Islam dalam Peta Pengetahuan Ilmiah

Kajian tentang Islam tidak hanya terkait dengan persoalan ketuhanan atau keimanan saja, akan tetapi juga mencakup tentang sejarah kebudayaan Islam. Kajian ilmiah tentang Islam dapat dibedakan antara Islam yang merupakan sebagai sumber dan kajian Islam sebagai pemikiran serta penomena sosial. Islam sebagai sumber bagi umat Islam adalah mutlak, doktrinal dan harus diterima kebenarannya. Sedangkan Islam sebagai pemikiran dan penomena sosial, bersifat relative, rentan terhadap perubahan.

Agama Islam, di samping sebagai keyakinan yang dianut oleh manusia dengan sorak spritualnya, juga harus dipelajari sebagai objek kajian Ilmiah yang menarik. Alasannya adalah, agama dapat mempengaruhi semangat kerja, semangat juang dan berkorban bagi pemeluknya, bahkan menjadi kekuatan pendukung atau penghancur sebuah rezim. Di beberapa perguruan tinggi, kajian tentang Islam telah menjadi bagian kajian ilmiah. Misalnya di Ms Gill University, Sarbonn University, dan perguruan tinggi lainnya.

Pada bagian berikutnya kajian Islam berkembang, tidak hanya mengkaji tentang ketuhanan, tetapi juga mengkaji tentang ilmu-ilmu kealamam, sosial serta kemanusiaan. Pada kesempatan ini pemakalah ingin menguraikan sesara ringkas keberadaan studi Islam dalam kajian ilmiah, hubungan dan implikasinya terhadap bidang ilmu kealaman, sosial, dan humaniora, studi Islam dalam tiga kelompok ilmu tersebut serta bagaimana pendekatan inter-disiplin dan multi-disiplin ilmu-ilmu ini dalam studi Islam.


A. Klasifikasi ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dari aspek pragmatis ilmu, terbagi kepada dua; Pertama ilmu kealaman seperti: Fisika, Kimia, Biologi yang bertujuan mencari hukum-hukum alam atau mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam. Kedua ilmu budaya yang mempunyai sifat tidak berulang. Di antara kedua ilmu itu terdapat pula ilmu sosial yang mencoba memahami gejala-gejala yang tidak berulang tetapi dengan cara memahami keterangannya . Sedangkan ilmu pengetahuan manusia berdasarkan kepada klasifikasi ilmu menurut objek ilmu pengetahuan terbagi pada tiga bagian yaitu; Ilmu-ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora.
  • 1. Ilmu-ilmu alam
Telah merupakan kenyataan yang tak tergoyahkan lagi bahwa pemikir ilmiah selalu berada di belakang setiap kemajuan yang dicapai oleh manusia dari masa ke masa. Langkah pertama dimulai ketika manusia menemukan bagaimana caranya belajar melalui cara mencoba-coba (trial and arror), dan cara ini pada akhirnya membimbing manusia kepada pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang melibatkan observasi dan eksprimentasi dan mencakup ilmu-ilmu kealaman dasar seperti kimia, fisika, matematika, astronomi, geologi, botani dan zologi, bersama dengan bentuk-bentuk terapannya dalam bidang pengobatan, pertanian, permesinan, farmasi, kedokteran hewan, dan lain-lain .

Dalam sejarah ilmu pengetahuan, filsafat adalah pengetahuan yang pertama lahir. Dalam tema-temanya, filsafat inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang alam. Sehingga para ahli filsafat pada waktu itu disebut filosof alam. Seperti: Anaximandros, Anaximenes, Thales. Mereka memikirkan tentang alam besar ( makro kosmos) yang dimulai dari pertanyaan tentang asal alam . Dari perkembangan filsafat munculah disiplin ilmu lainnya yang relative mandiri dan bidang tertentu. Seperti ilmu kealaman yang merupakan disiplin ilmu yang pertama sekali muncul dari perkembangan filsafat.

Ilmu kealaman yang disebut juga dengan “Natural Ssienses” adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan benda-benda serta perkembangannya .

Sumber dari ilmu ini adalah alam. Manusia yang merupakan makhluk sapienc didorong oleh kebutuhan dan rasa ingin tahunya, mengerahkan kekuatan akalnya untuk menyingkap rahasia alam. Agar pengetahuannya itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dia menetapkan kriteria-kriteria yang benar yang disebut dengan metodologi ilmiah, yaitu menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif. Dengan cara yang seperti ini, maka manusia dapat menyingkap rahasia alam yang melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti, Kimia, Fisika, matematika, Biologi, Antropologi fisik, Geologi, Astronomi, ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu alam lainnya.

Ilmu-ilmu kealaman disebut juga ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti)yang kebenarannya pasti, walaupun dalam kenyataan sosiologisnya bersifat kebenaran probabilistis. Yaitu sebuah teori keilmuan yang saat ini dianggap benar, namun besar kemungkinan pada saat yang lain terori tersebut akan di tumbangkan oleh teori yang datang belakangan.

