A. Tasamuh
Tasamuh adalah sikap murah hati atau ramah. Murah hati atau ramah adalah gambaran hati seseorang yang sangat kasih terhadap sesama. Orang yang mempunyai hati ramah biasanya suka menolong dan perhatian terhadap sesama.
Sifat tasamuh dan murah hati harus melekat pada diri orang yang menyeru kepada kebaikan dan pencegah keburukan. Para nabi dan rasul tidak pernah putus asa dalam menyampaikan dakwah kepaa kaumnya, karena mereka punya sifat dasar yaitu murah hati (tasamuh). Karenanya setiap berdakwah terhaap kaumnya senantiasa bersumber dari hatinya yang murah, bukan kebencian atau marah. Sehingga bila dakwahnya ditolak, beliau senantiasa tetap teguh dan sabar.
Rasulullah SAW. Pernah berdakwah di taif, mengajak mereka beriman dan menyembah kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat. Tai mereka justru membalas dengan lemparan-lemparan batu yang mengakibatkan badan Nabi Muhammad SAW. Berdarah. Ketika Nabi Muhammad SAW. Bersandar pada pohon menahan letih, datanglah Malaikat Jibril untuk membantu, tetapi Nabi Muhammad SAW. Malah menolak bantuan Malaikat Jibril dengan halus dan tersenyum seraya bersabda, sesungguhnya mereka kaum yang belum paham. Dengan kemurahan hatinya Nabi mendo’akan mereka dengan do’a :
“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Karena sesungguhnya mereka belum tahu”.
Sebagai orang yang beriman harus selalu bersifat murah hati kepada sesama, bukan kesombongan dan keangkuhan yang malah dilakukan.
Firman Allah yang berbunyi :
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hijr: 88)
Dalam kehiduan kita sehari-hari harus sedikit demi sedikit membiasakan bersifat tasamuh atau murah hati. Sehingga lama kelamaan dapat terbiasa dengan sifat tasamuu atau murah hati, sifat tasamuh harus selalu dipupuk agar menancap teguh dalam hati sanubari kita sebagai perwujudan orang yang beriman dan yang menyeru kepada kebaikan.
B. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati atau saling menghargai kepada sesama tanpa membedakan suku, ras, warna kulit, dan agama. Karena bisa dipastikan hubungan sesama tidak akan bisa damai dan tenang bila kehidupan mereka sehari-hari diwarnai dengan saling mengolok, yang beragama saling mencari pengaruh dengan memusuhi agama lain, yang kulit putih menghina kulit hitam, dan ras yang satu menghina ras yang lain. Kejadian seperti ini akan bisa dihindari bila mereka bisa saling memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan bertoleransi.
1. Toleransi kepada diri sendiri
Kehidupan manusia secara pribadi tidak boleh mengabaikan kebutuhan dirinya, kebutuhan anggota badan dipenuhi secara adil baik itu kebutuhan rohani maupun jasmani.
Kebutuhan rohani harus lebih diperhatikan, karena perbuatah lahir kita terpancar dari rohani. Kalau kebutuhan rohani rapuh, kosong, dan hanya tidak dipenuhi, tentu hak-hak jasmani tidak akan berfungsi maksimal.
Kebutuhan jasmani adalah makan dan minum, kebutuhan ini harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Bila kita mengabaikannya berarti kita menganiaya diri sendiri dan perbuatan ini dilarang oleh agama.
Antara kebutuhan rohani dan jasmani harus terpenuhi secara seimbang, rohani dan jasmani bergerak dan bekerja bersama-sama, maka dari itu toleransi antara kebutuhan rohani dan jasmani sangat menuntut seseorang untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang stabil.
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim)
Termasuk toleransi terhadap diri sendiri adalah menjaga kebersihan rohani dan jasmani serta menjaga keduanya dari berbagai macam kerusakan, baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Sehingga akan terhindar dari lembah kenistaan dan perbuatan-perbuatan tercela.
Allah SWT. berfirman:
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195)
2. Toleransi kepada sesama muslim
Dalam kehidupan bermasyarakat sesama muslim agar lebih rukun dan bersatu harus ada rasa toleransi antar-sesama muslim untuk memenuhi hak dan kewajiban secara bersama tanpa ada rasa iri, dengki, hasud, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi antara lain yaitu:
“Dari Abi Hurairah RA. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Tidak masuk surga sehingga mereka beriman dan tidak beriman sehingga mereka saling mengasihi. Apakah belum saya tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan akan saling mengasihi? Yaitu tebarkanlah salam (kedamaian) diantara kalian”. (HR. Muslim)
Sabda Nabi Muhammad SAW.:
“Apabila salah satu di antara kalian diundang pada walimah maka datangilah.” (HR. Ahmad)
Sesama orang beriman tidak boleh mementingkan dirinya sendiri, sedangkan ada orang muslim lain yang menginginkan nasihat untuk kebaikan dirinya, keluarganya, dan agamanya. Nasihat yang baik akan memberikan penerangan kepada mereka, sehingga mereka dapat menemukan kembali pegangan mereka yang sebenarnya.
Firman Allah SWT.:
“Dan saling berwasiatlah kalian dengan kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al-‘Ashr: 3)
Firman Allah SWT.:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat tersebut menjelaskan dengan terang bahwa tolong-menolong dalam hal kebajikan dan ketakwaan sangatlah diperintahkan. Seperti gotong-royong membangun sekolah, pesantren, dan masjid, maupun perbuatan-perbuatan yang baik lainnya. Allah melarang kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan permusuhan, seperti membantu menganiaya, merampok, membunuh, dan membantu perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
Manfaat tolong-menolong atau ta’awun akan terasa bila yang ditolong sedang mengalami musibah, sakit, penderitaan, dan kesusahan-kesusahan lainnya. Karena menolong dalam keadaan seperti ini akan langsung menyentuh hati dan membahagiakan, yang ditolong akan merasa bahagia dan yang menolong akan mendapat balasan dari Allah, lebih-lebih lagi yang ditolong adalah sesama muslim.
Nabi Muhammad SAW. bersabda yang artinya:
“Barang siapa membebaskan dari orang mukmin satu kesusahan dari beberapa kesusahan dunia, niscaya Allah akan membebaskan satu kesusahan dari beberapa kesusahan di hari kiamat. Dan barang siapa memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya”.
Begitu besarnya balasan yang diberikan Allah kepada orang yang menolong saudaranya yang sedang mengalami kesusahan. Sebenarnya kesusahan seberat apa pun di dunia, sangan kecil dibanding kesusahan di hari kiamat, sehingga Allah akan memberikan balasannya besok di akhirat. Maka sangat rugi bagi orang yang menolong saudanya hanya untuk mendapat balasan dunia, karena sekali ia di dunia sudah mendapat balasan, maka bagian di akhirat sudah hilang.
Sebagai orang muslim harus membiasakan berperilaku ta’awun atau tolong-menolong kepada sesama tanpa pandang bulu. Dengan tolong-menolong sebenarnya kita telah menegakkan sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat antar-sesama. Kita tidak boleh acuh kepada sesama kita yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan, selama kita bisa dan mampu untuk menolong mereka. Sifat acuh kepada sesama harus kita buang jauh-jauh dan terus berusaha semaksimal mungkin untuk terus dan selalu membiasakan tolong-menolong.
=============
Sumber: Aqidah Akhlak III, Kurikulum 2004 untuk MTs kelas IX
Tasamuh adalah sikap murah hati atau ramah. Murah hati atau ramah adalah gambaran hati seseorang yang sangat kasih terhadap sesama. Orang yang mempunyai hati ramah biasanya suka menolong dan perhatian terhadap sesama.
Sifat tasamuh dan murah hati harus melekat pada diri orang yang menyeru kepada kebaikan dan pencegah keburukan. Para nabi dan rasul tidak pernah putus asa dalam menyampaikan dakwah kepaa kaumnya, karena mereka punya sifat dasar yaitu murah hati (tasamuh). Karenanya setiap berdakwah terhaap kaumnya senantiasa bersumber dari hatinya yang murah, bukan kebencian atau marah. Sehingga bila dakwahnya ditolak, beliau senantiasa tetap teguh dan sabar.
Rasulullah SAW. Pernah berdakwah di taif, mengajak mereka beriman dan menyembah kepada Allah agar selamat di dunia dan akhirat. Tai mereka justru membalas dengan lemparan-lemparan batu yang mengakibatkan badan Nabi Muhammad SAW. Berdarah. Ketika Nabi Muhammad SAW. Bersandar pada pohon menahan letih, datanglah Malaikat Jibril untuk membantu, tetapi Nabi Muhammad SAW. Malah menolak bantuan Malaikat Jibril dengan halus dan tersenyum seraya bersabda, sesungguhnya mereka kaum yang belum paham. Dengan kemurahan hatinya Nabi mendo’akan mereka dengan do’a :
اللهم اهد قوم فإنهم لا يعلمون
Artinya:“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Karena sesungguhnya mereka belum tahu”.
Sebagai orang yang beriman harus selalu bersifat murah hati kepada sesama, bukan kesombongan dan keangkuhan yang malah dilakukan.
Firman Allah yang berbunyi :
واخفض جناحك للمومنين
Artinya:“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hijr: 88)
Dalam kehiduan kita sehari-hari harus sedikit demi sedikit membiasakan bersifat tasamuh atau murah hati. Sehingga lama kelamaan dapat terbiasa dengan sifat tasamuu atau murah hati, sifat tasamuh harus selalu dipupuk agar menancap teguh dalam hati sanubari kita sebagai perwujudan orang yang beriman dan yang menyeru kepada kebaikan.
B. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati atau saling menghargai kepada sesama tanpa membedakan suku, ras, warna kulit, dan agama. Karena bisa dipastikan hubungan sesama tidak akan bisa damai dan tenang bila kehidupan mereka sehari-hari diwarnai dengan saling mengolok, yang beragama saling mencari pengaruh dengan memusuhi agama lain, yang kulit putih menghina kulit hitam, dan ras yang satu menghina ras yang lain. Kejadian seperti ini akan bisa dihindari bila mereka bisa saling memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan bertoleransi.
1. Toleransi kepada diri sendiri
Kehidupan manusia secara pribadi tidak boleh mengabaikan kebutuhan dirinya, kebutuhan anggota badan dipenuhi secara adil baik itu kebutuhan rohani maupun jasmani.
Kebutuhan rohani harus lebih diperhatikan, karena perbuatah lahir kita terpancar dari rohani. Kalau kebutuhan rohani rapuh, kosong, dan hanya tidak dipenuhi, tentu hak-hak jasmani tidak akan berfungsi maksimal.
Kebutuhan jasmani adalah makan dan minum, kebutuhan ini harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Bila kita mengabaikannya berarti kita menganiaya diri sendiri dan perbuatan ini dilarang oleh agama.
Antara kebutuhan rohani dan jasmani harus terpenuhi secara seimbang, rohani dan jasmani bergerak dan bekerja bersama-sama, maka dari itu toleransi antara kebutuhan rohani dan jasmani sangat menuntut seseorang untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang stabil.
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
الا إن فى الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله الا وهي القلب ( رواه البخاري ومسلم
Artinya:“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim)
Termasuk toleransi terhadap diri sendiri adalah menjaga kebersihan rohani dan jasmani serta menjaga keduanya dari berbagai macam kerusakan, baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Sehingga akan terhindar dari lembah kenistaan dan perbuatan-perbuatan tercela.
Allah SWT. berfirman:
وانفقوا في سبيل الله ولا تلقوا بايديكم الي التهلكه واحسنوا ان الله يحب المحسنين
Artinya:“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195)
2. Toleransi kepada sesama muslim
Dalam kehidupan bermasyarakat sesama muslim agar lebih rukun dan bersatu harus ada rasa toleransi antar-sesama muslim untuk memenuhi hak dan kewajiban secara bersama tanpa ada rasa iri, dengki, hasud, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi antara lain yaitu:
- a. Memberi salam
“Dari Abi Hurairah RA. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Tidak masuk surga sehingga mereka beriman dan tidak beriman sehingga mereka saling mengasihi. Apakah belum saya tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan akan saling mengasihi? Yaitu tebarkanlah salam (kedamaian) diantara kalian”. (HR. Muslim)
- b. Menghadiri undangan
Sabda Nabi Muhammad SAW.:
اذا دعي احدكم الى الوليمة فليأتها ( رواه احمد
Artinya:“Apabila salah satu di antara kalian diundang pada walimah maka datangilah.” (HR. Ahmad)
- c. Memberi nasihat
Sesama orang beriman tidak boleh mementingkan dirinya sendiri, sedangkan ada orang muslim lain yang menginginkan nasihat untuk kebaikan dirinya, keluarganya, dan agamanya. Nasihat yang baik akan memberikan penerangan kepada mereka, sehingga mereka dapat menemukan kembali pegangan mereka yang sebenarnya.
Firman Allah SWT.:
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
Artinya:“Dan saling berwasiatlah kalian dengan kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al-‘Ashr: 3)
- d. Mendo’akan
- e. Menjenguk ketika sakit
Firman Allah SWT.:
وتعاونوا علي البر والتقوي ولا تعاونوا علي الاثم والعد
Artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat tersebut menjelaskan dengan terang bahwa tolong-menolong dalam hal kebajikan dan ketakwaan sangatlah diperintahkan. Seperti gotong-royong membangun sekolah, pesantren, dan masjid, maupun perbuatan-perbuatan yang baik lainnya. Allah melarang kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan permusuhan, seperti membantu menganiaya, merampok, membunuh, dan membantu perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
Manfaat tolong-menolong atau ta’awun akan terasa bila yang ditolong sedang mengalami musibah, sakit, penderitaan, dan kesusahan-kesusahan lainnya. Karena menolong dalam keadaan seperti ini akan langsung menyentuh hati dan membahagiakan, yang ditolong akan merasa bahagia dan yang menolong akan mendapat balasan dari Allah, lebih-lebih lagi yang ditolong adalah sesama muslim.
Nabi Muhammad SAW. bersabda yang artinya:
“Barang siapa membebaskan dari orang mukmin satu kesusahan dari beberapa kesusahan dunia, niscaya Allah akan membebaskan satu kesusahan dari beberapa kesusahan di hari kiamat. Dan barang siapa memudahkan orang yang sedang mengalami kesulitan, niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya”.
Begitu besarnya balasan yang diberikan Allah kepada orang yang menolong saudaranya yang sedang mengalami kesusahan. Sebenarnya kesusahan seberat apa pun di dunia, sangan kecil dibanding kesusahan di hari kiamat, sehingga Allah akan memberikan balasannya besok di akhirat. Maka sangat rugi bagi orang yang menolong saudanya hanya untuk mendapat balasan dunia, karena sekali ia di dunia sudah mendapat balasan, maka bagian di akhirat sudah hilang.
Sebagai orang muslim harus membiasakan berperilaku ta’awun atau tolong-menolong kepada sesama tanpa pandang bulu. Dengan tolong-menolong sebenarnya kita telah menegakkan sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat antar-sesama. Kita tidak boleh acuh kepada sesama kita yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan, selama kita bisa dan mampu untuk menolong mereka. Sifat acuh kepada sesama harus kita buang jauh-jauh dan terus berusaha semaksimal mungkin untuk terus dan selalu membiasakan tolong-menolong.
=============
Sumber: Aqidah Akhlak III, Kurikulum 2004 untuk MTs kelas IX
0 comments:
Post a Comment