A. Impulse
Buying
1.
Pengertian Impulse Buying
Pembelian impulsif adalah suatu tindakan
pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian
yang dilakukan pada saat berada didalam toko. Pembelian konsumen yang bersifat Impulse
Buying ini dapat didasari adanya perubahan gaya hidup berbelanja (Shopping
lifestyle) yang semakin bervariasi. (Engel, Blavkwell, & Miniard,
1995). Menurut Rook dalam (Nurcholish, 2017), Impulse Buying merupakan
perilaku belanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara
emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa
berfikir secara bijak dan pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan
alternatif yang ada.
Impulse Buying didefenisikan sebagai “keputuan pembelian
yang dibuat oleh pelanggan secara spontan atau seketika setelah melihat barang
yang dijual” (Utami C. W., 2006). Earl dan Kemp dalam (Gunadhi &
Japarianto, 2015), bahwa Impulse Buying merupakan sebuah tindakan
pembelian yang dilakukan tanpa adanya perencanaan terdahulu, dan dijalankan
semua tindakan pembelian yang dilakukan diluar daftar belanja.
2.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Impulse Buying
Menurut Loudon dan Bitta (Anin, Rasimin,
& Atamimi, 2012), faktor-faktor yang
mempengaruhi Impulse Buying adalah
sebagai berikut :
1) Produk dengan
karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marginal, produk jangka
pendek,dan ukuran kecil.
2) Pemasaran dan
marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak outlet yang self
service, iklan melalui media massa yang sangat sugestibel dan terus
menerus, iklan di titik penjualan.
3) Karakteristik
konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, social demografi atau
karakteristik sosial ekonomi.
Menurut Kacen dan Lee dalam (Dawson & Kim, 2009),
sebagai berikut:
1) Ketersediaan Waktu
dan Uang
2) Emosi, adanya
pencampuran rasa senang, kegairahan, dan kekuasaan
3)
Identitas diri, seperti jenis kelamin maupun salah satu
perbedaan
3.
Indikator Impulse Buying
Menurut Bayley dan Nancarrow dalam (Yistianti, Yasa,
& Suasana, 2012), Impulse Buying memiliki empat indikator yaitu:
1)
Pembelian secara spontan
2)
Sering membeli tanpa berpikir terlebih dahulu.
3)
Membeli sesuatu dengan terburu-buru.
4)
Pembelian dipengaruhi oleh kondisi emosional
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1)
Pembelian secara spontan
Ketika pelanggan melakukan pembelian tanpa direncanakan
terdahulu
2)
Sering membeli tanpa berpikir terlebih dahulu.
Ketika pelanggan melakukan pembelian tanpa memikirkan
tentang konsekuensi dari pembelian yang dilakukan.
3) Membeli sesuatu
dengan terburu-buru.
Adalah situasi kondisi pelanggan mengalami bahwa mereka
terlalu tergesa-gesa dalam membeli sesuatu.
4) Pembelian dipengaruhi
oleh kondisi emosional
Adalah suatu kondisi dimana pelanggan melakukan aktivitas berbelanja yang
dipengaruhi oleh keadaan emosi yang dirasakan.
B.
Hedonic
shopping motivation
1.
Pengertian Hedonic shopping
motivation
Motivasi
dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa
mereka untuk bertindak (Schiffman dan Kanuk, 2008:72). Tenaga pendorong
tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan
yang tidak terpenuhi. Konsumen akan terbebas dari tekanan yang mereka rasakan.
Tujuan spesifik yang mereka pilih dan pola tindakan yang mereka ambil untuk
mencapai tujuan ini adalah hasil dari pemikiran individu dan proses
pembelajaran. (Schiffman dan Kanuk, 2008:72). Ada dua hal yang memotivasi
berbelanja konsumen yaitu hedonic dan utilitarian.
Utilitarian
merupakan sebagai pengalaman positif di mana konsumen dapat menikmati
pengalaman emosional yang memuaskan terkait dengan aktivitas belanja terlepas
dari apakah ada pembelian atau tidak.(Kim, 2006). Dalam penelitian ini terdapat
dua dimensi dari motivasi belanja utilitarian yaitu akan dijelaskan sebagai
berikut Babin et al, 1994dalam (Kim, 2006) :
1)
Efisiensi (Efficiency), yaitu
ditujukan terhadap kebutuhan konsumen untuk menghemat waktu dan sumber daya.
2)
Prestasi (Achievement), yaitu
dianggap sebagai tujuan yang berhubungan dengan orientasi belanja dimana
kesuksesan dalam mencari produk-produk yang lebih spesifik yang direncanakan
diluar rencananya sebelumnya merupakan hal penting.
Hedonic shopping motives yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas,
gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya. Kebutuhan ini seringkali muncul
untuk memenuhi tuntutan sosial dan estetika dan disebut juga motif emosional
(Setiadi, 2003). Aktivitas berbelanja yang didasarkan keinginan berasal dari
individu atau motivasi, Sifat hedonis ini muncul ketika seseorang sedang browsing
di marketplace. Menurut (Scarpi, 2006), hedonic shopping
menggambarkan nilai pengalaman berbelanja yang meliputi fantasi, sensor
rangsangan, kegembiraan, kesenangan, keingintahuan dan khayalan kegembiraan.
Menurut (Kim, 2006), bahwa Hedonic shopping motivation identik
dengan pemenuhan aspek non fungsional konsumen. Menurut (Arnold & Reynolds,
2003), motivasi hedonis adalah aktivitas pembelian yang didorong oleh perilaku
yang terkait dengan panca indera, kekecewaan dan emosi menjadikan kesenangan
dan kesenangan materi menjadi tujuan utama hidup. Motif perilaku berbelanja
secara hedonis merupakan dorongan konsumen untuk berbelanja, karena menurut
mereka berebelanja adalah rasa senang tersendiri disaat apa yang mereka
butuhkan terpenuhi.
Menurut (Utami C. W., 2010), motivasi hedonis adalah motivasi konsumen
untuk Berbelanja karena berbelanja adalah kesenangan tersendiri sehingga mereka
tidak memperhatikan manfaat produk yang dibeli. Motivasi berbelanja hedonis
dapat diartikan sebagai, motivasi berbelanja untuk kesenangan semata, menghilangkan stres
dan mencari kepuasaan dengan membeli barang yang tidak dibutuhkan. Motivasi
hedonis ini biasanya lebih cenderung untuk memenehui kebutuhan skunder atau
kebutuhan lain yang berhubungan dengan gaya hidup dan sosial.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hedonic shopping motivation
Menurut Hausman, et al dalam
(Sekarsari, 2013), mengidentifikasi ada enam faktor Hedonic shopping
motivation, yaitu sebagai berikut:
1)
Mencari kesenangan baru, konsumen
berbelanja untuk mencari pengalaman yang menyenangkan.
2)
Memuaskan rasa ingin tahu, konsumen
berbelanja untuk memuaskan keinginan berbelanja.
3)
Pengalaman baru, konsumen berbelanja
untuk mendapatkan pengalaman baru.
4)
Mencari hiburan, konsumen berbelanja
untuk menghibur diri.
Menurut
Ozen dan Engizek dalam (Pasaribu & Dewi, 2015), mengidentifikasi ada lima
faktor Hedonic shopping motivation, yaitu sebagai berikut:
1)
Adventure/explore shopping , yaitu petualangan atau
eksplorasi belanja dilakukan konsumen untuk menemukan sesuatu yang baru dan
menarik.
2)
Value shopping, yaitu kenikmatan yang
dihasilkan ketika konsumen berburu untuk tawarmenawar, mencari diskon dan
promosi lainnya.
3)
Idea shopping, yang merujuk gejala ketika
konsumen pergi belanja karena mereka ingin mengetahui tentang tren baru dan
mode baru.
4)
Social shopping yaitu kegiatan bersosialisasi
saat berbelanja, memiliki kesenangan berbelanja dengan teman-teman dan
keluarga, dan berinteraksi dengan orang lain pada saat belanja.
5)
Relaxation shopping yaitu kegiatan
belanja untuk mengatasi stres, dan mengubah suasana hati konsumen dari negatif
ke mood positif.
3.
Indikator Hedonic shopping
motivation
Menurut
(Utami C. W., 2010), Indikator Hedonic shopping motivation sebagai berikut:
1)
Belanja adalah hal yang menarik
pengalaman.
2)
Belanja adalah alternatif untuk
mengatasi kebosanan.
3)
Konsumen lebih suka berbelanja selain
untuk diri mereka sendiri.
4)
Konsumen lebih suka mencari tempat
belanja yang menawarkan diskon dan harga yang murah.
5)
Kepercayaan dalam berbelanja akan
tercipta saat mereka menghabiskan waktu bersama dengan keluarga atau teman.
6)
Konsumen berbelanja untuk mengikuti
tren model baru.
Menurut (Arnold & Reynolds, 2003), dimensiHedonic shopping
motivation sebagai berikut:
1)
Adventure shopping, konsumen merasa berbelanja
merupakan petualangan yang seru dan menyenangkan.
2)
Gratification shopping, konsumen merasa berbelanja
merupakan suatu cara untuk mengobati strees.
3)
Role shopping, konsumen merasa suka
berbelanja bersama orang lain karena jika mereka senang saya juga merasa
senang.
4)
Value shopping, konsumen merasa suka
berbelanja ketika ada diskon.
5) Social shopping, konsumen merasa berbelanja dengan teman dan keluarga merasa senang, bersosialisasi saat berbelanja, dan ikatan dengan orang lain saat berbelanja.
Idea shopping, konsumen merasa berbelanja untuk dapat mengikuti tren dan produk baru.
0 comments:
Post a Comment