Motif dan Perasaan - Kajian Psikologi Pendidikan

1. PERASAAN
Pengertian Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.

Berlainan dengan berpikir, maka perasaan itu bersifat subjektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Apa yang enak, indah, menyenangkan bagi seseorang tertentu. Belum tentu juga enak, indah, menyenangkan bagi orang lain.

Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal; artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendatipun demikian perasaan bukanlah hanya sekadar gejala tambahan dari fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.

Macam-macam Perasaan
Bigot dkk (1950 : 534) memberikan ikhtisar mengenai macam-macam perasaan itu yang kiranya sangat berguna sebagai rangka pembicaraan. Adapun ikhtisar tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Perasaan-perasaan jasmaniah (rendah)
    • Perasaan-perasaan indriah, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap pancaindera seperti: sedap, manis, asin, pahit, panas, dan sebagainya
    • Perasaan vital, yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya, seperti: perasaan-perasaan segar, letih, sehat, lemah, tak berdaya, dan sebagainya.
  2. Perasaan-perasaan rohaniah
    • Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat menyelesaikan soal ujian (perasaan intelektual positif), atau perasaan kecewa yang dialami oleh seseorang yang sama sekali tak dapat mengerjakan soal ujian.
    • Perasaan kesusilaan, yaitu disebut juga perasaan etis merupakan perasaan tentang baik-buruk. Tiap-tiap orang tentu mempunyai ukuran baik-buruk sendiri-sendiri yang bersifat individual, yang sering juga disebut norma individual. Di samping itu, kita mengetahui bahwa di dalam masyarakat tententu terdapat norma yang berlaku bagi masyarakat, yang biasanya disebut norma sosial. Perasaan kesusilaan bersangkut paut dengan pelaksanaan norma-norma tersebut. juga perasaan kesusilaan ada dua macam, yaitu positif dan negatif. Perasaan kesusilaan positif misalnya dialami sebagai rasa puas kalau orang telah melakukan hal yang baik, dan yang negatif misalnya dialami sebagai rasa menyesal kalau orang telah melakukan hal yang tidak baik
    • Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
    • Perasaan sosial, yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan manusia; untuk bergaul, saling tolong-menolong, memberi dan menerima simpati dan antipati, rasa setia kawan, dan sebagainya.
    • Perasaan harga diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perasaan harga diri yang positif dan perasaan harga diri yang negatif. Perasaan harga diri positif ialah misalnya perasaan puas, senang, gembira, bangga yang dialami oleh seseorang yang mendapatkan penghargaan dari pihak lain (misalnya mendapatkan pujian, hadiah, tanda jasa, dan sebagainya). Perasaan harga diri negatif ialah misalnya perasaan kecewa, tak senang, tak berdaya, kalau seseorang mendapat celaan, dimarahi, mendapatkan hukuman dan sebagainya.
    • Perasaan keagamaan, ialah perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa seperti: rasa kagum akan kebesaran Tuhan, rasa syukur setelah lepas dari marabahaya secara ajaib, dan sebagainya.

Beberapa Catatan Praktis
  1. Perasaan melatarbelakangi dan mendasari aktivitas-aktivitas manusia. karena itu dalam memberikan pendidikan seharusnya diusahakan adanya perasaan yang dapat membantu pelaksanaan usaha yang sedang dilakukan itu. Umumnya diketahui, bahwa kegembiraan bersifat menggiatkan, kekecewaan melembekkan, melemahkan. Karena itu alangkah baiknya kalau pendidikan dan pengajaran yang kita berikan dapat diterima oleh anak-anak didik kita dalam suasana gembira.
  2. Perasaan-perasaan rohaniah harus diperkembangkan sebaik-baiknya. Dan ini dapat dilakukan dalam hampir semua situasi pendidikan.
  3. Perasaan-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya pada masa remaja, seperti misalnya perasaan kebangsaan, sosial, keagamaan. Para pendidik harus mempergunakan masa peka ini secara sebaik-baiknya.
  4. Secara ideal, perasaan-perasaan itu harus diperkembangkan secara seimbang dan selaras.

2. MOTIF-MOTIF
Pengertian
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu; kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif.

Macam-Macam Motif
Pendapat mengenai klasifikasi motif itu ada bermacam-macam. Beberapa yang terkenal adalah sepertiyang dikemukan di bawah ini.
  1. Menurut WoodWorth dan Marquis (1955 : 301-333) motif itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
    • Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya: motif minum, kebutuh makan, kebutuhan pernapasan, kebutuhan beristirahat.
    • Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya, misalnya: motif untuk melepaskan diri dari bahaya, dorongan melawan, dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan, dorongan untuk bersaing. Dorongan ini timbul karena perangsang dari luar. Pada dasarnya dorongan-dorongan ini telah ada sejak lahir, tetapi bentuk-bentuknya tertentu yang sesuai dengan perangsang tertentu berkembang karena dipelajari.
    • Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Motif-motif ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non sosial) secara efektif.
  2. Penggolongan lain didasarkan atas terbentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya dua macam motif, yaitu:
    • Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti:
      dorongan untuk makan,
      dorongan untuk minum,
      dorongan untuk bergerak dan beristirahat,
      dorongan seksual.
      Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis manusia.
    • Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti:
      dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan,
      dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat, dan sebagainya.
      Motif-motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif golongan ini terbentuk.
  3. Berdasarkan atas jalarannya, maka orang membedakan adanya dua macam motif, yaitu:
    • Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan, dan sebagainya.
    • Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah belajar secara sebaik-baiknya.
  4. Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau persangkut pautannya, yaitu:
    • Motif jasmaniah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat, dan sebagainya.
    • Motif rohaniah, yaitu kemauan. Kemauan itu terbentuk melaui empat momen, seperti:
      • a) Momen timbulnya alasan-alasan: Misalnya seseorang sedang giat belajar di kamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian. Sekonyong-konyong dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/menemui tamu melihat pertunjukan wayang orang. Di sini timbul alasan baru: mungkin keinginan untuk menghormati tamu, untuk tidak mengecewakan ibunya, untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang tersebut.
      • b) Momen pilih: Momen pilih, yaitu keadaan di mana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
      • c) Momen putusan: Momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan.
      • d) Momen terbentuknya kemauan: Dengan diambilnya sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger