Kekerasan Pelajar Karena Kelemahan Kurikulum

Ada benarnya penilaian dari Ferdinand Hindrianto (SEMARANG, KOMPAS.com, Selasa 22/11/2011) yang mengatakan bahwa Kekerasan Pelajar di Indonesia merupakan salah satu akibat dari Kelemahan Kurikulum yang ada. Kurikulum di Indonesia yang terlalu mementingkan aspek kognitif, dengan secara tidak langsung mengabaikan aspek afektif dan psikomotor yang juga penting di dalam menjalankan kurikulum.

Jikalau kita mengkaji ulang dari Komponen-komponen kurikulum, di sana terdapat: Tujuan, Materi, Aktivitas Belajar, Media, dan Evaluasi. Kesemuanya itu harus saling berkesinambungan, saling berhubungan, dan harus mencakup kesemuanya. Akan tetapi apabila kita memperhatikan kurikulum yang ada sekarang ini, hanya terfokus kepada Tujuan, Materi, dan Media saja. Oleh sebab itu Aktivitas atau strategi-strategi belajar dan juga evaluasi sering di abaikan dan kurang dipentingkan.

Di dalam melaksanakan kurikulum, Proses atau sistem dalam aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar dalam situasi belajar-mengajar. Berkaitan dengan aktivitas belajar, maka harus diperhatikan pula strategi belajar mengajar yang efektif. Gunanya yaitu agar terciptanya penghayatan materi yang telah disajikan. Begitu juga dengan psikomotorik yang juga tak kalah pentingnya, yang berfungsi sebagai pengalaman dan pengamalan dari materi-materi yang telah disajikan.

Jikalau kita mencoba mengkaitkan nya dengan ajaran Nabi, bukankah Nabi S.A.W, juga mengajarkan yang sedemikian rupa? Maka sekarang ini kita mengenal yang namanya Hadits Qauli (Kognitif) Hadits Fi’li (Psikomotorik) dan juga Hadits Taqriri (Afektif). Kesemuanya itu telah dicontohkan oleh Rasul, kesemuanya itu penting dan tidak boleh dianggap tidak penting.

Yang terakhir ialah Evaluasi. Segala perbuatan perlu evaluasi, begitu juga dengan kurikulum yang berlaku. Masih banyak kekurangan dan ketidakselarasan antara kurikulum dengan peserta didik, maka disini perlu pengevaluasian. Kurikulum harus disesuaikan dengan berbagai aspek, dan tidak hanya terlalu mementingkan aspek kognitif saja. Jikalau itu semua terlaksana dengan baik maka persepsi masyarakat yang terbentuk karena kebiasaan pun akan hilang di tutup dengan kebiasaan yang lainnya.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger