Prinsip-prinsip Aqidah Islamiyah

Menurut pengertian bahasa kata-kata "aqidah" merupakan ambilan dari kata-kata "aqdun" yang berarti ikatan dan simbol yang kokoh, juga penguatan atas janji. (lihat : Lisanul Arab III / 295 - 300). Sedang menurut istilah, aqidah Islamiyyah berarti keimanan yang kokoh kuat terhadap Allah dalam uluhiyah, rububiyah, asma' dan sifatNya. Juga iman terhadap , malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul dan hari akhir, serta qodar yang baik maupun buruk. Juga terhadap semua nash shohih yang berkaitan dengan ushulud din dan berita-berita tentang hal ghaib. Dengan tunduk dan patuh kepada Allah dalam semua ketentuanNya dan mengikuti Rasulullah dalam pengetrapannya. (Mabahits fi aqidah ahlu sunnah : 9).

Dalam perjalanan sejarah pembahasan materi ini sering tampil dalam beberapa sebutan antara lain :

At-Tauhid : Istilah ini banyak diungkapkan oleh hadits-hadits Rasulullah SAW. Seperti ketika beliau menugaskan Muadz bin Jabal untuk berda'wah ke Yaman (HR. Bukhari). Dalam himpunan kita-kitab hadits juga kita dapatkan bab khusus tentang tauhid seperti yang terdapat dalam kitab shohih Bukhari. Secara khusus banyak juga ulama yang membukukan karya ilmiyah dalam bidang ini dengan judul : Kitab At-Tauhid. Seperti dilakukan oleh Ibnu Huzaimah (wafat 311 H), dan Ibnu Mandah (wafat 359 H).

As-Sunnah : Banyak juga ulama yang membahas masalah ini dalam karya-karya ilmiyah yang mereka beri nama As-Sunnah, sebagai lawan dari al-Bid'ah. Hal yang diantaranya dilakukan oleh Imam Ahmad (wafat 241 H) dan Al Khallal (wafat 311 H).

Al Iman : Istilah ini banyak diungkap oleh ayat-ayat Al Qur'an, juga dalam kita-kitab hadits.

Asy-syari'ah : seperti dalam karya Al Ajurri (wafat 360 H).

Al Fiqh al Akbar : seperti dalam karya Abu Hanifah (wafat 150 H).

Ushuluddin : Seperti tampak dalam karya Al Baghdadi (wafat 429 H) dan Abul Hasan Al Asy'ari (wafat 324 H).

Al Aqidah : Seperti terlihat dalam tulisan ash Shobuni (wafat 449 H) yang berjudul "Aqidatu as Salaf Ashabu al hadits" Untuk pembahasan kali ini, kami pergunakan istilah aqidah atau at-Tauhid.


Tauhid
Prinsip utama tauhid dalam aqidah Islam adalah terpenuhinya nilai tauhid dan terjauhkannya nilai syirik.

Iman kepada Allah, dasar seluruh Aqidah Islamiyyah
Iman kepada Allah adalah ruh atau merupakan jiwa Islam dan dasar seluruh aqidah Islamiyah. Demikian dijelaskan dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Ketika Al Qur'an al Karim berbicara tentang rukun iman dan implikasinya, maka iman kepada Allah ditempatkan pada rukun pertama dari seluruh rukun iman. Firman Allah :

ءامن الرسول بما انزل اليه من ربه والمومنون كل ءامن بالله ومليكته وكتبه ورسله لا نفرق بين احد من رسله وقالوا سمعنا واطعنا غفرانك ربنا واليك المصير
"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rasul-rasulNya" (QS. Al Baqarah : 285).

يايها الذين ءامنوا ءامنوا بالله ورسوله والكتب الذي نزل علي رسوله والكتب الذي انزل من قبل ومن يكفر بالله ومليكته وكتبه ورسله واليوم الءاخر فقد ضل ضللا بعيدا
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa' : 136).

انا كل شيء خلقنه بقدر
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran" (QS. Al Qamar : 49).

Dalam hadits yang shohih, yaitu ketika Rasulullah SAW menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang iman, beliau berkata:

"Iman, ialah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhirat, dan qadar (nasib) baik dan buruk," (HR. Bukhari/Muslim)

Dengan demikian, iman kepada Allah merupakan dasar utama dan pertama dalam kerangka keimanan. Sementara rukun iman yang lainnya merupakan tambahan dari implikasi dari rukun yang pertama itu. Karena semuanya merupakan bagian dari iman kepada Allah dan terbina atas landasan iman kepadaNya. Maka setelah seseorang beriman kepada Allah, dia harus beriman pula kepada para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, perjumpaan denganNya serta qadha dan qadarNya.


Tidak akan terwujud iman kepada Rasul melainkan setelah beriman kepada pengutus Rasul, dan tidak pula terwujud beriman kepada hari pembalasan dan perhitungan amal, melainkan setelah beriman kepada pemilik hari pembalasan dan penghitungan amal.

Iman kepada Allah mencakup keharusan iman kepada wujudNya, keesaanNya, ketuhananNya, nama-namaNya yang baik (asmaul husna), dan sifat-sifatNya yang agung, yang mencerminkan kesempurnaan dan kesucianNya dari seluruh sifat kekurangan dan kelemahan.


Islam memfokuskan tauhid
Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujudullah sebagai suatu keharusan fithrah manusia, tapi lebih memfokuskan aqidah Tauhidullah (DzatNya, Sifat-sifatNya dan AsmaNya) yang merupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam. Yaitu beriman kepada Allah Yang Esa bagi seluruh alam, Yang mencipta dan mengatur, Yang kepadaNya tempat kembali.

Tuhan segala sesuatu, pengatur seluruh urusan alam dan kehidupan. Hanya Dia satu-satunya yang layak disembah, bukan untuk diingkari, dan yang berhak dipatuhi bukan untuk dima'siati.

ذلكم الله ربكم لا اله الا هو خلق كل شيء فاعبدوه وهو علي كل شيء وكيل - لا تدركه الابصر وهو يدرك الابصر وهو اللطيف الخبير
Allah berfirman : (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Rabb kamu; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'am : 102 - 103)


Islam datang di saat kemusyrikan sedang merajalela di segala penjuru dunia. Tidak seorang pun menyembah Allah, kecuali segelintir orang hunafa' (pengikut nabi Ibrahim as) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari tahayul animisme yang telah menodai kesucian agama Allah, sebagai contoh : Kejahiliyahan bangsa Arab telah tenggelam jauh ke dalam animisme, sampai-sampai ka'bah yang dibangun sebagai tempat peribadatan kepada Allah telah dikelilingi oleh 360 berhala. Dan bahkan di setiap rumah penduduk Makkah ditemukan berhala sesembahan.


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Raja' Al-Athaaridy disebutkan : "Kami pernah menyembah batu, bilamana kami menemukan batu yang lebih baik dari padanya kami buang batu itu dan mengambil batu yang lain. Bila kami tidak menemukan batu maka kami menumpukkan debu kemudian mengambil seekor kambing untuk diperas susunya diatas (tumpukan debu) itu kemudian kami thawaf mengelilinya (HR. Bukhari).


Selain itu, mereka membuat tumpukan-tumpukan korma yang dibungkus untuk dijadikan tuhan. Banyak di antara mereka yang membawa serta bungkusan-bungkusan korma itu dalam perjalanan-perjalanan jauh. Bila perbekalan sudah habis dan terasa lapar maka bungkusan korma itu dimakannya. Bentuk ketuhanan semacam itu telah diungkapkan oleh Al Qur'an yang berbunyi:

يايها الناس ضرب مثل فاستمعوا له ان الذين تدعون من دون الله لن يخلقوا ذبابا ولو اجتمعوا له وان يسلبهم الذباب شيءا لا يستنقذوه منه ضعف الطالب والمطلوب
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al Hajj : 73)


Oleh sebab itu, maka Islam sangat menitikberatkan da'wahnya kepada ajaran Tauhidullah dengan ilmu dan amal, serta menjauhi kemusyrikan dengan keyakinan dan tingkah laku. Seperti difirmankan Allah :

والهكم اله وحد لا اله الا هو الرحمن الرحيم
"Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah : 163)


Tauhid, dasar iman kepada Allah
Jika kita sudah menghayati bahwa iman kepada Allah adalah dasar seluruh aqidah Islam, maka kewajiban kita selanjutnya ialah menghayati pula bahwa tauhidullah adalah dasar dari iman kepada Allah SWT. Bila ketauhidan yang benar tidak terwujud dalam diri seseorang, berarti dia telah terjerumus ke dalam lembah kekufuran dan kemusyrikan, ia melakukan tindakan kedholiman yang besar. Oleh karenanya setiap muslim berkewajiban menghayati hakekat tauhid yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang menjadi landasan agaman ya, menjadi sebab diturunkannya kitab dan diutusnya para Rasul. Penerimaan tauhid menjadi penyebab keselamatan hidup manusia di dunia dan di akhirat, demikian juga sebaliknya.


Tauhid menurut Islam
Tauhid menurut Islam ialah tauhid i'tiqodi 'ilmi (keyakinan teoritis) dan tauhid amali suluki (tingkah laku praktis) atau dengan istilah lain ialah dua ketauhidan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain yaitu tauhid membentuk ma'rifat (pengetahuan), itsbat (pernyataan) dan i'tiqaad (keyakinan), qashd (tujuan) dan iradah (kehendak). Keimanan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah selama tidak mentauhidkan Allah secara teoritis dan keyakinan. Yaitu beriman bahwa Allah SWT itu satu, Yang Esa dalam Dzat, sifat-sifat dan perbuatanNya. Tidak ada sekutu dan tidak ada yang menyerupainya, serta tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Demikian seseorang harus mentauhidkanNya secara obyektif dan praktis: yaitu mengEsakan Allah melalui peribadatan yang sempurna, ketaatan yang mutlak, merendahkan diri, bertawakkal, takut dan pengharapan kepadaNya. Tauhid menurut ma'na yang pertama ialah apa yang telah diisyaratkan secara jelas dalam surat al Ikhlash, ayat-ayat permulaan dari surat Ali Imran, permulaan surat Thaaha, permulaan surat As-Sajadah, permulaan surat Al Hadiid dan akhir surat Al Hasyr serta di ayat-ayat lain dari surat-surat Al Qur'an.

Tauhid menurut ma'nanya yang kedua adalah apa yang dimuat, diajak, dan ditujukan oleh surat Al Kafirun, seluruh surat Al An'aam, permulaan surat Al A'raaf dan akhirnya, permulaan surat Yunus dan pertengahan serta akhirnya, permulaan surat Az-Zumar dan akhirnya, dan kebanyakan dari surat-surat Al Qur'an. Imam Ibnu Qoyyim mengatakan : bahwa setiap surat Al Qur'an mengandung ma'na kedua bentuk tauhid di atas. Para penulis ilmu tauhid pada masa lalu dan sekarang menamakan jenis tauhid pertama dengan 'Tauhid Rubbubiyyah' dan tauhid kedua dengan 'Tauhid Uluhiyyah'.


Tauhid Rubbubiyyah
Tauhid Rubbubiyyah ialah berkeyakinan bahwa Allah adalah Tuhan langit dan bumi, Pencipta semua makhluk dan Penguasa seluruh alam. Tidak ada sekutu dalam kekuasaanNya. Hanya Dia satu-satunya Tuhan bagi segala sesuatu, satu-satunya Pemberi rizki kepada semua makhluk hidup, pengendali segala urusan. Hanya Dia yang mengangkat dan merendahkan martabat manusia, Pemberi manfaat dan penurun bencana, Penganugerah kemuliaan dan kehinaan. Tidak akan ada yang mampu memberi manfaat dan mudharat kepada diri sendiri maupun orang lain, kecuali atas ijin dan kehendakNya.


Tauhid Rubbubiyyah ini hanya diingkari oleh orang-orang yang materialis, yang tidak percaya akan wujud Allah seperti Ad-Dahriyyun (atheisme) pada masa lalu dan komunisme pada masa sekarang. Paham yang sama dengan materialisme adalah aliran 'dualisme'. Dia berkeyakinan bahwa dalam alam ini ada dua Tuhan, yaitu Tuhan gelap dan Tuhan cahaya. Sedangkan mayoritas kaum musyrikin bangsa Arab pada masa jahiliyyah tidak mengingkari Tauhid Rubbubiyyah tersebut.

Sebagaimana firman Allah :

ولين سالتهم من خلق السموت والارض وسخر الشمس والقمر ليقولن الله فاني يوفكون
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)

ولين سالتهم من نزل من السماء ماء فاحيا به الارض من بعد موتها ليقولن الله قل الحمد لله بل اكثرهم لا يعقلون
"Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka:
Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS. Al Ankabut : 63)

Jawaban orang-orang musyrikin dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa mereka mengakui ketuhanan Allah SWT atas pencipta alam dan pengaturnya. Seharusnya dengan keimanan itu mereka menghambakan diri kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan yang lain. Tetapi mereka mengingkari bagian lain dari ketauhidan, yaitu Tauhid Uluhiyyah.



Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah ialah peng-Esaan Allah SWT dalam peribadatan, kepatuhan dan ketaatan secara mutlak. Tidak menghambakan diri kepada selain Allah dan tidak pula mempersekutukannya dengan sesuatu yang lain. Baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Ketauhidan tidak akan tercapai selama tidak menggabungkan tauhid uluhiyyah dengan tauhid rubbubiyyah, karena tidaklah cukup hanya dengan tauhid rubbubiyyah saja.

Orang-orang musyrik Arab telah menyatakan dan mengakui tauhid rubbiyyah, namun demikian tidak tergolong ke dalam orang Islam, karena mereka menyekutukan Allah, menjadikan tuhan selain Allah. menganggap bahwa tuhan-tuhan itu akan mendekatkan diri mereka kepada Allah atau dapat memohonkan ampunan bagi mereka di sisi Allah.


Semenjak zaman dahulu kala banyak manusia yang tersesat dari tauhid uluhiyyah tersebut. Mereka menghambakan diri keapda berbagai tuhan lain, selain Allah. Ummat Nabi Nuh as. telah menyembah Wad, Sua, Yaguts, Ya'uq dan Nasr. Ummat Nabi Ibrahim menyembah berhala-berhala. Orang-orang Mesir kuno menyembah anak lembu, penduduk Saba' menyembah matahari, orang Shabiun menyembah bintang-bintang, orang-orang Majusi menyembah api dan bangsa Arab jahiliyyah menyembah arca dan batu.


Peranan Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah merupakan bagian mendasar dan terpenting dalam kerangka keimanan kita. Tauhid ini yang menjadi tugas terbesar para Rasul dalam berdakwah kepada kaumnya. Tauhid Uluhiyyah inilah yang harus terlintas dalam benak kita ketika mengungkapkan kata Tauhid.


Karena tauhid Uluhiyyah, Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab. Karena tauhid Uluhiyyah, Allah memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaanNya dalam alam dan diri manusia itu sendiri. Karena tauhid Uluhiyyah, maka ada Hari Kiamat, Hari pembagian catatan dan pertimbangan amal perbuatan manusia serta disediakan surga dan neraka. Karena tauhid Uluhiyyah, manusia terbagi ke dalam dua golongan, yaitu bahagia dan sengsara. Ada golongan yang masuk surga dan ada yang golon gan yang masuk neraka.

Lailaha illallah, lambang Tauhid.

Tauhid yang dibawa oleh para Rasul mempunyai lambang yang mengungkapkan hakikat dalam kalimat yang ringkas. Lambang itu adalah kalimat 'Lailaha illallah' (tidak ada Tuhan selain Allah) yang dinamakan dengan 'kalimat tauhid' dan 'kalimat ikhlash' atau 'kalimat taqwa'. Kalimat yag agung tersebut mengandung ma'na nafi (peniadaan) semua ketuhanan lain selain Allah dan itsbat (pernyatan) bahwa ketuhanan itu hanya semata-mata untuk Allah. Dialah satu-satunya Tuhan yang sebenarnya. Sedangkan tuhan-tuhan lain yang disembah manusia di berbagai zaman adalah tuhan-tuhan palsu dan bathil, diciptakan oleh kejahilan dan ketah ayyulan. (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang bathil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al Hajj : 62).

Al Ilah ialah 'Al Ma'bud bi haqqin' (yang sebenarnya diibadati) yaitu yang dicintai dan ditaati, dan yang berhak untuk diibadati. Karena dia mempunyai sifat-sifat kesempurnaan yang harus dikhususkan melalui puncak kecintaan dan ketaatan sebagai ma'na ibadat tersebut.

Al Ilah menurut Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, ialah yang dipuja dengan sepenuh hati. Tunduk kepadaNya, merendahkan diri di hadapanNya, takut dan mengharapkanNya, memohon doa kepadaNya. Semuanya itu hanya ada pada Allah semata. Oleh sebab itu maka kalimat 'Laa ilaha illallah' merupakan pangkal segala persoalan yang lebih baik dari segala kebaikan. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda : "Yang paling utama aku ucapkan dan juga nabi-nabi sebelumku ialah kalimat 'Laa ilaha illallah'.



Syirik
Prinsip aqidah yang harus dijauhi ialah syirik. Yaitu perbuatan menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal peribadatan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah, seperti menjadikan tuhan-tuhan lain bersama Allah, menyembahnya, mentaatinya, minta pertolongan kepadanya, mencintainya atau melakukan perbuatan lain seperti itu yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah SWT. Itulah satu bentuk syirik yang karenanya tidak akan diterima amal kebajikan manusia, karena syarat utama diterima dan dinilainya amal i tu harus ikhlash karena Allah.

قل انما انا بشر مثلكم يوحي الي انما الهكم اله وحد فمن كان يرجوا لقاء ربه فليعمل عملا صلحا ولا يشرك بعباده ربه احدا
Seperti firman Allah : Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya". (QS. Al Kahfi : 110)


Macam-macam Syirik
Syirik ada dua macam : syirik akbar (besar) dan syirik ashgar (kecil). Syirik akbar ialah dosa besar yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Pelakunya akan kekal di neraka.

لقد كفر الذين قالوا ان الله هو المسيح ابن مريم وقال المسيح يبني اسرءيل اعبدوا الله ربي وربكم انه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنه وماويه النار وما للظلمين من انصار
Seperti firman Allah : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al Maidah : 72)


Di antara bentuk syirik akbar ialah berbadat kepada tuhan-tuhan selain Allah. Syirik ashgar ialah termasuk dosa-dosa besar yang dikhawatirkan pelakunya akan meniggal dalam keadaan kufur manakala ia tidak bertaubat kepada Allah dan Allah tidak mengampuninya. Di antara bentuk syirik ashgar ialah meyakini azimat, mantra-mantra, dukun, tenung, sumpah dengan selain selain Allah dan lain-lain.



Kesan Aqidah (Tauhid) dan Syirik
Bila aqidah (tauhid) yang suci dari noda-noda syirik itu menjelma dalam kehidupan seseorang atau menjadi landasan kehidupan suatu ummat, tentu ia akan menghasilkan buah yang berguna dan memberikan kesan yang positif dalam kehidupan :

Kemerdekaan manusia
Pada hakekatnya tauhid itu merupakan pembebasan manusia dari segala bentuk penghambaan, kecuali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Tauhid adalah pembebasan akal manusia dri segala bentuk khurafat (tahayyul). Pembebasan dhomir (naluri) dari sikap tunduk, hina dan penyerahan diri secara bathil. Pembebasan kehidupan manusia dari pengaku-pengaku tuhan atas hamba Allah.


Oleh sebab itu semua tokoh musyrik senantiasa menentang dakwah Nabi-nabi pada umumnya dan Rasulullah SAW pada khususnya. Mereka mengetahui bahwa kalimat 'Laa ilaha illallah' adalah proklamasi umum bagi kemerdekaan manusia, dan pengangkatan wajah orang-orang yang beriman yang tidak akan tunduk dan bersujud kepada yang lain kecuali kepada Allah, Tuhan semesta alam. Secara manis fenomena ini ditampilkan oleh Rib'i bin Amir dalam dialognya dengan Rustum, panglima Persia.


Pembentukan pribadi harmonis.
Tauhid membantu pembentukan pribadi yang harmonis, memberi ciri dalam mengarahkan kehidupan, penyatuan kehidupan dan menentukan jalan hidup. Pribadi Tauhid hanya menghadapkan diri kepada tuhan yang satu dalam peribadatan. KepadaNya tempat dia berdoa dalam suka dan duka, serta melakukan apa saja yang mendapat ridhoNya. Berbeda dengan orang-orang musyrik yang hatinya diporakporandakan oleh berbagai tuhan. Jalan kehidupannya telah terpecah ke berbagai tempat penghambaan diri. Kadang kala dia menghadap kepada Allah, dan kadang kala menghadap para berhala.

ضرب الله مثلا رجلا فيه شركاء متشكسون ورجلا سلما لرجل هل يستويان مثلا الحمد لله بل اكثرهم لا يعلمون
Firman Allah SWT : Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Az-Zumar : 29)

Ayat di atas memberikan perumpamaan orang mukmin yang diibaratkan sebagai budak memperhambakan dirinya kepada seorang tuan. Sudah tentu kalau tuannya satu, maka ia akan dapat mengetahui dengan pasti perbuatan apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh tuannya itu sehingga ia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang disenangi saja. Dan apabila itu dia lakukan sudah tentu dia merasa puas. Sedangkan perumpamaan orang musyrik diibaratkan sebagai seorang budak yang memperhambakan diri kepada lebih dari seorang tuan yang masing-masing mempunyai kehendak. Yang satu menghadapkan budak itu ke timur dan yang satu lagi menghadapkannya ke arah barat. Yang satu membawanya ke kanan dan yang satu lagi membawa ke kiri. Mereka para tuan itu berserikat, tetapi masing-masing berbeda kehendak, sementara yang budak sendiri tidak mempunyai ketetapan pendirian.



Sumber ketentraman jiwa.
Tauhid memberikan ketenangan dan kedamaian di dalam jiwa manusia yang beriman. Jiwa itu tidak akan dimasuki oleh tindakan kesewenangan yang telah merasuki dan menguasai orang-orang musyrik. Dia menutup pintu ketakutan yang telah dibuka oleh manusia itu sendiri. Takut tentang rizki, ketakutan terhadap ajal, ketakutan terhadap diri sendiri, keluarga dan anak, ketakutan dari manusia lain, ketakutan dari jin, ketakutan dari kematian dan kebangkitan kembali setelah kematian. Dalam kaitan itu Al Qur'an mengungka pkan sebuah dialog antara Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang musyrik. Yaitu ketika mereka menakut-nakutinya dengan berhala-berhala dan tuhan-tuhan bathil, yang kemudian dijawab oleh Nabi Ibrahim as.dengan ucapan yang mengagumkan :


وكيف اخاف ما اشركتم ولا تخافون انكم اشركتم بالله ما لم ينزل به عليكم سلطنا فاي الفريقين احق بالامن ان كنتم تعلمون
"Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? (QS. Al An'am : 81)

Kemudian Allah menjelaskan tentang siapa di antara dua golongan yang mendapat keamanan, yaitu,

الذين ءامنوا ولم يلبسوا ايمنهم بظلم اوليك لهم الامن وهم مهتدون
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An'am : 82)

Keamanan yang didapat oleh orang-orang yang beriman itu memancar dari dalam jiwa mereka, bukan dari pengawalan polisi. Itu adalah keamanan dunia. Sedangkan keamanan di akhirat akan lebih besar dan kekal. Karena mereka mengikhlashkan seluruh amal perbuatan untuk Allah dan tidak mengotori ketauhidan dengan noda-noda syirik.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas'ud ra. yang berkata : Ketika turun ayat "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kedholiman", kami bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, siapakah di antara kami yang tidak menzhalimi dirinya?" Dijawab oleh beliau, "Bukan sebagaimana yang kamu katakan . Tidakkah kamu mendengar kata-kata Luqman kepada anaknya :

واذ قال لقمن لابنه وهو يعظه يبني لا تشرك بالله ان الشرك لظلم عظيم
"Hai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah karena sesungguhnya syirik (mempersekutukan Allah) itu adalah kezhaliman yang sangat besar." (QS. Luqman : 13).

Maka kalimat 'tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman', ialah karena mereka mengikhlashkan agama mereka hanya untuk Allah dan tidak menodai ketauhidannya dengan kemusyrikan.


Sumber kekuatan jiwa.
Tauhid menganugerahkan kekuatan jiwa yang besar kepada orang yang menyandangnya. Karena jiwanya telah diisi dengan pengharapan kepada Allah, diisi dengan kepercayaan dan tawakkal kepada Allah, rela dengan qadhaNya, sabar dengan ujianNya, dan tidak meminta kepada makhlukNya. Keyakinan itu tertanam kuat seperti gunung yang tidak tergoyahkan oleh gempa dan tidak terhempas oleh banjir besar.

Setiap kali dia ditimpa musibah atau mengalami situasi kritis, dia akan tetap menghadapkan jiwa dan raganya kepada Al Khaliq. KepadaNya dia memohon dan menyandarkan diri. Pada prinsipnya dia tidak akan mengharap kepada selain Allah untuk menghilangkan bahaya dan mencari kebaikan. Dia tidak akan menengadahkan tangannya kepada siapapun melainkan hanya kepada Allah. Dia tunduk, berdoa dan merendahkan diri di hadapan Allah.

Syiar kehidupannya adalah firman Allah yang berarti : Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Yunus: 107)

Ketika Nabi Hud as. ditakut-takuti oleh kaumnya dengan tipu muslihat berhala-berhala, maka baginda menjawab,

ان نقول الا اعتريك بعض ءالهتنا بسوء قال اني اشهد الله واشهدوا اني بريء مما تشركون - من دونه فكيدوني جميعا ثم لا تنظرون - اني توكلت علي الله ربي وربكم ما من دابه الا هو ءاخذ بناصيتها ان ربي علي صرط مستقيم
"Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu". Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus"(QS. Hud : 54-56)

Jawaban Nabi Hud as. kepada kaumnya di atas mengungkapkan tentang logika yang mapan, jiwa yang penuh percaya diri, semangat yang membaja, keimanan yang tidak tergoyahkan dan semangat yang tidak kendor dan tidak mengenal ketakutan. Hal itu disebabkan karena sumber kekuatan jiwa Nabi Hud adalah tawakkal kepada Allah SWT.

اذ يقول المنفقون والذين في قلوبهم مرض غر هولاء دينهم ومن يتوكل علي الله فان الله عزيز حكيم
"(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Al Anfal : 49).


Asas persaudaraan dan persamaan
Bila tauhid adalah asas kemerdekaan, lambang kemuliaan dan kehormatan manusia, maka ia juga merupakan asas persamaan dan persaudaraan manusia. Karena persaudaan dan persamaan itu tidak akan terwujud manakala sebagian manusia memperhambakan diri kepada manusia lain. Tetapi bila mana seluruh manusia adalah hamba-hamba Allah , maka itulah asas persaudaraan dan persamaan antara manusia. Oleh sebab itu maka dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada raja-raja dan kepada para pemimpin negara itu ditutup dengan ayat yang artinya :

قل ياهل الكتب تعالوا الي كلمه سواء بيننا وبينكم الا نعبد الا الله ولا نشرك به شيءا ولا يتخذ بعضنا بعضا اربابا من دون الله فان تولوا فقولوا اشهدوا بانا مسلمون
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Ilah selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"(QS. Ali Imran : 64)

Pernyataan persaudaraan seluruh ummat manusia adalah berlandaskan atas dua kesaksian besar, yaitu : Keesaan Allah SWT dengan sifat Ketuhanan yang tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada tuhan-tuhan lain bersamaNya, dan tidak ada yang berhak disembah dan dipatuhi selain Dia.

Peribadatan (penghambaan) Nabi Muhammad SAW kepada Allah dan penyampaiannya tentang Dia (Allah) meniadakan setiap imajinasi atau bau-bau ketuhanan lain. Bila kedua pernyataan itu telah ditegaskan dengan mantap, yaitu Ketuhanan Allah Yang Maha Esa dan penghambaan seluruh manusia kepadaNya, terutama Muhammad Rasulullah, maka hasilnya adalah penegasan kenyataan yang ketiga yaitu bahwa hamba Allah itu sama derajadnya, tidak ada perbedaan berdasarkan warna kulit, pangkat dan keturunan.

يايها الناس انا خلقنكم من ذكر وانثي وجعلنكم شعوبا وقبايل لتعارفوا ان اكرمكم عند الله اتقيكم ان الله عليم خبير
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." (QS. Al Hujurat : 13)


Kebahagiaan di akhirat
Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berpesan : Barang siapa yang akhir kata-katranya 'Laa ilaha illallah' ia akan masuk surga.

Demikianlah nikmat dan kesan positif bertauhid.


Kesan Syirik
Perbuatan syirik mempunyai banyak bahaya dalam kehidupan individu dan masyarakat, di antaranya :

Penghinaan Manusia
Syirik merupakan penghinaan terhadap kemuliaan manusia dan penurunan martabat serta kedudukannya. Allah memuliakan manusia dan mengajarkannya semua nama. Menciptakan untuknya semua apa yang ada di langit dan bumi, dan menjadikan manusia sebagai khalifah yang berdaulat di muka bumi. Tetapi manusia tidak menghayati martabat dirinya sehingga menjadikan sebagian dari alam ini sebagai tuhan yang disembah. Dia tunduk merendahkan dirinya, padahal sebenarnya dia adalah tuan dari seluruh makhluk, dan dia harus ditaati.

Oleh sebab itu Al Qur'an melukiskan sebagaimana syirik menjatuhkan martabat manusia dalam ayat yang artinya:

حنفاء لله غير مشركين به ومن يشرك بالله فكانما خر من السماء فتخطفه الطير او تهوي به الريح في مكان سحيق
"Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al-Hajj : 31)



Sarang tahayyul.
Syirik merupakan sarang tahayyul dan kebathilan, karena orang yang berkeyakinan terhadap adanya pengaruh lain di alam ini selain Allah, baik berupa bintang, jin, ruh halus, hantu dan apa saja, berarti pemikirannya telah siap menerima setiap tahayyul dan mempercayai setiap Dajjal.

Dengan demikian di setiap masyarakat musyrik akan terjadi penawaran barang-barang dagangan oleh para pendeta, tukang tenung, tukang sihir, peramal dan sebagainya kepada mereka yang ingin mengetahui yang ghaib dan berkomunikasi dengan kekuatan yang tersembunyi dalam wujud.

Demikian pula dengan kehidupan masyarakat yang penuh kemusyrikan tersebut, ditemukan orang-orang yang tidak mau menghiraukan ekses-ekses dan peraturan alam, berpasrah diri kepada mantra-mantra dan jampi-jampi, sihir dan guna-guna, serta berbagai perbuatan sejenis.


Kezaliman Yang Besar
Syirik adalah perbuatan dhalim yang sangat besar. Dhalim terhadap kebenaran dan dhalim terhadap diri sendiri dan kepada orang lain. Dhalim terhadap kebenaran, karena kebenaran yang paling agung ialah kalimat 'Laa ilaha illallah'. Tetapi orang-orang musyrik menjadikan tuhan lain selain Allah, mencintai tuhan lain. Dhalim terhadap diri sendiri, karena orang musyrik itu menjadikan dirinya sebagai budak dan hamba terhadap makhluk lain sesamanya, meskipun dia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang merdeka.


Sumber ketakutan.
Syirik adalah sumber ketakutan dan kegelisahan. Orang yang mempercayai khurafat dan tahayyul serta kebathilan akan menjadi orang yang penakut dari berbagai ketuhanan dan wali-wali tuhan dan dari tahayyul-tahayyul yang disebarluaskan sendiri oleh 'wali-wali', dewa-dewa dan para pengikutnya. Oleh sebab itu maka tersebarluaslah rasa pesimisme, kebosanan dan kegelisahan serta ketakutan yang tiada dimengerti.

سنلقي في قلوب الذين كفروا الرعب بما اشركوا بالله ما لم ينزل به سلطنا وماويهم النار وبيس مثوي الظلمين
Firman Allah SWT : Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran : 151)


Penghambat jiwa optimis.
Perbuatan syirik menghambat manusia dari amalan-amalan yang bermanfaat, mencegah rasa optimisme dan menghilangkan rasa percaya diri setelah bertawakkal kepada Allah.
Syirik mengajarkan penganutnya untuk berserah diri dan bertawakkal kepada perantara-perantara dan pemberi syafa'at bagi mereka, sehingga terjerumus ke dalam berbagai perbuatan dosa besar. Menggantungkan diri kepada tuhan-tuhan bathil mereka, untuk mengampunkan dosa-dosa di sisi Allah. Demikian keakinan orang-orang musyrik Arab terhadap tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka.

ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هولاء شفعونا عند الله قل اتنبءون الله بما لا يعلم في السموت ولا في الارض سبحنه وتعلي عما يشركون
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus : 18)


Kesan syirik di akhirat.
Itulah kesan perbuatan syirik dalam kehidupan dunia, sedangkan di akhirat kelak ia akan merupakan perbuatan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT.

ان الله لا يغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله فقد ضل ضللا بعيدا
Firman Allah : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An-Nisaa' : 116)


Balasan bagi orang-orang yang berbuat syirik ialah neraka dan Allah mengharamkan surga bagi mereka.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:

لقد كفر الذين قالوا ان الله هو المسيح ابن مريم وقال المسيح يبني اسرءيل اعبدوا الله ربي وربكم انه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنه وماويه النار وما للظلمين من انصار
"Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS. Al Maidah : 72)

Bersabda Rasulullah SAW : "Barang siapa yang berjumpa dengan Allah (meninggal dunia) dalam keadaan syirik kepadaNya dengan sesuatu, maka dia masuk ke dalam neraka". (HR. Bukhari).

Demikian, semoga Allah selalu membimbing kita menapaki jalan tauhid, dan menjauhkan kita dari jalan syirik, amin


oleh: Ustadz Surya Darma, Lc.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger