Secara sosiologis sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu teks dialektis antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Sehubungan dengan ini sering dikatakan bahwa syair merupakan antologi kehidupan masyarakat Arab (Diwan al-`Arab) (Khafajy, 1973:195). Artinya, semua aspek kehidupan yang berkembang pada masa tertentu tercatat dan terekam dalam sebuah karya sastra (syair).
Menyebarnya sastra arab sangat erat kaitannya dengan bersinarnya islam secara luas ke berbagai belahan dunia terutama pada abad ke 7 hijriah, hal ini dikarenakan ia adalah bahasa Al-Qur’an yang mulia. Bahasa yang indah ini menyebar ke berbagai penjuru timur dan barat, sehingga sebagian besar peradaban dunia pada masa itu sangat terwarnai oleh peradaban Islam. Mereka yang berperan mengembangkan sastra arab pada masa kejayaan islam berasal dari berbagai suku bangsa, diantara mereka berasal dari Jazirah Arab, Mesir, Romawi, Armenia, Barbar, Andalusia dan sebagainya, walau berbeda bangsa namun mereka semua bersatu diatas Islam dan Bahasa Arab, mereka berbicara dan menulis karya sastra serta berbagai kajian keilmuan lainnya dengan Bahasa Arab .
Dan tidaklah Allah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.”(Yusuf : 2).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam ,dia dibawa turun oleh Ar ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas“(Asy Syu’ara:192-195).
FASE ISLAM DAN UMAYYAH
2.1. Definisi masa Shadr Islam dan Masa Umayyah
Masa atau fase munculnya sastra islam yaitu sejak islam dating ke jazirah arab hingga berakhirnya masa bani umayyah, yaitu sekitar 610-6661 M. Fase ini juga di kenal sebagai masa atau fase kepemimpinan nabi Muhammad saw dan masa khulafa al rasyidin.
Ketika islam datang ke bumi jazirah arab, ini menandakan bahwa datangya islam turut mewarnai segala aspek kehidupan manusiapada saat itu baik dari segi sosial kemasyarakatan, agama, budaya, pemikiran, bahkan karya-karya sastra yang dihaslkan nuansa nilai-nilai islam.
Sedangkan masa umayyah di mulai pada tahun 41H/661M – 132H/749M. dinasti umayyah didirikan oleh Umayyah Ibn ‘Abd Asy-Syams. Para khalifah-khalifah bani umayyah adalah:
ada masa ini, Nabi Muhammad saw berhasil menegakkan syariat-syariat islam pada segala aspek kehidupan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kondisi Agama
Orang arab jahiliyah bermacam-macam agama diantaranya adalah: Yahudi, masehi, sebagian dari mereka menyembah berhala, batu, bintang –bintang, sebagian lain beragama Majusi: (penyembahan pada api), beragama al Dhahriyah yaitu, mereka yang mengingkari adanya hari akhirat dan hari kebangkitan, dan juga golongan yang beriman pada Tuhan yang baik dan Tuhan yang buruk.
Ketika islam datang, islam mengajak kseluruh umat manusia untuk memeluk agama yang satuyang beriman keppada Allah swt. Penciptaan alam semesta pada periode ini tampak rasa religious masyarakat masa Bani Umayyah mereka belajar alquran serta hadist rasul, yang intinya pada saat ini mereka benar-benar berusaha menjalankan syariat islam. Sehinngga dalam lingkup penyair banyak yang condong untuk meninggalkan puisi dan memilih hanya beribadah kepada Allah swt.
Pada masa dinasti Umayyah, kita dapat menemukan cikal bakal gerakan-gerakan filosofis keagamaan yang berusaha menggoyahkan pondasi agama Islam. Pada paruh pertama abad ke-18, di Bashrah hidup seorang tokoh terkenla bernama Wasil ibn Atho’ (w.748), seorang pendiri mandzhab rasionalisme kondang yg disebut Mu’tazilah. Orang mu’tazilah (pembelot, penentang) mendapat sebutan itu karna mendakwahkan ajaran bahwa siapapun dosa besar dianggaip telah keluar dari barisan ornag beriman,tapi idak menjadikannya kafir, dalam hal ini orang semacam itu berada dalam kondisi pertengahan antara kedua status itu.
Kelompok kedua yaitu Qodariyah. Orang Qodariyah adalah madzhab filsafat Islam paling awal, dan besarnya pengaruh pemikiran meraka bissa disimpulkan dari kenyataan bahwa dua khlifah Umayyah, Muawwiyah II, dan Yazid III,merupakan penigukut Qodariyah.
Kelompok ketiga adalah kelompok Khawarij. Khawarij merupakan sekte politik keagamaan paling awal. Sekte lainnya yang mencul pada masa dinasti Umayyah adalah Murji’ah.
Kelompok lainnnya,yaitu Syi’ah, merupakan salah satu dari dua kubu Islam pertama yang berbeda pendapat dalam persoalan kekholifahan.(Hitti, 2006:306-309)
b. Kondisi sosial
Ketika Islam datang, islam meletakkan syari’at islam dalam tataran social kemsyarkatan seperti hal tentang hal pernikahan, percerain, jual-beli, muamalah atau bagaimana etika bergaul dengan para budak, wanita dan ahli dzimmi. Selain itu pada masa ini juga terjadi ekspansi/penklukan-penaklukan yang kemudian bergabung dan bercampurlah bangsa-bangsa arab dengan bangsa lain.
Selama masa kekholifahan dinasti Umayyah, kondisi social dalam keadaan damai dan adi, meskipun system pemerintahan tidak berjalan demokratis. Kendatipun bagsa arab diseluruh imperium, kehiduupan muslim non-arab tidak mengalami kesulitan. Mereka hidup damai dan baik. Mereka menikmati kewajiban dan hak yang sama dalam kehidupan Negara. Para Kholifah melindungi gereja, ketedral, candi, siangog dan tempat suci-suci lainnya, bahkan semua tempat peribadatan yang rusak dibangun kembali dengan dana yang dikeluarkan dari kas Negara.
Disamping kebebasan beragama, orang non-muslim juga menikmati kebebasan peradilan, hakim dan hukum. Mereka dibebaskan menggunakan yuriksi mereka sebagimana diatur oleh pemimpin agama mereka sendiri.
c. Kondisi Politik
Pada bidang ini awalnya bangsa arab jahiliyah tidak memiliki system kepemimpinan, sehingga hidup mereka bebas tanpa ada aturan yang melingkupi dan mengatur segala bentuk kehidupan perbuatan yang akan dan telah mereka lakukan. Akan tetapi ketika islam datang, Rasullah saw membuat system kepemimpinan yang dia pimpin untuk menyatukan seluruh bangsa arab dalam satu kekuatan yang besar dan kuat dibawah panji/bendera islam. Pada bidang ini, rasullah menetapkan Al-qur’an sebagi undang-undang Negara yang wajib ditaati pada masa itu.
Pada masa Umayyah muncul lah partai-partai politik. Pada masa ini dipicu oleh peristiwa arbitrase yang dilakukan dalam perang Siffin dan berlanjut dengan peristiwa-peristiwa lain. Zainal Abidin[2], mencatat empat partai yang eksis pada masa ini. 1) Partai Umawy, 2) Partai Aly, 3) Partai Khowarij, dan 4) Partai Zubair mereka adalah pengikut Abdullah bin Zubair yang keluar dari pemerintahan umawiyyah pada masa Yazid bin Mu’awiyah dan mendirikan khilafah sendiri, akan tetapi partai ini paling pendek umurnya, dengan terbunuhnya Abdullah pada masa Abdul Malik bin Marwan. Sementara di bidang agama juga terjadi perpecahan yang dikenal dengan aliran ilmu kalam, yaitu Qodariyah, Jabbariyah, Mu’tazilah dsb. Baik partai politik maupun aliran keagamaan yang tumbuh pada masa ini memiliki para penyair dan orator yang membela keyakinan mereka dan membalas serangan para pesaingnya.
d. Kondisi Ekonomi
Pada awal islam ini terjadi perluasan wilayah/penaklukan-penaklukan di daerah-daerah. Hal ini secara tidak langsung membuat pra tentara mendapatkan fa’I(harta rampasan perang) yang melimpah. Keberadaan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang Arab secara berkecukupan.
Sedangkan masyarakat di era BAni Umayyah banyak mengandalkan perniagaan mereka antara daerah, selain itu juga mereka banyak mendapatkan fa’i dari pemerintah, sehingga secara ekonomi mereka merasa berkecukupan.
e. Kondisi Sastra
Kelahiran Islam di tanah Arab membawa pengaruh besar terhadap corak kesusastraan arab, diantaranya ialah sebagai berikut:
Sedangkan corak lama yang dikembangkan oleh Islam adalah bidang puisi dan khutbah karna kedua macam corak ini sangat besar jasanya dalam membantu meluaskan penyiaran dakwah Islam kepada seluruh bangsa arab, karna bangsa arab sangat gemar dalam bidang ini.
Selain itu ada beberapa factor lain dari pengaruh islam terhadap bangsa arab, diantaranya adalah:
Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadayaan kebudayaan secara keseluruhan.
Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. Hingga kini, bahasa Arab klasik masih sangat dikagumi dan dihormati. Alquran merupakan firman Allah SWT yang sangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Alquran berisi tentang perintah, larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi perkembangan sastra Arab.
Dan datangnya Islam juga turut mewarnai keberadaan khazanah kesustraan arab yang muncul pada saat itu. Al-qur’an dan Hadist Rosul memiliki peranan penting yang juga turut mewarnai keberadaan satra yang berkembang pada saat itu. Berikut ini beberapa pengaruh Al-qur’an terhadap satra:
Dan diantra factor-faktor perkembangan sastra pada masa shadr islam ialah
1. Pengaruh Al-qur’an terhadap bahasa arab Diatara pengaruh Al-qur’an terhadap bahsa arab ialah:
3.1. Contoh Puisi pada masa Islami beserta Penyairnya
Diantara penyair-penyair yang muncul pada masa permulaan Islam adalah sebagai berikut:
1. Ka’ab Ibn Mallik al-Anshari
Puisi Ka’ab termasuk puisi yang bagus, kasidah-kasidahnya banyak menceritakan tentang suasana perang. Berikut ini adalah puisi Ka’ab ketika ia menyaksikan kejadian di Bi’ru Ma’umah
Kamu meninggalkan tetanggamu Bani Salim, karena takut akan perang yang melemahkan dan menghinakan.
Walau tali melilit pada para pemimpin, untuk mengulurkan tali yang kuat. Atau Qirtho’ bila ia tidak masuk Islam, dan mengajukan suatu kelengkapan apabila tidak datang. (Al-Nadwa, 1995:95-96).
2. Abdullah Ibn Rawahah
Berikut adalah puisi ketika Abdullah Ibn Rawahah keluar untuk mengikuti perang Mut’ah:
Akan tetapi aku memohon ampunan pada Dzat Yang Maha Pengasih, untuk melenyapkan rasa ketakutan yang berlebih bagaikan buih. Atau tikaman dengan tanganku yang ingin menembus isi perut dan hati. Hingga jika ada yang melewati makamku. Mereka akan berkata: wahai orang yang mencari petunjuk barangsiapa yang menang maka ia benar-benar telah mendaptkan petunjuk. (Al-Nadwa, 1995:449).
3. Hasan Ibn Tsabit
Berikut ini dalah puisi Hasan Ibn Tsabit setelah masuk Islamadlah sebagia berikut:
Sesungguhnya penghulu itu hanya dari suku fihr dengan saudara-saudaranya. Yang telah menerengkan kepada manusia suatu agama agar untuk diikutinya. Yaitu disenangi oleh setiap orang yang hatinya bertakwa kepada Tuhan dan mengikuti syariatnya. Kaum itu jika berperang akan membinasakan musuh-musuh atau berusaha memanfaatkan keikut sertaannya tanpa dijelaskan.
4. Al-Hutay’ah
Berikut ini adalah puisi Al-Hutay’ah yang menggambarkan tentang zuhud di dunia dan harapan kebaikan di akhirat nanti:
Aku bukannya melihat kebahagiaannya dengan semua harta, akan tetapi taqwa adalah sebenar-benarnya kebahagiaaannya. Taqwa pada Allah adalah sebaik-baiknya bekal dan harta, dan di sisi Allahlah bagi orang-orang yang bertaqwa suatu tambahan. Apa yang akan terjadi berarti dekat dan apa yang telah terjadi berarti jauh.
3.2. Contoh prosa pada masa Islam beserta Penyairnya
1. macam-macam Prosa pada masa Sahdr Islam
Berikut ini adalah macam prosa masa Sahdr Islam, adalah:
1. Khutbah
Contoh khutbah abu Bakar Shidiq:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku sekarang telah memimpin kalian namun aku bukanlah yang terbaik di antara kalian, jiaka kalian melihatku berjalan diatas kebenaran maka bantulah aku, sedangakan jika kalian melihatku diatas kebatilan maka luruskanlah langkahku, taatilah aku selama aku mentaati Allah, dan apabila aku melakukan kemaksiatan maka kalian tidak boleh taat terhadapku akan hal itu, ketahuilah… bahwasanya orang yang paling kuat di antara kalian dimataku adalah orang yang lemah hingga ia memperoleh haknya, sebaliknya orang yang terlemah dimataku adalah orang yang kalian anggap paling kuat hingga ia mengemablaikan hak-hak orang lain. Demikianlah apa yang aku sampaikan kepada kalian seraya memohon ampun atas diriku dan kalian semua kepada Allah.
2. Kitabah
Tuisan yang diperkunakan oleh bangsa Arab pada permulaan Islam adalah tulisan al-amabari dan al-hiri yang selanjutnya diganti denagan nama al-Hijazi. Al-Hijazi ini meerupakan tulisan Arab asli, tulisan ini dipakai oleh sebagian kecil orang Arab dan kurang lebih sepuluh orang Quraisy, serta beberapa orang penduduk Madinah dan sekitarnya.
3. Matsal
Pada masa ini selain dikenal Khithobah dan Kitabah, ada bentuk prosa lain yang juga berkembang pesat saat itu, yaitu peribahasa (matsal).Prosa ini berkembang seiring dengan bermunculnya al-Quran dan Hadis Rasulullah. Isi dari peribahasa atau matsal itu adalah tentang akhlaq, tingkah laku, kehidupan dan kematian, manusia, agama, aturan kehidupan, hubungan manusia antara satu dengan sama lain, social, politik, dan sebagainya (Al-Hasyim,1968:241).
Warisan Berupa peribahasa dan perumpamaan dari bangsa arab semenanjung pada zaman sebelum Islam terus dipakai oleh kaum muslimin karena kefasihan dan wawasan sastrawinya serta kekayaan kosa katanya, yang bersama-sama dengan puisi pra Islam membantu para pemeluk Islam baru untuk memahami kosa kata dan sintaksis al-Quran dan Hadis. Materi-materi ini kemudian dikumpulkan dalam beberapa kitab oleh Mufadal al-Dabbi (168/775), Abu Ubaidah (211/827), dan al-Asma’I (213/829), (Al-Faruqi, 1999:61).
PROSA DAN PUISI
3.1. PROSA PADA MASA BANI UMAYYAH
Zaman baru dimulai dengan khalifah umawi Al Walid bin Abdul Malik, yang memerintah antara 85-96 H/ 705-715 M. menurut Al Qalqasyandi, penulisan di bawah Umami mengiuti gaya kuno sampai masa Al Walid. Al Walid membawa perbaikan besar pada sekertariat pemerintahan, tulisan dan korespondensi resmi, dan kaligrafi. Dalam semangat sastra Al Walid itulah Marwan bin Muhammad (126-132H/ 744-750M), khlifah Umawi terakhir, mengutus Abdul Hamid bin Yahya, ahli esai terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya penulisan yang lebih penuh bunga bahasa yang membuat dirinyua dikenal. Pesan pemerintah menjadi begitu panjang sehingga diceritakan bahwa Abdul Hamid menulis untuk majikannya sebuah surat yang memerlukan seokor unta untuk membawa surat ini ke alamat yang dituju.
Gaya baru ini disebut tawazun (simetri sastra) dan diperkenalkan dengan tiruan gaya Al Qur’an. Tawazun berisi tulisan dalam frase yang jumlah suku katanya, panjangnya, dan susunannya sama. Itulah bentuk ketinggiannya. Tawazun juga dikenal dalam sastra pra-islam, khususnya dalam perumpamaan dan pernyataan lisan ahli ramal (kahin).
Penulis terbesar gaya tawazun adalah Abdul Hamid Al Katib (130/794 M), Abu Amr Ustman Al Jahizh (253/ 868 M), dan Abu Hayyan Al Tahwidi (375/ 987 M). gaya Al Jahizh sesuai dengan zamannya. Tulisannya merealisasikan normanya ketingkat sangat tinggi. Dia menggambarkan norma ini sebagai berikut:
3.1. Puisi Masa Shadr Islam
Pandangan Islam terhadap puisi itu ada dua macam. Yang pertama suatu puisi akan dipandang terpuji oleh Islam jika puisi itu digunakan sebagai denagn maksud dan cara yang baik. Sebaliknya jika puisi itu digunakan sebagai maksud tidak terpuji maka Islam akan mengangapnya sebagai suatu yang tidak terhormat.
puisi pada masa Islam ditinjau dari segi maksud dan seninya, arti dan intisarinya, lafadz dan gaya bahasanya, wazan dan qafiyahnya adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Juzif, dkk. t.t. Al-Mufid Fi al-Adab al-Aroby. Beirut:al-Maktaby al-Tijary.
Wargadinata, Wildan, dkk. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang:UIN Malang Press,2008.
Al-Faruqi, Ismail R. dan Lois Lamnya. Atlas Budaya Islam. Bandung: Mizan, 2000.
http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/05/prosa-dan-puisi-pada-masa-islamy.html
Dan tidaklah Allah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran melainkan karena ia adalah bahasa terbaik yang pernah ada. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya.”(Yusuf : 2).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam ,dia dibawa turun oleh Ar ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas“(Asy Syu’ara:192-195).
FASE ISLAM DAN UMAYYAH
2.1. Definisi masa Shadr Islam dan Masa Umayyah
Masa atau fase munculnya sastra islam yaitu sejak islam dating ke jazirah arab hingga berakhirnya masa bani umayyah, yaitu sekitar 610-6661 M. Fase ini juga di kenal sebagai masa atau fase kepemimpinan nabi Muhammad saw dan masa khulafa al rasyidin.
Ketika islam datang ke bumi jazirah arab, ini menandakan bahwa datangya islam turut mewarnai segala aspek kehidupan manusiapada saat itu baik dari segi sosial kemasyarakatan, agama, budaya, pemikiran, bahkan karya-karya sastra yang dihaslkan nuansa nilai-nilai islam.
Sedangkan masa umayyah di mulai pada tahun 41H/661M – 132H/749M. dinasti umayyah didirikan oleh Umayyah Ibn ‘Abd Asy-Syams. Para khalifah-khalifah bani umayyah adalah:
- Muawiyyah ibn Abi Sufyan, 662-684 M
- Yazid ibn Muawiyah, 679-682 M.
- Muawiyah II ibn Yazid memerintah sekitar 1 bulan.
- Marwan ibn Al Hakam, 682-684 M
- Abdul Malik ibn Marwan, 684-705 M
- Al Walid ibn Abdul Malik, 705-714 M
- Sulaiman ibn Abdul Malik 714-717 M
- Umar ibn Abdul Aziz 717 -719 M
- Yazid ibn Abdul Malik 719-724 M
- Hisyam ibn Abdul Malik 724-743 M
- Al Walid ibn Yazid, 743-744 M
- Yazid ibn al Walid 744-745 M
- Ibrahim ibn al Walid memerintah sekitar 1 bulan
- Marwan ibn Muhammad, 745-749 M
ada masa ini, Nabi Muhammad saw berhasil menegakkan syariat-syariat islam pada segala aspek kehidupan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kondisi Agama
Orang arab jahiliyah bermacam-macam agama diantaranya adalah: Yahudi, masehi, sebagian dari mereka menyembah berhala, batu, bintang –bintang, sebagian lain beragama Majusi: (penyembahan pada api), beragama al Dhahriyah yaitu, mereka yang mengingkari adanya hari akhirat dan hari kebangkitan, dan juga golongan yang beriman pada Tuhan yang baik dan Tuhan yang buruk.
Pada masa dinasti Umayyah, kita dapat menemukan cikal bakal gerakan-gerakan filosofis keagamaan yang berusaha menggoyahkan pondasi agama Islam. Pada paruh pertama abad ke-18, di Bashrah hidup seorang tokoh terkenla bernama Wasil ibn Atho’ (w.748), seorang pendiri mandzhab rasionalisme kondang yg disebut Mu’tazilah. Orang mu’tazilah (pembelot, penentang) mendapat sebutan itu karna mendakwahkan ajaran bahwa siapapun dosa besar dianggaip telah keluar dari barisan ornag beriman,tapi idak menjadikannya kafir, dalam hal ini orang semacam itu berada dalam kondisi pertengahan antara kedua status itu.
Kelompok kedua yaitu Qodariyah. Orang Qodariyah adalah madzhab filsafat Islam paling awal, dan besarnya pengaruh pemikiran meraka bissa disimpulkan dari kenyataan bahwa dua khlifah Umayyah, Muawwiyah II, dan Yazid III,merupakan penigukut Qodariyah.
Kelompok ketiga adalah kelompok Khawarij. Khawarij merupakan sekte politik keagamaan paling awal. Sekte lainnya yang mencul pada masa dinasti Umayyah adalah Murji’ah.
Kelompok lainnnya,yaitu Syi’ah, merupakan salah satu dari dua kubu Islam pertama yang berbeda pendapat dalam persoalan kekholifahan.(Hitti, 2006:306-309)
b. Kondisi sosial
Ketika Islam datang, islam meletakkan syari’at islam dalam tataran social kemsyarkatan seperti hal tentang hal pernikahan, percerain, jual-beli, muamalah atau bagaimana etika bergaul dengan para budak, wanita dan ahli dzimmi. Selain itu pada masa ini juga terjadi ekspansi/penklukan-penaklukan yang kemudian bergabung dan bercampurlah bangsa-bangsa arab dengan bangsa lain.
Selama masa kekholifahan dinasti Umayyah, kondisi social dalam keadaan damai dan adi, meskipun system pemerintahan tidak berjalan demokratis. Kendatipun bagsa arab diseluruh imperium, kehiduupan muslim non-arab tidak mengalami kesulitan. Mereka hidup damai dan baik. Mereka menikmati kewajiban dan hak yang sama dalam kehidupan Negara. Para Kholifah melindungi gereja, ketedral, candi, siangog dan tempat suci-suci lainnya, bahkan semua tempat peribadatan yang rusak dibangun kembali dengan dana yang dikeluarkan dari kas Negara.
Disamping kebebasan beragama, orang non-muslim juga menikmati kebebasan peradilan, hakim dan hukum. Mereka dibebaskan menggunakan yuriksi mereka sebagimana diatur oleh pemimpin agama mereka sendiri.
c. Kondisi Politik
Pada bidang ini awalnya bangsa arab jahiliyah tidak memiliki system kepemimpinan, sehingga hidup mereka bebas tanpa ada aturan yang melingkupi dan mengatur segala bentuk kehidupan perbuatan yang akan dan telah mereka lakukan. Akan tetapi ketika islam datang, Rasullah saw membuat system kepemimpinan yang dia pimpin untuk menyatukan seluruh bangsa arab dalam satu kekuatan yang besar dan kuat dibawah panji/bendera islam. Pada bidang ini, rasullah menetapkan Al-qur’an sebagi undang-undang Negara yang wajib ditaati pada masa itu.
Pada masa Umayyah muncul lah partai-partai politik. Pada masa ini dipicu oleh peristiwa arbitrase yang dilakukan dalam perang Siffin dan berlanjut dengan peristiwa-peristiwa lain. Zainal Abidin[2], mencatat empat partai yang eksis pada masa ini. 1) Partai Umawy, 2) Partai Aly, 3) Partai Khowarij, dan 4) Partai Zubair mereka adalah pengikut Abdullah bin Zubair yang keluar dari pemerintahan umawiyyah pada masa Yazid bin Mu’awiyah dan mendirikan khilafah sendiri, akan tetapi partai ini paling pendek umurnya, dengan terbunuhnya Abdullah pada masa Abdul Malik bin Marwan. Sementara di bidang agama juga terjadi perpecahan yang dikenal dengan aliran ilmu kalam, yaitu Qodariyah, Jabbariyah, Mu’tazilah dsb. Baik partai politik maupun aliran keagamaan yang tumbuh pada masa ini memiliki para penyair dan orator yang membela keyakinan mereka dan membalas serangan para pesaingnya.
d. Kondisi Ekonomi
Pada awal islam ini terjadi perluasan wilayah/penaklukan-penaklukan di daerah-daerah. Hal ini secara tidak langsung membuat pra tentara mendapatkan fa’I(harta rampasan perang) yang melimpah. Keberadaan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang Arab secara berkecukupan.
Sedangkan masyarakat di era BAni Umayyah banyak mengandalkan perniagaan mereka antara daerah, selain itu juga mereka banyak mendapatkan fa’i dari pemerintah, sehingga secara ekonomi mereka merasa berkecukupan.
e. Kondisi Sastra
Kelahiran Islam di tanah Arab membawa pengaruh besar terhadap corak kesusastraan arab, diantaranya ialah sebagai berikut:
- Penghapusan sebagian corak kesusastraan Arab Jahiliyah.
- Menciptakan suatu corak baru yang sesuai dengan Islam
- Mengembangkan sebagian corak lama yang sesuia dengan Islam
Sedangkan corak lama yang dikembangkan oleh Islam adalah bidang puisi dan khutbah karna kedua macam corak ini sangat besar jasanya dalam membantu meluaskan penyiaran dakwah Islam kepada seluruh bangsa arab, karna bangsa arab sangat gemar dalam bidang ini.
Selain itu ada beberapa factor lain dari pengaruh islam terhadap bangsa arab, diantaranya adalah:
- Berkembangnya pemakaian bahasa arab dikalangan ummat Islam
- Meluasnya pembendaharaan bahasa arab
- Bahasa arab bertambah halus.
- Bertambah tinggi nilai satranya
Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang ajarannya disampaikan melalui Alquran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Alquran tak hanya memberi pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadayaan kebudayaan secara keseluruhan.
Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. Hingga kini, bahasa Arab klasik masih sangat dikagumi dan dihormati. Alquran merupakan firman Allah SWT yang sangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Alquran berisi tentang perintah, larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi perkembangan sastra Arab.
Dan datangnya Islam juga turut mewarnai keberadaan khazanah kesustraan arab yang muncul pada saat itu. Al-qur’an dan Hadist Rosul memiliki peranan penting yang juga turut mewarnai keberadaan satra yang berkembang pada saat itu. Berikut ini beberapa pengaruh Al-qur’an terhadap satra:
- Sebagai pendorong pada semua materi sastra arab dan nashnya, baik puisi atau prosa.
- Para satrawan banyak menukil pola-pola baru dalam pemikiran, gambaran, serta ungkapan dengan apa yang disalin dari ayat-ayat Al-qur’an.
- Menjadi sebab dalam perkembangan ilmu-ilmu balagoh (bayan, badi’, ma’ani).
- Memotivasi para peneliti sejarah klasik baik yang berkenaan dengan cerita-cerita ummat terdahulu ataupun cerita-cerita nabi.
Dan diantra factor-faktor perkembangan sastra pada masa shadr islam ialah
1. Pengaruh Al-qur’an terhadap bahasa arab Diatara pengaruh Al-qur’an terhadap bahsa arab ialah:
- Menjaga bahasa arab dari kemusnahan dan menjamin keabadian bahasa arab
- Mempersatukan lahjah arab dalam lahjah Quraisy
- Memperluas aturan-aturan Al-qur’an dengan menggunakannya sebagian lafadz-lafadz islam, seperti mukmin, kafir, munafiq, puasa, zakat,dsb.
- Mensucikan lafadz-lafadz dan susunan Al-qur’an
- Al-qur’an sebagai sebab dalam penyebaran bahasa arab dinegara-negara yang ditaklukkan kaum muslimin.
- Al-qur’an sebagi sebab dalam pengembangan ilmu-ilmu bahasa,seperti nahwu, sorrof dan ilmu-ilmu syari’at, seperti tafsir, fiqh, dan tauhid.
- Para ahli tafsir bersandar pada Hadist-hadist Rasul dalam menafsirkan kalammullah dan dalam mengambil hokum syari’ah
- Menemukan bahasa, baik dari segi pemikiran ataupun lafadz-lafadz yang baru.
- Terpengarunya susunan dan gambaran para ahli pidato dan penulis serta penyair dengan apa yang mereka salin dari Hadist nabi.
3.1. Contoh Puisi pada masa Islami beserta Penyairnya
Diantara penyair-penyair yang muncul pada masa permulaan Islam adalah sebagai berikut:
1. Ka’ab Ibn Mallik al-Anshari
Puisi Ka’ab termasuk puisi yang bagus, kasidah-kasidahnya banyak menceritakan tentang suasana perang. Berikut ini adalah puisi Ka’ab ketika ia menyaksikan kejadian di Bi’ru Ma’umah
تركتم جاركم لبني سليم مخاقة حربهو عجزا وهونا
فلو حبلا تناول من عقيل لمد بحبلها حبلا متينا
أو القرطاء ما إن أسلموا وقد ما ما وفوا إذ لا تنونا
Kamu meninggalkan tetanggamu Bani Salim, karena takut akan perang yang melemahkan dan menghinakan.
Walau tali melilit pada para pemimpin, untuk mengulurkan tali yang kuat. Atau Qirtho’ bila ia tidak masuk Islam, dan mengajukan suatu kelengkapan apabila tidak datang. (Al-Nadwa, 1995:95-96).
2. Abdullah Ibn Rawahah
Berikut adalah puisi ketika Abdullah Ibn Rawahah keluar untuk mengikuti perang Mut’ah:
لكنني أسأل الرحمن مغفرة وضربة ذات فزع تقذف الزبدا بحربة تنفذ الأحشاء والكبد
أو طعنة بيدي حران مجهزة ياأرشد الله من فاز و قد رشدا حتي يقولوا إذا مروا على جدث
Akan tetapi aku memohon ampunan pada Dzat Yang Maha Pengasih, untuk melenyapkan rasa ketakutan yang berlebih bagaikan buih. Atau tikaman dengan tanganku yang ingin menembus isi perut dan hati. Hingga jika ada yang melewati makamku. Mereka akan berkata: wahai orang yang mencari petunjuk barangsiapa yang menang maka ia benar-benar telah mendaptkan petunjuk. (Al-Nadwa, 1995:449).
3. Hasan Ibn Tsabit
Berikut ini dalah puisi Hasan Ibn Tsabit setelah masuk Islamadlah sebagia berikut:
إن الذوائب من فهر وإخوتهم قد بينوا سننا للناس تتبع
يرض يها كل من كانت سريرته تقوى الإ له و بالأمر الذى شرعوا
قوم إذا حاربوا ضروا عدوهم أو حاولو النفع فى أشيا عهم نفعوا
Sesungguhnya penghulu itu hanya dari suku fihr dengan saudara-saudaranya. Yang telah menerengkan kepada manusia suatu agama agar untuk diikutinya. Yaitu disenangi oleh setiap orang yang hatinya bertakwa kepada Tuhan dan mengikuti syariatnya. Kaum itu jika berperang akan membinasakan musuh-musuh atau berusaha memanfaatkan keikut sertaannya tanpa dijelaskan.
4. Al-Hutay’ah
Berikut ini adalah puisi Al-Hutay’ah yang menggambarkan tentang zuhud di dunia dan harapan kebaikan di akhirat nanti:
ولست أرى السعادة جمع مال ولكن التقي هو السعيد
وعند الله للاتقى مزيد وتقوى الله خير الزا د ذخرا
و ما لا بد يأتي, قريب ولكن الذي يمضي بعيدا
Aku bukannya melihat kebahagiaannya dengan semua harta, akan tetapi taqwa adalah sebenar-benarnya kebahagiaaannya. Taqwa pada Allah adalah sebaik-baiknya bekal dan harta, dan di sisi Allahlah bagi orang-orang yang bertaqwa suatu tambahan. Apa yang akan terjadi berarti dekat dan apa yang telah terjadi berarti jauh.
3.2. Contoh prosa pada masa Islam beserta Penyairnya
1. macam-macam Prosa pada masa Sahdr Islam
Berikut ini adalah macam prosa masa Sahdr Islam, adalah:
1. Khutbah
Contoh khutbah abu Bakar Shidiq:
يها الناس, إني قد وليت عليكم ولست عليكم ولسات بخيركم, فإن رأيتموني على حق فأعينوني, وإن رأيتوني على با طل فسددوني, أطيعوني ما أطعت الله فيكم, فإذا عصيته فلا طاعة لي عليكم, ألا إن أقواكم عند الضعيف, حتي أخذ الحق له, وأضعفكم عندي القول حتي أخذ الحق منه. أقول قولي, واستغفر الله لي ولكم.
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku sekarang telah memimpin kalian namun aku bukanlah yang terbaik di antara kalian, jiaka kalian melihatku berjalan diatas kebenaran maka bantulah aku, sedangakan jika kalian melihatku diatas kebatilan maka luruskanlah langkahku, taatilah aku selama aku mentaati Allah, dan apabila aku melakukan kemaksiatan maka kalian tidak boleh taat terhadapku akan hal itu, ketahuilah… bahwasanya orang yang paling kuat di antara kalian dimataku adalah orang yang lemah hingga ia memperoleh haknya, sebaliknya orang yang terlemah dimataku adalah orang yang kalian anggap paling kuat hingga ia mengemablaikan hak-hak orang lain. Demikianlah apa yang aku sampaikan kepada kalian seraya memohon ampun atas diriku dan kalian semua kepada Allah.
2. Kitabah
Tuisan yang diperkunakan oleh bangsa Arab pada permulaan Islam adalah tulisan al-amabari dan al-hiri yang selanjutnya diganti denagan nama al-Hijazi. Al-Hijazi ini meerupakan tulisan Arab asli, tulisan ini dipakai oleh sebagian kecil orang Arab dan kurang lebih sepuluh orang Quraisy, serta beberapa orang penduduk Madinah dan sekitarnya.
3. Matsal
Pada masa ini selain dikenal Khithobah dan Kitabah, ada bentuk prosa lain yang juga berkembang pesat saat itu, yaitu peribahasa (matsal).Prosa ini berkembang seiring dengan bermunculnya al-Quran dan Hadis Rasulullah. Isi dari peribahasa atau matsal itu adalah tentang akhlaq, tingkah laku, kehidupan dan kematian, manusia, agama, aturan kehidupan, hubungan manusia antara satu dengan sama lain, social, politik, dan sebagainya (Al-Hasyim,1968:241).
Warisan Berupa peribahasa dan perumpamaan dari bangsa arab semenanjung pada zaman sebelum Islam terus dipakai oleh kaum muslimin karena kefasihan dan wawasan sastrawinya serta kekayaan kosa katanya, yang bersama-sama dengan puisi pra Islam membantu para pemeluk Islam baru untuk memahami kosa kata dan sintaksis al-Quran dan Hadis. Materi-materi ini kemudian dikumpulkan dalam beberapa kitab oleh Mufadal al-Dabbi (168/775), Abu Ubaidah (211/827), dan al-Asma’I (213/829), (Al-Faruqi, 1999:61).
PROSA DAN PUISI
3.1. PROSA PADA MASA BANI UMAYYAH
Zaman baru dimulai dengan khalifah umawi Al Walid bin Abdul Malik, yang memerintah antara 85-96 H/ 705-715 M. menurut Al Qalqasyandi, penulisan di bawah Umami mengiuti gaya kuno sampai masa Al Walid. Al Walid membawa perbaikan besar pada sekertariat pemerintahan, tulisan dan korespondensi resmi, dan kaligrafi. Dalam semangat sastra Al Walid itulah Marwan bin Muhammad (126-132H/ 744-750M), khlifah Umawi terakhir, mengutus Abdul Hamid bin Yahya, ahli esai terbesar zaman itu, untuk mengembangkan gaya penulisan yang lebih penuh bunga bahasa yang membuat dirinyua dikenal. Pesan pemerintah menjadi begitu panjang sehingga diceritakan bahwa Abdul Hamid menulis untuk majikannya sebuah surat yang memerlukan seokor unta untuk membawa surat ini ke alamat yang dituju.
Gaya baru ini disebut tawazun (simetri sastra) dan diperkenalkan dengan tiruan gaya Al Qur’an. Tawazun berisi tulisan dalam frase yang jumlah suku katanya, panjangnya, dan susunannya sama. Itulah bentuk ketinggiannya. Tawazun juga dikenal dalam sastra pra-islam, khususnya dalam perumpamaan dan pernyataan lisan ahli ramal (kahin).
Penulis terbesar gaya tawazun adalah Abdul Hamid Al Katib (130/794 M), Abu Amr Ustman Al Jahizh (253/ 868 M), dan Abu Hayyan Al Tahwidi (375/ 987 M). gaya Al Jahizh sesuai dengan zamannya. Tulisannya merealisasikan normanya ketingkat sangat tinggi. Dia menggambarkan norma ini sebagai berikut:
- Keselarasan ungkapan dengan makna pembicara/ penulis harus menyadari proporsi makna, pembaca/ pendengarnya, dan situasinya, jika kata-katanya ingin di selaraskan dengan mereka.
- Al-Bayan (penjelas) Makna menurut Al Jahizh, tersembunyi dalam kesadaran. Di sana, makna berada dalam keadaan teredam tidak terkenali. Bila diberikan ungkapan yang tepat, makna menjadi hidup. Jelaslah al Bayan adalah segala sesuatu yang membentangkan dan menjelaskan makna.
- Ringkas dan apaadanya. Komposisi terbaik menurut Al Jahizh, adalah komposisi di mana kata-kata yang sedikit meniadakan kebutuhan akan kata-kata tambahan, di mana maknanya dikandung oleh kata-kat sepenuhnya.
- Al-Iftinan (karya artistik). Tulisan Al Jahizh selain penuh contoh, pengecualian, dan variasi. Argumennya yang mendukung atau menentang berhamburan sedemiian menembus dan berlimpah. Dengan demikian pembacanya atau pendengarnya tercapai tujuannya dan terbawa ketika penulis ingin menggerakkan pendengar. Al Tahwidi meninggalkan warisan sastra yang mengagumkan di samping Vilainies, Al Muqabasat, Al Imta’ Wal Muansah, Al Hawamil wal Syama’il, Al Basha’ir wal Dzaka’ir, dan Al Isyarat al Ilahiyyah, maupun sejumlahrisalah.
3.1. Puisi Masa Shadr Islam
Pandangan Islam terhadap puisi itu ada dua macam. Yang pertama suatu puisi akan dipandang terpuji oleh Islam jika puisi itu digunakan sebagai denagn maksud dan cara yang baik. Sebaliknya jika puisi itu digunakan sebagai maksud tidak terpuji maka Islam akan mengangapnya sebagai suatu yang tidak terhormat.
puisi pada masa Islam ditinjau dari segi maksud dan seninya, arti dan intisarinya, lafadz dan gaya bahasanya, wazan dan qafiyahnya adalah sebagai berikut:
- Menyebarkan aqidah agama serta penetapan hukum-hukumnya, dan menganjurkan kaum muslimin untuk mengikutinya terutama tidak sekali pada masa Nabi dan khulafa al rasyidin.
- Dorongan untuk perang dan untuk mendapatkan persaksian di sisi Allah karena menegakkan kalimatullah yaitu pada masa krisis dalam menaklukkan kota-kota di sekitar jazirah Arab.
- Al-Hija’,yaitu mula-mula untuk membela agama Islam, menyerang orang-orang Arab musyrik dimana caci maki \tersebut melanggar batas-batas keperwiraan dan telah mendapat izin dari Nabi, yaitu seperti puisi-puis yang diucapkan oleh Hassan ibn Tsabit dalam serangannya terhadap orang Quraisy dan sanak keluarga Nabi dari Bani Manaf.
- Penggambaran peperangan dan penguasa terhadap kota-kota serta bagaimana cara pengepungannya dan sebagainaya.
- Pujian. Pada prinsip dasar agama Islam sedikit sekali adanya puji-pujian. Tetapi setelah khulafa al-rasyidin mulai dikembangan, pujian adalah suatu hal yang penting sebagai tiang negara dan untuk memperkokoh kedudukan khalifah.
- Penggunaan kata pengantar cinta (al-nasib) dan cumbu rayu tidak sebagiamana masa jahiliyah.
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Juzif, dkk. t.t. Al-Mufid Fi al-Adab al-Aroby. Beirut:al-Maktaby al-Tijary.
Wargadinata, Wildan, dkk. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang:UIN Malang Press,2008.
Al-Faruqi, Ismail R. dan Lois Lamnya. Atlas Budaya Islam. Bandung: Mizan, 2000.
http://faristin-ichsan.blogspot.com/2012/05/prosa-dan-puisi-pada-masa-islamy.html
0 comments:
Post a Comment