Kepemimpinan dan Bahasa Arab

1. Kepemimpinan

Ketika manusia di lahirkan sebagai bayi, sang bayi belum menjadi pemimpin. Setelah melewati proses waktu dan zaman, sang bayi mulai terbiasa dengan bacaan yang di sajikan Allah melalui mata, telinga dan panca indra lainnya. Sang bayi mulai mengenal nama-nama dan hal-hal yang baru; bagaikankan Adam di masa lalu ketika diajarkan dihadapan para Malaikat. Silih berganti, detik berlomba mengejar menit, barulah sang bayi beranjak ke jenjang kepemimpinan. Di saat ia dewasalah berlaku hadits Nabi :
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَاعِيَّتِهِ

Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dipimpinnya” (Bukhari Muslim).
Amatlah sempit pemikiran kita jikalau hanya mengartikan kata “Mahasiswa” sebagai subyek pembelajar saja, meski diikat oleh suatu definisi belajar ( تعلم ), Mahasiswa juga mengalami perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, “mahasiswa” tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut mengisi definisi tuntut, cari, tela’ah, ubah, learning (طلب ). Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di rumah untuk menghadapi ujian semester. “Mahasiswa” dituntut untuk menjadi seorang kader pemimpin, penegak agama, pembaharu masa dan pelopor-pelopor perjuangan yang respect dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan ummat dan bangsa.

Untuk melakukan itu semua, Mahasiswa haruslah dihormati dan disegani baik itu dikalangannya ataupun di lingkungannya, mahasiswa itu juga haruslah dapat memberikan manfaat kepada orang lain guna untuk mendapatkan kehormatan itu. Suatu kemuliaan jika kita dimuliakan dan dipercayai, akan tetapi tanyakan sekali lagi “apakah kita pantas untuk dihormati dan disegani serta dimuliakan?” semuanya itu tidak dapat diraih dengan serta merta melainkan membutuhkan usaha, pengorbanan dan perjuangan yang selalu di iringi dengan pagar-pagar do’a.

Wahyu Allah yang pertama kali diturunkan kepada Muhammad Rasulullah S.A.W. adalah surah Al-Alaq 1 – 5 :

اقرا باسم ربك الذي خلق - خلق الانسن من علق -  اقرا وربك الاكرم - الذي علم بالقلم - علم الانسن ما لم يعلم
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq : 1 – 5)

Didalamnya  tersebut kunci untuk menguasai dunia, yang mana awal mula untuk menguasai dunia adalah dengan belajar dan membaca. Maksud membaca disini bukan hanya terfokus pada buku-buku sahaja, akan tetapi belajar dari segala makhluk, belajar dari segala sesuatu, belajar dari alam ciptaan Allah dan dari pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami.

Sebaik-baik pemimpin yang pantas di contoh adalah Muhammad S.A.W. pemimpim yang berbudi luhur yang tinggi, terpercaya, memiliki hikmah dan ilmu pengetahuan yang di gambarkan sebagai “Uswatun Hasanah” didalam Al-Qur’an. Didalam riwayat dikatakan, Jika beliau S.A.W. berbicara tentang astronomi, ahli-ahli astronomi menyangka beliaulah pakar astronomi, jika beliau S.A.W. berbicara masalah kedokteran, geologi, kelautan dan sebagainya mereka-mereka yang ahli pada bidang itu akan menyangka beliaulah pakar segala pakarnya dalam bidang itu, sebab Allah S.W.T yang langsung mengajarkanya pada beliau melalui wahyu-Nya.

Adapun kiat-kiat untuk menjadi pemimpin seperti halnya Rasulullah S.A.W. diantaranya ialah:

1.     Menjadi orang yang jujur dan memiliki kredibilitas. Yaitu mampu membangkitkan rasa kepercayaan orang lain pada kita. Karena jika kita telah dipercaya maka segala kata-kata kita juga akan di percaya, dan orang lain akan patuh, insyaAllah.

2.      Senantiasa memperhatikan segi-segi yang terpenting, penting, dan menjauhi dari kesia-siaan. Karena seorang pemimpin adakalanya harus memilih, dan harus mengutamakan segala sesuatu yang prioritasnya lebih penting.

3.  Selalu mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi, hal ini menunjukkan bahwa sikap kepemimpinan haruslah memiliki jiwa sosial yang tinggi dan rela berkorban demi ummat.

4.     Amar ma’ruf dan Nahi munkar. Setiap pemimpin yang baik akan selalu menunjukkan orang yang dipimpinnya contoh tauladan yang baik, serta mencegah segala sesuatu yang bersifat merusak.

Allah menciptakan manusia antara lain dengan 2 tujuan, yaitu tujuan yang utama untuk beribadah kepadaNya:

وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
 Artinya :
 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Q. S. Adz-Dzariyat : 56).

Dan tujuan yang kedua ialah, untuk menjadi Khalifah ataupun pemimpin di permukaan bumi ini:

واذ قال ربك للمليكه اني جاعل في الارض خليفه
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi… (Q.S. Al-Baqarah : 30)

Manusia telah diberikan tugas oleh Allah, oleh karena itu manusia haruslah menjadi makhluk yang bertanggung jawab. Pada dasarnya semua manusia itu adalah Khalifah, semua manusia itu adalah pemimpin. Walau itu hanya untuk memimpin dirinya dari ketidak seimbangan iman karena serangan nafsu, walau itu hanya untuk memimpin akal dari kritikan–kritikan falsafah miring, menuju pada Qalbussalim (hati yang selamat) dan Nafsul Muthmainnah (jiwa yang tenang).

Rasa memiliki dan tanggung jawab merupakan sebuah penerapan, yaitu penerapan untuk membiasakan mengenal diri akan batas kemampuan. Semuanya itu tidak terlepas dari rasa sosial kita kepada Allah dan Rasul-Nya dan diiringi dengan sosial kita pada yang lainnya. Semoga kita dapat memupuk kembali rasa tanggung jawab kita yang utama kepada Allah, dan yang kedua kepada makhluk-Nya. Juga mari kita bangkitkan jiwa-jiwa kepemimpinan kita yang telah lama terlelap di timang fatwa. Terapkan! dan laksanakan!, mari kita tunjukkan bahwasanya Mahasiswa Bahasa Arab masih ada, dan inilah kami, bukan Mahasiswa yang hanya bisa mengandalkan orang lain, tetapi Mahasiswa yang bisa mengandalkan diri sendiri dan juga bisa di andalkan, khususnya orang tua dan masyarakat.

لَيْسَ الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ "هَذَا اَبِي" وَلَكِنَّ الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ "هَأَنَا

Seorang pemuda itu bukanlah yang hanya bisa berkata “ini bapakku” tetapi seorang pemuda itu ialah yang berani tegas mengatakan “inilah aku”).

2. Bahasa Arab

Kita sebagai Mahasiswa Bahasa Arab sepantasnyalah bangga atas bahasa lisan yang sedang kita pelajari ini. Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa pemimpin besar Islam yakni Muhammad S.A.W. dan juga bahasa Arab sungguh sangatlah penting untuk di pelajari. Di dalam satu riwayat ada hadits yang menyatakan :

تَعَلَّمُوْا عَرَبِي وَ عَلَّمَهُ النَّاسَ

Pelajarilah Bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia”.

Dahulu kala pada masa kejayaan Islam, orang-orang Eropa, dan orang-orang non Muslim lainnya berbondong-bondong datang ke Andalusia, Cordova, Sisilia, Mesir, Baghdad, dan negeri-negeri Islam yang lain untuk mempelajari Bahasa Arab dikarenakan pada masa itu kitab-kitab ilmu pengetahuan semuanya berbahasa Arab, yang pada masa itu bahasa Arab merupakan bahasa nomor 1 (satu) di dunia. Mereka menguras semua ilmu, sampai-sampai pada perang keruntuhan Islam, di samping mereka membakar banyak kitab, mereka tak lupa membawa beratus-ratus buku untuk di pelajari. Kendatipun sekarang ilmu-ilmu itu sudah mengalami penerjemahan, dan sekarang kita sudah memasuki masa komputerisasi dan modernisasi; bahasa Arab tetap sangat penting.

Adapun keistimewaan-keistimewaan Bahasa Arab adalah:

1.      Bahasa Arab adalah bahasa lisan Rasulullah

ولو جعلنه قرءانا اعجميا لقالوا لولا فصلت ءايته ءاعجمي وعربي
Dan Jikalau kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut Al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”. (Q.S. Fushshilat : 44)

2.      Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an.

"انا انزلنه قرءنا عربيا لعلكم تعقلون
Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya" (Q.S. Yusuf : 2)

3.      Bahasa Arab adalah bahasa Ahlul jannah (penghuni surga).

4.      Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup dan terjaga, juga bahasa yang dipelihara langsung oleh Allah, karena Al-Qur’an memakai bahasa Arab.

انا نحن نزلنا الذكر وانا له لحفظون
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr : 9)

5.      Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan sesuatu. Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tashrif (konjungsi), yang amat luas hingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian itu tak terdapat dalam bahasa lain.

قرءانا عربيا غير ذي عوج لعلهم يتقون
Ialah) Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokkan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa” (Q.S. Az-Zumar : 28).

Dari keistimewaan-keistimewaan tersebut, memang sewajarnya lah kita bangga dengan bahasa lisan yang sedang kita pelajari ini. Namun, apakah kebanggaan itu hanya sebatas kebanggaan kosong belaka? Apakah kebanggaan itu hanya sekedar ucapan “saya bangga” saja? Dan tanpa ada pengaplikasiannya dalam keseharian kita?. Jikalau kita bangga akan sesuatu, dengan kata lain kita cinta terhadap apa yang kita banggakan itu, kita pasti akan memperhatikan dan terus ingin mengenalnya, dengan cara mempelajari dan terus mendekati hal tersebut. nah.. bagaimana dengan kita? Apakah sudah terbersit di hati kita untuk lebih mengenal dan terus merealisasikan  rasa cinta terhadap bahasa Arab? Jikalau belum حَيَّ بِنَا .


Rumusan Dari penyampaian para pemateri tanggal 4 - 5 Desember  2010 pada kegiatan "Leadership" yang di adakan oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa Arab (HIMBA) Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih (STAI GP) Takengon, Aceh Tengah.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger