Maqamat menurut Abu Nasr al- Sarraj Tusi

Pengertian Maqamat.
    Bagian terpenting dari tujuan tasawuf  adalah memperoleh hubungan langsung dengan Tuhan, sehingga merasa dan sadar berada dihadirat Tuhan. Keberadaan dihadirat Tuhan itu dirasakan sebagian kenikmatan dan kebahagian yang hakiki.

    Untuk mencapai tujuan tasawuf, seseorang harus menempuh jalan yang berliku-liku panjang dan berat berbagai rintangan dan godaan  yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan yang mulia itu, tidak akan dilaksanakan terkecuali melalui perjuangan dan pengorbanan atau mujahadah yang akhirnya muraqabah dan ma¢rifat. Perjuangan itu meliputi aspek lahiriah dan batiniah yang melalui tingkatan-tingkatan (stages atau station).13

    Maqamat adalah istilah sufi yang menunjukkan arti nilai etika yang akan diperjuangkan seseorang sufi (perambah kebenaran spritual)dalam praktek ibadah melalui mujahadah secara beransur-ansur dari suatu tingkatan prilaku batin menuju pencapaian tingkatan berikutnya dengan sebentuk amalan mujadah tertentu.14

    Dalam buku-buku tasawuf tidak selamanya memberikan tingkatan tentang station-station (maqam-maqam) ini Abu Bakar al-Kalabazi umpamanya, memberikan angka yaitu : tobat, zuhud, sabar,kefakiran, kerendahan hati,taqwa, tawakkal, kerelaan cinta dan makrifat. Abu nasr al- Sarraj Tusi, menyebutkan dalam al-luma' fi Thasawuwuf  tobat, wara',zuhud, faqr, sabar, tawakkal, dan kerelaan hati. Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya 'Ulum al-din : tobat, sabar, faqr, zuhud, tawakkal, cinta, dan ma¢rifat.Menurut Abu al-Qasim Abd al-Qasyairi maqamat itu adalah : tobat, wara', zuhud, tawakkal, sabar dan kerelaan.15

    Disini akan diikuti pembagian dan susunan maqam menurut Abu Nasr al-Tusi dalam kitabnya al-luma'fit Thasawuwuf. Dalam buku ini ada tujuh maqamat dan menurut tingkatannya pada puncaknya maqam ketujuh akan tercapailah pembebasan hati dari segala ikatan dunia.16 

Maqam Pertama At-Taubat.
    Menurut sufi yang menyebabkan manusia jauh dari Allah adalah karena dosa, sebab dosa sesuatu yang kotor, sedangkan Allah Maha Suci dan menyukai yang suci pula, oleh karena itu apabila seseorang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan ia harus terlebih dahulu membersihkan diri dari segala dosa dengan jalan bertaubat dalam arti yang sebenarnya. Dalam mengartikan taubat para sufi berbeda pendapat tetapi secara garis besar dapat disimpulkan kepada tiga katagori yaitu :
  1. Taubat dalam arti meninggalkan segala kemaksiatan dan melakukan kebaikan secara terus-menerus. 
  2. Taubat ialah dari kejahatan kepada ketaatan karena takut kepada kemurkaan Allah.
  3. Terus-menerus bertaubat walaupun tidak pernah lagi berbuat dosa.
Fungsi taubat bukan hanya penghapus dosa, lebih dari itu sebagai syarat mutlak dan syarat yang pertama agar dapat dekat kepada Allah. Oleh karena itu para sufi menetapkan istiqhfar sebagai salah satu amalan yang harus dilakukan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali dalam sehari agar ia bersih dari dosa. Amalan ini mereka dasarkan pada hadist dari Abu Hurairah :
        Artinya "Demi Allah, saya memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari" (H.R. bukhari).17

Maqam Kedua Az-Zuhud.

    Zuhud merupakan meninggalkan kehidupan dunia serta kesenangan materil karena dorongan kecintaan kepada Allah bukan karena takut akan masuk Neraka di akhirat. Sebelum menjadi sufi, seorang harus terlebih dahulu zahid. Dengan demikian tiap sufi adalah zahid.dari aplikasi kezuhudan itu ia akan memalingkan kemewahan dan kesenangan dunia karena kesenangan dunia akan melahirkan kegelapan hati.

    Untuk menjauhi kemewahan dunia yang bersifat materil dan menginginkan kebahagiaan kehidupan akhirat, seorang yang melakukan kezuhudan memijakkan amal perbuatan pada landasan yang tangguh dan kokoh yakni kehendak Allah.19

Maqam ketiga al-Wara'.
    Wara' adalah menghindari apa saja yang tidak baik dan tak berguna, mereka mengartikan wara' meninggalkan segala sesuatu yanng tidak jelas persoalannya baik yang menyangkut makanan,pakaian maupun perkataan.Menurut Qamar Kailani orang sufi membedakan wara' itu kepada dua macam :
  1. lahiriah yaitu tidak mempergunakan anggota tubuhnya untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah, dan 
  2. wara' bathin yaitu tidak menempatkan atau mengisi hatinya kepada Allah.

Maqam Keempat al-Faqr.
    Fakir ialah orang yang memalingkan segala pikiran dan perbuatan yang mengakibatkan pikirannya berpaling kepada Tuhan. Kosongnya seluruh pikiran dan harapan dari kehidupan masa kini dan masa yang akan datang dan tidak menghendaki apapun kecuali tuhan yang menguasai segala kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Fakir yangn demikian itu adalah orang-orang yang lenyap kesadaran akan keberadaannya,sehingga dirinya tidak mengaku punya kemampuan, perasaan,dan perbuatan.20

    Maqam fakir merupakan perwujudan upaya pensucian hati dan membelakangi kehidupan dunia. Hal ini lakukan selama dalam perjalanan rohani menuju makrifat  pada Tuhan. Yang tujuannya memutuskan segala persangkutan dengan dunia, sehingga hatinya terisi dengan penghayatan makrifatpada zat Tuhan.

Maqam Kelima As-Sabar.
    Dalam tasawuf dijadikan satu maqam sesudah fakir. Karena persyaratan untuk bisa berkonsentrasi dalam zikir, orang yang mencapai maqam fakir tentu hidupnya akan dilanda berbagai penderitaan, oleh karena itu ia harus melangkah kemaqam sabar.

    Sabar dalam tasawuf adalah menerima segala sesuatu yang menimpa dirinya dengan sopan dan rela. Dan disisi lain ia juga menyatakan bahwa sabar adalah fana' didalam bala bencana tanpa ada keluhan.

Maqam Keenam At-Tawakkal.
    Tawakkal adalah pasrah secara bulat kepada Allah setelah melaksanakan suatu rencana dan usaha.21 Tawakkal bukan berarti tidak ada usaha dan rencana akan tetapi setelah berusaha maka menyerahkannya kepada Allah. Mereka tidak obahnya bagaikan bayi ditangan ibunya lebih dari pada itu dirinya bagaikan jenazah di tangan orang memandikannya. Dalam hal ini sang sufi memandang dirinya sebagai orang yang meninggal, digerakkan oleh Allah, artinya bahwa dirinya tidak bisa bergerak atau berkehendak, atau mengetahui melainkan semua itu adalah kehendak Allah.22

    Dalam keadaan seperti ini sang Sufi mempercayakan secara bulat-bulat bahwa dirinya akan diberi oleh Allah penghidupan dan ia tidak akan berteriak seperti anak kecil yang akhirnya tidak ada lagi wajah pucat lantaran cemas dan takut.

Maqam ketujuh Ar-Radha.
    Setelah mencapai maqam tawakkal yaitu membelakangi dan meninggalkan segala apa saja selain Allah, maka ia harus melangkah ke maqam ar-radha. Maqam ar-ridha adalah ajaran menanggapi penderitaan, dan kesusahan mengubahnya menjadi kekembiraan dan kenikmatan. Sebagaimana disebutkan Imam al-Ghazali rela menerima apa saja segala yang telah dan sedang dialami itulah yang terbaik, yang ada yang lebih baik selain apa yang sedang dialaminya.23

    Jadi dengan maqam ridha segala derita dan cobaan ditanggapinya sebagai rahmad dan nikmat dari Allah.24 Malahan perasaan cinta yang berkelora di waktu ditimpakan bala ,(cobaan yang berat).25

Setelah melalui maqam-maqam yang tujuh, maka seorasng sufi akan sampai kepada sifat al-Ahwal  sebagi karunia dari Tuhan. Al-Ahwal penghayatan yang dialami sewaktu dalam keadaan fana ,(ecstasy). Maka para sufi mengalami perubahan perasaan dan pengalaman jiwa dalam menempuh perjalanan rohani. Pengalaman dan perasaan kejiwaan dialami secara tiba-tiba tanpa ikhtiar yakni diluar usaha mereka.

=============
13 Ensiklopedi Islam, Penyusun, Dewan Ensiklopedi Islam, cet. IV (Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 1997), h. 124
14 Abdul Halim Mahmud, Tasawuf di Dunia Islam, terj, Abdullah Zakiy al-Kaaf (Bandung : Pustaka Setia 2002) h. 39.
15 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, op cit., h. 60
16 Simuh, Tasawuf dan Perkembangan dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1996) h. 49
18. Usman Saad, Pengantar Ilmu Tasawuf, Proyek pembinaan Perguruan Tinggi Agama Institut Agama Islam Negeri SU, 1982. h. 139
19. Dalam sejarah Islam timbulnya aliran zuhud pada akhir abad pertama dan awal abad kedua hijriah. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap hidup mewah dari khalifah dan keluarga sertas permbesar-pembesar Negara sabagai akibat dari kenyataan diperoleh setelah Islam meluas ke Siria, Mesir, Mesopotamia dan Persia, Lebih lanjut lihat, Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, h. 62.
20. R.A. Nicholson, The Mystics of Islam,(london, 1974) h. 37
21. …..Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat maka bertawakkallah kepada Allah Sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S.3:159).
22. Ira M Lapidus, looc., cit., h. 312
23. Lihat,(Q.S. 4 : 19) Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, tetapi di balik itu Tuhan menjadikan dirinya kebajikan yang bayak. Lihat juga ,(Q.S ; 2 : 216) Dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu, sedang hal tersebut merupakan kebaikan untukmu.
24. Abubakar Aceh, pengantar Ilmu Tasawuf, (semarang ; Ramadhani 1979) h. 89.
25. Harun Nasution, filsafat dan Mistisisme dalam islam, h. 69

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger