Salah satu bentuk penelitian yang dikenal dalam meneliti fenomena-fenomena non sosial adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini biasanya dilakukan di laboratorium. Sifatnya yang membutuhkan indikasi yang jelas, konkrit dan bisa dihitung menyebabkannya hanya bisa diterapkan pada masalah-masalah yang bisa dihitung secara matematis.
Hal ini seperti yang diterapkan pada penelitian yang ingin mengetahui pengaruh pupuk A terhadap tanaman teh di dalam pot misalnya. Untuk menelitinya maka dibuatlah percobaan dengan memisahkan dua kelompok tanaman teh dalam pot, kelompok A yang diberi pupuk A setiap harinya dan kelompok B yang tidak diberi pupuk. Inikasinya adalah jumlah daun yang bisa dihitung secara periodik.
Jumlah perbedaan daun antara kelompok A dan kelompok B adalah hasil penelitian eksperimental tersebut. namun meski demikian, untuk masalah kehidupan manusia, penelitian ini meski tidak bisa diterapkan secara hakiki, tetap saja ada usaha untuk menggunakannya teknik ini dengan kuasi eksperimental atau hampir menyerupai penelitian eksperimental. Makalah ini akan menguraikan tentang masalah penelitian eksperimental.
A. Defenisi: Penelitian Eksperimental.
Eksperiment berasal dari bahasa Inggris yakni experiment yang berarti test or trial carried out carefully in order to study what happens and gain new knowledge[1] yang dalam bahasa Indonesia berarti test atau percobaan yang dilakukan dengan hati-hati untuk mempelajari apa yang terjadi dan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Experimental merupakan kata sifat turunan dari experiment yang berarti sesuatu yang digunakan berdasarkan percobaan.
Sedangkan dalam pengertian ilmiah, penelitian eksperimental berarti penelitian yang dilakukan dengan membandingkan dua kelompok sasaran penelitian dengan memberikan kondisi yang ketat untuk mendapatkan selisih antara dua kelompok tersebut.
Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliliti, maka apakah yang akan terjadi?”. Dalam hal ini, peneliti merekayasa stimuli, perlakuan dan kemudian mengobeservasi pengaruh yang timbul.[2]
B. Penelitian Eksperimental dan Kuasi Eksperimental.
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis penelitian yang paling diinginkan oleh seseorang peneliti. Yang dimaksud dengan percobaan ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompol lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Karena itu kelompok kedua ini disebut sebagai kelompok pengendali, kelompok kontrol atau kelompok pembangding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu.[3]
Sebagai contoh adalah penelitian yang ingin menguji pengaruh pemberian ampas teh ke dalam pot yang ditanami bibit suplir. Untuk itu disediakan kelompok tanaman suplir dalam pot. Susunan tanahnya diusahakan sama dan tanamannya juga berumur sama. Setiap pot berisi tanah yang telah ditanami suplir itu dan yang akan digunakan sebagai saran pelaksanaan percobaan dinamakan satuan percobaan.
Penentuan pot mana saja yang ditempatkan dikelompok percobaan dan mana yang dikelompok pembanding ditentukan dengan undian. Penentuan pot yang akan disiram dan diberi ampas teh setiap pagi ditentukan melaluli undian. Air siraman untuk setiap pot pada kedua kelompok itu juga diberikan sama banyaknya. Karena itu, suplir dalam pot yang ada dalam kelompok kontrol serta suplir yang tumbuh dalam pot yang ada dalam kelompok perlakuan sama-sama tumbuh pada medium yang sama dan lingkungan yang sama pula, yang berbeda hanyalah pemberian ampas teh tersebut.
Selanjutnya dihitung berapa pertambahan jumlah daun baru dalam setiap bulan untuk setiap pot, maka perbedaan jumlah yang terdapat antara kelompok pembanding dan kelompok kontrol merupakan ukuran pengaruh pemberian ampas teh tersebut.
dalam tabel, di akhir penelitian akan tersebut:
Nilai perbedaan selisih D1 - D2 akan menjadi ukuran tentang pengaruh ampas teh terhadap daun suplir.
Nilai perbedaan selisih D1 - D2 akan menjadi ukuran tentang pengaruh ampas teh terhadap daun suplir.
Menurut beberapa sumber bahwa, penelitan hanya dapat dilaksanakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hal-hal yang dapat dikerjakan di laboratorium atau di lapangan yang tidak menyangkut kehidupan manusia[4]. Selain itu, tampak pula bahwa penelitian eskperimental sangat tepat untuk menjawab pertanyaan penelitan yang dapat diubah menjadi hipothesis yang diungkapkan secara kuantitatif, karena penelitian kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik.[5]
Penelitian menggunakan pengendalian perlakuan ketat biasanya tidak dapat dilakasanakan dengan manusia dan masalah kemasyarakatan. Karena, selain bekaitan dengan masalah sopan santun penelitian, di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sangat sulit melaksanakan penelitian eksperimental, sehingga dikembangkan penelitian yang menggunakan percobaan hampir eksperimental atau kuasi eksperimental.[6]
Pada penelitian eksperimental. penentuan setiap satuan percobaan di dalam satu kelompok perlakuan atau kelompok pembanding selalu dilakukan dengan undian yang istilahnya penentuan secara acak.
Penelitian kuasi eksperimental memberikan kesempatan untuk meneliti perlakuan-perlakuan di dalam masyarakat yang tidak ditempatkan dengan sengaja, melainkan terjadi secara alami. Akan tetapi keampuhannya tidak dapat menyamai keampuhan penelitian eksperimental sesungguhnya. Misalnya seorang mahasiswa yang berasal dari kota besar dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Maka sewaktu penerimaan mahasiswa baru, seorang peneliti tersebut akan mencatat ukuran tinggi, bobot, lingkar lengan atas lingkar betis mahasiswa baru. Setelah itu, ia mengelompokkan data yang terkempul kepada dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa yang berasal dari kota besar dan kelompok mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Untuk membedakan kedua kelompok ini, peneliti harus mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kota besar adalah kota yang menjadi ibu kota provinsi, sementara kota kecil adalah kota selain kota besar tersebut. setelah itu peneliti membandingkan rata-rata lingkar lengan atas, tinggi dan bobot.
Lalu dari penelitian tersebut ia menyimpulkan bahwa mahasiswa yang berasal dari kota besar cenderung lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari kota kecil, akan tetapi lingkar betis mahasiswa yang berasal dari kota besar lebih kecil dari pada mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Dari penelitian tersebut, seorang peneliti kemudian dapat merancang suatu penelitian yang lebih mendalam tentang prilaku hidup yang berbeda antara mahasiswa yang berasal dari kota besar dan kota kecil.
Penelitian seperti demikian merupakan penelitian yang menggunakan kuasi eksperimen, karena untuk melakukannya harus beradasarkan eksperimen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, bila dalam penelitian eksperimental maka sang peneliti harus memilih dan mengacak semua bayi di Indonesia untuk dibagi menjadi dua kelompok, yang berasal dari kota kecil dan besar. Kemudian mereka disuruh bersekolah hingga menjadi mahasiswa, tentu saja penelitian seperti itu tidak dapat dilakukan. Yang bisa dilakukan adalah mengumpulkan data dari bahan yang telah tersedia, sambil mengharapkan bahwa bahan yang ada itu bisa mewakili keadaan yang sebenarnya dengan cukup baik. Kadang-kadang harapan itu memenuhi kenyataan, tetapi kadang kala untuk permasalahan tertentu peneliti dapat terjebak karena selain perlakuan yang tampak olehnya pada bahan percobaan, tanpa ia sadari ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi satuan yang diamatinya tersebut.[7]
Semua penelitian eksperimental bersifat menguraikan masalah disusun oleh upaya pemahamannya sehingga dikatakan merupakan penelitian analitik. Lain halnya dengan penelitan yang sama sekali tidak menggunakan percobaan hingga disebut penelitian non-eksperimental. Percobaan kuasi eksperimentalpun sebenarnya lebih dekat dengan penelitian non-eksperimental karena untuk penelitiannya tidak diperlukan suatu percobaan terkendali. Penelitian seperti ini dapat bersifat analitik, tetapi dapat pula bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif dapat dianggap sebagai suatu kajian yang ingin menemukan fakta yang kemudian disusul oleh penafsiran. Kajian-kajian deskriptif dapat meliputi penelitan rintisan atau perumusan untuk mengenali sifat suatu kejadian, sebelum diadakannya sebuah penelitian yang lebih mendalam. Kajian deskriptif ini pula dapat pula berguna untuk mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri kelompok, golongan masyarakat atau organisasi.
Sebagai salah satu ciri penelitian ilmiah empirikal, hasil dari penelitian eskperimental juga harus bisa diuji coba ulang pada tempat dan waktu yang lain. Objektifitas sebuah hasil penelitian sangat tergantung dengan hal ini.[8]
C. Kelompok Eksperimen (Perlakuan) dan Kelompok Kontrol.
Suatu eksperimen mengandung upaya perbandingan mengenai akibat dari suatu tritmen tertentu dengan suatu tritmen lainnya yang berbeda atau dengan yang tanpa ada tritmen. Di dalam referensi mengenai eksperimen konvensional yang sederhana, biasanya dibuatkan suatu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen dan kontrol tadi, sedapat mungkin sama atau mendekati sama cirinya. Pada kelompok eksperimen diberikan tritmen atau perlauan tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Kemudian, keadaan dua kelompok ini diobservasi untuk melihat dan menentukan perbedaan atau perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen.
Namun, bagaimanapun juga, eksperimen tidak selalu ditandai dengan pembandingan suatu kelompok yang diberi tritmen dan kelompok yang tidak diberi tritmen. Ada banyak tipe, kadar dan tingkatan faktor eksperimental yang bisa ditetapkan pada sejumlah kelompok-kelompok. Misalnya dalam mengeksperimentasikan efektifitas suatu obat penurun panas, maka bisa dibuat tiga kelompok, kelompok yang diberi dosis lebih, kelompok yang diberi dosis normal dan kelompok yang diberi dosis minim. Jadi dalam penelitian seperti ini, semua kelompok mendapatkan tritmen, dan tidak ada kelompok kontrol.[9]
dalam hubungannya dengan penelitian seperti tersebut di atas, maka yang menjadi elemen penting dalam eksperimen adalah adanya kontrol terhadap faktor-faktor eksperimen, dan mengobservasi pengaruh dari faktor-faktor eksperimental tersebut.
==============
Ct:
[1]A. S Hornby, Oxford Advanced Dictionary (Oxford: Oxford University Press, 1974), h. 299.
[2]SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 77.
[3]Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 110.
[4]Ibid, h. 112.
[5]Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 30.
[6]Earl Babbie, The Practice of Social Research (Belmont: Wadworth Publishing, 1979), h. 37.
[7]Margono, Metodologi Penelitian. H. 115.
[8]Tirto Suwondo, Studi Sastra (Yogyakrta: Hanindita, 2005), h. 27.
[9]SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian, h. 81.
=============
Daftar Pustaka
Babbie, Earl, The Practice of Social Research. Belmont: Wadworth Publishing, 1979.
Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Hornby, A. S., Oxford Advanced Dictionary . Oxford: Oxford University Press, 1974.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moelong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Suwondo,Tirto, Studi Sastra. Yogyakrta: Hanindita, 2005.
Hal ini seperti yang diterapkan pada penelitian yang ingin mengetahui pengaruh pupuk A terhadap tanaman teh di dalam pot misalnya. Untuk menelitinya maka dibuatlah percobaan dengan memisahkan dua kelompok tanaman teh dalam pot, kelompok A yang diberi pupuk A setiap harinya dan kelompok B yang tidak diberi pupuk. Inikasinya adalah jumlah daun yang bisa dihitung secara periodik.
Jumlah perbedaan daun antara kelompok A dan kelompok B adalah hasil penelitian eksperimental tersebut. namun meski demikian, untuk masalah kehidupan manusia, penelitian ini meski tidak bisa diterapkan secara hakiki, tetap saja ada usaha untuk menggunakannya teknik ini dengan kuasi eksperimental atau hampir menyerupai penelitian eksperimental. Makalah ini akan menguraikan tentang masalah penelitian eksperimental.
A. Defenisi: Penelitian Eksperimental.
Eksperiment berasal dari bahasa Inggris yakni experiment yang berarti test or trial carried out carefully in order to study what happens and gain new knowledge[1] yang dalam bahasa Indonesia berarti test atau percobaan yang dilakukan dengan hati-hati untuk mempelajari apa yang terjadi dan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Experimental merupakan kata sifat turunan dari experiment yang berarti sesuatu yang digunakan berdasarkan percobaan.
Sedangkan dalam pengertian ilmiah, penelitian eksperimental berarti penelitian yang dilakukan dengan membandingkan dua kelompok sasaran penelitian dengan memberikan kondisi yang ketat untuk mendapatkan selisih antara dua kelompok tersebut.
Penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliliti, maka apakah yang akan terjadi?”. Dalam hal ini, peneliti merekayasa stimuli, perlakuan dan kemudian mengobeservasi pengaruh yang timbul.[2]
B. Penelitian Eksperimental dan Kuasi Eksperimental.
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis penelitian yang paling diinginkan oleh seseorang peneliti. Yang dimaksud dengan percobaan ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompol lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Karena itu kelompok kedua ini disebut sebagai kelompok pengendali, kelompok kontrol atau kelompok pembangding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu.[3]
Sebagai contoh adalah penelitian yang ingin menguji pengaruh pemberian ampas teh ke dalam pot yang ditanami bibit suplir. Untuk itu disediakan kelompok tanaman suplir dalam pot. Susunan tanahnya diusahakan sama dan tanamannya juga berumur sama. Setiap pot berisi tanah yang telah ditanami suplir itu dan yang akan digunakan sebagai saran pelaksanaan percobaan dinamakan satuan percobaan.
Penentuan pot mana saja yang ditempatkan dikelompok percobaan dan mana yang dikelompok pembanding ditentukan dengan undian. Penentuan pot yang akan disiram dan diberi ampas teh setiap pagi ditentukan melaluli undian. Air siraman untuk setiap pot pada kedua kelompok itu juga diberikan sama banyaknya. Karena itu, suplir dalam pot yang ada dalam kelompok kontrol serta suplir yang tumbuh dalam pot yang ada dalam kelompok perlakuan sama-sama tumbuh pada medium yang sama dan lingkungan yang sama pula, yang berbeda hanyalah pemberian ampas teh tersebut.
Selanjutnya dihitung berapa pertambahan jumlah daun baru dalam setiap bulan untuk setiap pot, maka perbedaan jumlah yang terdapat antara kelompok pembanding dan kelompok kontrol merupakan ukuran pengaruh pemberian ampas teh tersebut.
dalam tabel, di akhir penelitian akan tersebut:
Kelompok
|
Banyaknya daun
|
Selisih
| |
Awal percobaan
|
Akhir percobaan
| ||
(1) perlakuan
|
Y11
|
Y12
|
D1=Y12-Y11
|
(2) kontrol
|
Y01
|
Y02
|
D2=Y02-Y01
|
Nilai perbedaan selisih D1 - D2 akan menjadi ukuran tentang pengaruh ampas teh terhadap daun suplir.
Nilai perbedaan selisih D1 - D2 akan menjadi ukuran tentang pengaruh ampas teh terhadap daun suplir.
Menurut beberapa sumber bahwa, penelitan hanya dapat dilaksanakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hal-hal yang dapat dikerjakan di laboratorium atau di lapangan yang tidak menyangkut kehidupan manusia[4]. Selain itu, tampak pula bahwa penelitian eskperimental sangat tepat untuk menjawab pertanyaan penelitan yang dapat diubah menjadi hipothesis yang diungkapkan secara kuantitatif, karena penelitian kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan atau mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik.[5]
Penelitian menggunakan pengendalian perlakuan ketat biasanya tidak dapat dilakasanakan dengan manusia dan masalah kemasyarakatan. Karena, selain bekaitan dengan masalah sopan santun penelitian, di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sangat sulit melaksanakan penelitian eksperimental, sehingga dikembangkan penelitian yang menggunakan percobaan hampir eksperimental atau kuasi eksperimental.[6]
Pada penelitian eksperimental. penentuan setiap satuan percobaan di dalam satu kelompok perlakuan atau kelompok pembanding selalu dilakukan dengan undian yang istilahnya penentuan secara acak.
Penelitian kuasi eksperimental memberikan kesempatan untuk meneliti perlakuan-perlakuan di dalam masyarakat yang tidak ditempatkan dengan sengaja, melainkan terjadi secara alami. Akan tetapi keampuhannya tidak dapat menyamai keampuhan penelitian eksperimental sesungguhnya. Misalnya seorang mahasiswa yang berasal dari kota besar dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Maka sewaktu penerimaan mahasiswa baru, seorang peneliti tersebut akan mencatat ukuran tinggi, bobot, lingkar lengan atas lingkar betis mahasiswa baru. Setelah itu, ia mengelompokkan data yang terkempul kepada dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa yang berasal dari kota besar dan kelompok mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Untuk membedakan kedua kelompok ini, peneliti harus mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kota besar adalah kota yang menjadi ibu kota provinsi, sementara kota kecil adalah kota selain kota besar tersebut. setelah itu peneliti membandingkan rata-rata lingkar lengan atas, tinggi dan bobot.
Lalu dari penelitian tersebut ia menyimpulkan bahwa mahasiswa yang berasal dari kota besar cenderung lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari kota kecil, akan tetapi lingkar betis mahasiswa yang berasal dari kota besar lebih kecil dari pada mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Dari penelitian tersebut, seorang peneliti kemudian dapat merancang suatu penelitian yang lebih mendalam tentang prilaku hidup yang berbeda antara mahasiswa yang berasal dari kota besar dan kota kecil.
Penelitian seperti demikian merupakan penelitian yang menggunakan kuasi eksperimen, karena untuk melakukannya harus beradasarkan eksperimen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, bila dalam penelitian eksperimental maka sang peneliti harus memilih dan mengacak semua bayi di Indonesia untuk dibagi menjadi dua kelompok, yang berasal dari kota kecil dan besar. Kemudian mereka disuruh bersekolah hingga menjadi mahasiswa, tentu saja penelitian seperti itu tidak dapat dilakukan. Yang bisa dilakukan adalah mengumpulkan data dari bahan yang telah tersedia, sambil mengharapkan bahwa bahan yang ada itu bisa mewakili keadaan yang sebenarnya dengan cukup baik. Kadang-kadang harapan itu memenuhi kenyataan, tetapi kadang kala untuk permasalahan tertentu peneliti dapat terjebak karena selain perlakuan yang tampak olehnya pada bahan percobaan, tanpa ia sadari ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi satuan yang diamatinya tersebut.[7]
Semua penelitian eksperimental bersifat menguraikan masalah disusun oleh upaya pemahamannya sehingga dikatakan merupakan penelitian analitik. Lain halnya dengan penelitan yang sama sekali tidak menggunakan percobaan hingga disebut penelitian non-eksperimental. Percobaan kuasi eksperimentalpun sebenarnya lebih dekat dengan penelitian non-eksperimental karena untuk penelitiannya tidak diperlukan suatu percobaan terkendali. Penelitian seperti ini dapat bersifat analitik, tetapi dapat pula bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif dapat dianggap sebagai suatu kajian yang ingin menemukan fakta yang kemudian disusul oleh penafsiran. Kajian-kajian deskriptif dapat meliputi penelitan rintisan atau perumusan untuk mengenali sifat suatu kejadian, sebelum diadakannya sebuah penelitian yang lebih mendalam. Kajian deskriptif ini pula dapat pula berguna untuk mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri kelompok, golongan masyarakat atau organisasi.
Sebagai salah satu ciri penelitian ilmiah empirikal, hasil dari penelitian eskperimental juga harus bisa diuji coba ulang pada tempat dan waktu yang lain. Objektifitas sebuah hasil penelitian sangat tergantung dengan hal ini.[8]
C. Kelompok Eksperimen (Perlakuan) dan Kelompok Kontrol.
Suatu eksperimen mengandung upaya perbandingan mengenai akibat dari suatu tritmen tertentu dengan suatu tritmen lainnya yang berbeda atau dengan yang tanpa ada tritmen. Di dalam referensi mengenai eksperimen konvensional yang sederhana, biasanya dibuatkan suatu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen dan kontrol tadi, sedapat mungkin sama atau mendekati sama cirinya. Pada kelompok eksperimen diberikan tritmen atau perlauan tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Kemudian, keadaan dua kelompok ini diobservasi untuk melihat dan menentukan perbedaan atau perubahan yang terjadi pada kelompok eksperimen.
Namun, bagaimanapun juga, eksperimen tidak selalu ditandai dengan pembandingan suatu kelompok yang diberi tritmen dan kelompok yang tidak diberi tritmen. Ada banyak tipe, kadar dan tingkatan faktor eksperimental yang bisa ditetapkan pada sejumlah kelompok-kelompok. Misalnya dalam mengeksperimentasikan efektifitas suatu obat penurun panas, maka bisa dibuat tiga kelompok, kelompok yang diberi dosis lebih, kelompok yang diberi dosis normal dan kelompok yang diberi dosis minim. Jadi dalam penelitian seperti ini, semua kelompok mendapatkan tritmen, dan tidak ada kelompok kontrol.[9]
dalam hubungannya dengan penelitian seperti tersebut di atas, maka yang menjadi elemen penting dalam eksperimen adalah adanya kontrol terhadap faktor-faktor eksperimen, dan mengobservasi pengaruh dari faktor-faktor eksperimental tersebut.
==============
Ct:
[1]A. S Hornby, Oxford Advanced Dictionary (Oxford: Oxford University Press, 1974), h. 299.
[2]SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 77.
[3]Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 110.
[4]Ibid, h. 112.
[5]Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 30.
[6]Earl Babbie, The Practice of Social Research (Belmont: Wadworth Publishing, 1979), h. 37.
[7]Margono, Metodologi Penelitian. H. 115.
[8]Tirto Suwondo, Studi Sastra (Yogyakrta: Hanindita, 2005), h. 27.
[9]SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian, h. 81.
=============
Daftar Pustaka
Babbie, Earl, The Practice of Social Research. Belmont: Wadworth Publishing, 1979.
Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Hornby, A. S., Oxford Advanced Dictionary . Oxford: Oxford University Press, 1974.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moelong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Suwondo,Tirto, Studi Sastra. Yogyakrta: Hanindita, 2005.
0 comments:
Post a Comment