Manusia Zaman pra sejarah telah merasa penting akan penanggalan. Karena penanggalan akan menjadikan hidup mereka teratur. Namun tanda apa yang mesti dipakai? Hasil kesepakatan umu, ditetapkanlah penanggalan berdasarkan perhitungan bulan. Karena bulan mudah dihitung dibandingkan matahari dan ia juga berputar secara teratur. Manusia Mesir kuno akhirnya sepakat membuat penanggalan pada bulan.
Namun apa yang terjadi? Lambat laun manusia Mesir kuno memperhatikan kejanggalan pada penanggalan bulan. Sistem penanggalan bulan berbeda jumlah harinya. Kadang 29 hari, kadang 30 hari. Hal ini bisa berakibat fatal bagi kehidupan mereka. Akan sulit menentukan musim bercocok tanam, panen dan banjir yang melanda Sungai Nil.
Kota On ('Ain Syams), ibu ota Mesir Kuno, terkenal dengan pakar astronomi dan ilmuwan falak. Penanggalan pada bulan pun ditinjau ulang. Sampai akhirnya ditetapkan penanggalan (kalender) berpatokan pada edaran si raja siang, matahari. Setahun sama dengan 365 hari yang terbagi kepada 12 bulan. Setiap bulannya terdiri dari 30 hari, dan sisa 5 hari terakhir dijadikan sebagai pesta (perayaan) rakyat yang setelahnya dimulai tahun baru. Sejarah pun mencatat bahwa ilmuwan kota On lah yang pertama menentukan penanggalan matahari ini.
Lalu mereka membagikan setahun ke dalam 3 musim yang dicocokkan dengan musim bertanam, yaitu; musim banjir (meluapnya Sungai Nil), musim menanam dan musim panas (panen). Setiap musim terdiri dari 4 bulan, sehingga sistem penanggalan ini nampak begitu teliti.
yang namanya perkiraan manusia, tentu tidak selalu akurat dan tepat. Penanggalan Matahari pun akhirnya ditemukan kejanggalan lagi. Ternyata berdasarkan hitungan teliti perjalanan matahari dalam setahun itu sama dengan 365 plus seperempat hari, sehingga harus ada penambahan satu hari ke dalam perayaan 5 hari menjelang akhir tahun dalam putaran setiap 4 tahunnya. Perhitungan inilah yang kita kenal sekarang dengan tahun kabisat.
Sampai Akhirnya, tahun 238 M di kota Iskandariah, Ptolemy III mengeluarkan perintah yang dikenal dengan "Perintah Kanoby" untuk menambahkan satu hari setiap tahunnya. Saat itu pula, saintis Mesir kuno menyepakati pembagian jam kepada 60 menit. Penanggalan Mesir Kuno inilah yang sekarang kita kenal dengan penanggalan tahun Masehi.
Taken From Panduan ke Mesir dan Azhar By Keluarga Mahasiswa Aceh - Mesir
Kota On ('Ain Syams), ibu ota Mesir Kuno, terkenal dengan pakar astronomi dan ilmuwan falak. Penanggalan pada bulan pun ditinjau ulang. Sampai akhirnya ditetapkan penanggalan (kalender) berpatokan pada edaran si raja siang, matahari. Setahun sama dengan 365 hari yang terbagi kepada 12 bulan. Setiap bulannya terdiri dari 30 hari, dan sisa 5 hari terakhir dijadikan sebagai pesta (perayaan) rakyat yang setelahnya dimulai tahun baru. Sejarah pun mencatat bahwa ilmuwan kota On lah yang pertama menentukan penanggalan matahari ini.
Lalu mereka membagikan setahun ke dalam 3 musim yang dicocokkan dengan musim bertanam, yaitu; musim banjir (meluapnya Sungai Nil), musim menanam dan musim panas (panen). Setiap musim terdiri dari 4 bulan, sehingga sistem penanggalan ini nampak begitu teliti.
yang namanya perkiraan manusia, tentu tidak selalu akurat dan tepat. Penanggalan Matahari pun akhirnya ditemukan kejanggalan lagi. Ternyata berdasarkan hitungan teliti perjalanan matahari dalam setahun itu sama dengan 365 plus seperempat hari, sehingga harus ada penambahan satu hari ke dalam perayaan 5 hari menjelang akhir tahun dalam putaran setiap 4 tahunnya. Perhitungan inilah yang kita kenal sekarang dengan tahun kabisat.
Sampai Akhirnya, tahun 238 M di kota Iskandariah, Ptolemy III mengeluarkan perintah yang dikenal dengan "Perintah Kanoby" untuk menambahkan satu hari setiap tahunnya. Saat itu pula, saintis Mesir kuno menyepakati pembagian jam kepada 60 menit. Penanggalan Mesir Kuno inilah yang sekarang kita kenal dengan penanggalan tahun Masehi.
Taken From Panduan ke Mesir dan Azhar By Keluarga Mahasiswa Aceh - Mesir
0 comments:
Post a Comment