang
sifatnya sementara ( untuk beberapa hari), khusunya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif ( f32), gangguan anxietas fobik
( f40), gangguan panik, atau gangguan obsesif kompulsif.
VIII.
Diagnosis
Aksis I : Gangguan
apnik
Aksis II : Tidak Ada Diagnosis
Aksis III : Tidak Ada Diagnosis
Aksis IV : Tidak Ada Diagnosis
Aksis V : 70- 61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.
IX.
Prognosis
Kira-kira
30% – 40% pasien sembuh sempurna, 50% masih mempunyai gejala yang ringan tapi
tidak mengganggu aktifitas kehidupan seharihari. Sekitar 10% – 20% masih terus
mengalami gejala yang signifikan
X.
Terapi
Teori
-
Alprazolam
2-4 mg/H
-
Paroxetin 5- 10 mg/H
Elizac
2 x 20 mg
Clofritis
2 x 10 mg
FOLLOW UP
20- September
2018
S
|
O
|
A
|
P
|
Sering
ketakutan seperti mau meninggal, sulit tidur, badan terasa sakit, gelisah tak
menentu.
|
a.
Gambaran umum
1. Penampilan : biasa
2. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor : baik
3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
b.
Pembicaraan
1. Arus : biasa
2. Produktifitas : biasa
3. Perbendaharaan : biasa
4. Isi : biasa
c.
Afek, mood dan emosi lainnya
1. Afek : serasi
2. Mood : disforik
3. Emosi lainnya : tidak ada
d.
Pikiran
1. Gangguan bentuk :
-
Umum: -
- Spesifik : -
2. Gangguan isi :-
e.
Persepsi
1. Halusinasi : -
2. Ilusi :-
f.
Mimpi :-
g.
Sensorium
1. Compos mentis
2. Orientasi baik
3. Konsentrasi baik
4. Memori baik
5. Pengetahuan umum baik
6. Pikiran abstrak baik
h.
Insight : IV
i.
Judgement tidak terganggu
j.
Kemampuan
mengendalikan rangsangan diri baik
k.
Px. Interna
baik
l.
Px. Neurologik
tdk dilakukan
Px. Lab tidak dilakukan
|
Aksis I : gangguan panik
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak Ada Diagnosis
Aksis IV : Tidak Ada Diagnosis
Aksis V : 70- 61
|
Elizac
2 x 20 mg
Clofritis 2 x 10 mg
|
0 comments:
Post a Comment