Inti dari ilmu kealaman ini adalah fositivisme, sesuatu itu baru dianggap sebagai ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat diukur (measurable) dan dapat dibuktikan (veriviable) .


Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan ia bersifat teleologis, sempurna dan teratur. Sebagai anugerah, alam adalah tempat yang baik dan tidak ternoda bagi manusia. Tidak ada jurang pemisah di alam. Tidak ada objek atau kejadian di alam ini terjadi secara kebetulan. Semua kejadian yang terjadi dengan sebab akibat yang dapat diperkirakan. ...inilah sebabnya mengapa alam adalah kosmos yang nyata, bukan shaos yang membiarkan terjadinya sesuatu tanpa akibat, atau kadang-kadang berakibat, kadang-kadang tanpa akibat .
Jadi jelaslah bagi kita bahwa di dalam Islam, alam merupakan ciptaan Allah untuk manusia. Manusia di suruh untuk memelihara dan melestarikan alam ini dengan baik dan tidak boleh merusaknya.

Dalam kajian sejarah perkembangan Islam, terdapat tokoh-tokoh muslim yang populer dalam mengkaji ilmu-ilmu alam ini. Pada masa dinasti Abbasiyah (750-1258 H), terlihat perkembangan ilmu umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom yang pertama kali menyusun astrolabe. Al-Fargani, yang terkenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh yang pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan meales. Dia juga orang yang pertama menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteran berada di tangan Ibnu Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan system peredaran darah pada manusia. Diantara karya adalah al-Qanun Fi Al-Tabib yang merupakan ensiklopedi kedoteran terbesarar dalam sejarah.

Dalam bidang optek Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham, yang di Eropa dikenal dengan nam al-Hazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia terkenal nama jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menajdi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematia terkenal nama Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang mencipakan ilmu al-Jabar yang bersal dari judul bukunya “al-Jabar wa al-Muqabalah”.

Pada masa Dinasti Buwaih yang merupakan dinasti berkuasa di Irak dan Persia dari 320 H/932 M sampai dengan 447 H/1062, muncul juga tokoh-tokoh muslim dalam bidang ilmu alam di antaranya al-Koli yang menulis sebuah karya mengenai gerak tata surya, temuannya mengenai pergantian musim panas dan musim gugur yang juga menambah khazanah pengetahuan manusia. Abdul wafa menemukan system hitungan trigonometridan memperkenalkan hasil oobservasi astronomi, karyanya yang terkenal adalah Ziyusi Syamil merupakan peninggalan karya tentang industri dan system observasi yang cermat. Kedua tokoh ini terkenal dalam bidang astrpnomi, fisika dan matematika.

  • 2. Ilmu-ilmuSosial dan Humaniora
Ilmu-ilmu sosial dinamakan demikian, karena ilmu-ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat, karena ilmu-ilmu tersebut belum lama berkembang. Sedang yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah. Karena sifat masyarakat selalu berubah-ubah, hingga kini belum dapat diselidiki dan dianalisa secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara mendalam . Mengenai pengertiannya, menurut Dr. Nursid Sumaatmadja menjelaskan bahwa ilmu-ilmu sosial dapat diartikan sebagai semua bidang ilmu pengetahuan yang mengenai manusia dalam konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat .

Prof. Dr. P.J. Bouman mendefinisikan ilmu sosial sebagai berikut:
 Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perhubungan-perhubungan sosial antara manusia dengan manusia, antara manusia dan golongan manusia, serta sifat dan perobahan-perobahan dari bangunan dan buah fikiran sosial. Ia berusaha mencapai sintesis antara ilmu jiwa sosial dan ilmu bentuk sosial, sehingga dapat memahami kenyataan masyarakat dalam hubungan kebudayaan umumnya .

Untuk memperoleh suatu gambaran tentang ilmu sosial itu adalah dengan cara menyusun kriteria sebagai berikut:
  1. Perlu merinci isi ilmu sosial tersebut secara kongkrit.
  2. Merinci apa yang dianggap sebagai sebab-sebab khusus dari Variabel-variabel tergantung.
  3. Teknik-teknik apakah yang lazim dipakai oleh masing-masing ilmu pengetahuan untuk mendapatkan kebenaran atau untuk mencapai sasarannya. Hal ini mencakup metoda dan teknik penelitian tersebut.
Humaniora, tidak jauh berbeda dengan ilmu sosial, sebab dia juga menempatkan manusia sebagai objek kajiannya. Perbedaan yang sangat tipis antara ilmu sosial dan humaniora adalah, ilmu sosial mengkaji tingkah laku manusia dengan manusia lainnya ketika dia berinteraksi. Sedangkan humaniora adalah mempelajari aspek etis dari inter aksi itu atau aktualisasi dari potensi manusia dalam wilayah fikiran, rasa, dan kemauan.


Menurut Prof. Dr. T. Jasob, humaniora adalah:
Ilmu-ilmu “kejiwaan” (Geisteswissensshaften,”spiritual” ssienses) dikurangi dengan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu perilaku (sebagian), atau dengan lebih fositif, ia mencakup bahasa dan sastra, sejarah kebudayaan, filsafat dan etika, hukum serta agama (teologi). Dengan pendidikan saya maksudkan edukasi, jadi meliputi pendidikan intelektual maupun etika. Dengan perkataan lain, lebih luas dari pada pengajaran dan latihan. Dengan pendidikan manusia diproses menjadi manusia dewasa yang utuh untuk kehidupan, di samping dilatih menjadi tenaga kerja untuk penghidupannya; jadi dia dipersiapkan agar adabtable terhadap lingkungan masa depan. Tidak hanya untuk lingkungan masa kini.

Ilmu-ilmu kealaman berbeda dengan ilmu-ilmu sosial dan Humaniora, meskipun objek kajiannya sama-sama alam. Alam yang diteliti oleh ilmu-ilmu kealaman adalah alam besar atau disebut juga makro kosmos. Alam besar yang dimaksud adalah Bumi. Sedangkan alam yang dikaji atau diteliti oleh ilmu-ilmu sosial dan humaniora adalah alam kecil atau disebut dengan mikro kosmos. Alam yang dimaksud adalah manusia.

Ali Syariati mengatakan bahwa:
Pada hakikatnya tidak ada kesepakatan defenisi yang logis dan tepat tetang siapa manusia itu, karena defenisi seperti itu selalu berubah sesuai dengan perspektif ilmu pengetahuan, aliran filsafat, atau keyakinan keagamaan. Di samping itu juga ilmu pengetahuan belum bisa mengungkap misteri yang ada pada makro kosmos ini. Sebagaimana Alexis Sarrel mengatakan: “ sampai sedemikian jauh manusia telah dihadapkan pada masalah-masalah lahiriyah belaka, dan memang mencapai kemajuan dibidang tersebut, tetapi ia telah jauh dari dirinya sendiri dan melupakan realitas pribadinya”.

Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada metode yang dianggap cukup tepat untuk memahami dimensi kemanusiaan manusia tersebut. Munculnya psikologi mengindikasikan betapa sulitnya membuat metode dan pendekatan yang relatif sosok untuk menguak rahasia manusia.


C. Studi Islam dalam kajian ilmiah
Sekarang mari kita melihat bagaimana Studi Islam dalam peta pengetahuan ilmiah. Kita mulai dengan menjelaskan apa maksud dari Studi Islam tersebut.


Studi Islam (Islamis studies= Dirasah al-Islamiyah) atau studi ilmiah tentang Islam adalah upaya pengkajian Islam dengan menerapkan metode ilmiah, khususnya dalam konteks sosial sciense. Namun yang dikaji sesara ilmiah dalam Islam adalah sejarahnya, baik sejarah pemikiran maupun sejarah kebudayaan dan peradaban. Dalam kaitannya dengan ilmu yang telah diterangkan di atas, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora, ketiga ilmu ini dapat dikaji dalam Studi Islam. Kita sudah mengetahui bahwa sumber ilmu itu dari Tuhan. Tuhan menciptakan alam jagad raya ini serta segala isinya untuk manusia yang yang diwahyukan Tuhan kepada Utusan-Nya. Alam jagad (termasuk di dalamnya manusia) adalah ensiklopedi dari wahyu, dan wahyu adalah kamus (thesaurus) dari alam jagad.


D. Pendekatan Inter-disiplin dan Multi-disiplin
Suatu disiplin ilmu memiliki otonom di dalam dirinya. Namun karena gejala kehidupan yang dideskripsikan dan dijelaskan oleh ilmu tersebut merupakan satu kesatuan yang kompleks, serta tingkat perkembangan dan kemampuan disiplin itu bervariasi, disiplin ilmu itu tidak dapat melepaskan diri dari bantuan dan kerjasama dengan ilmu lain. Terlebih bila gejala kehidupan itu akan dijelaskan sesara komprehensif, maka terjadi adhesi dan kohesi, bahkan integrasi antar disiplin ilmu.

Berkenaan dengan hal itu, penelitian antar disiplin merupakan penggabungan unsur informasi dan unsur metodologi dari dua atau lebih disiplin ilmu dalam suatu program atau kegiatan penelitian. Adapun penelitian multi-disiplin merupakan kegiatan penelitian menurut disiplin ilmu masing-masing, kemudian digabungkan sesara eksternal sebagai satu kesatuan16. Pengkajian Islam sesara sintetik yang berorientasi pada tranformasi psikologi telah berkembang pada pengkajian-pengkajian sesara analitik yang berfungsi pada level yang objektif untuk transformasi kemasyarakatan.

Hanna Djumhana Bastaman memberikan beberapa pola pemikiran “Islamisasi sains” berkaitan dengan inter-disiplin dan multi-disiplin sebagai berikut :
  1. Similarisasi : Penyamaan konsep.
  2. Paralelisasi : Memparalelkan konsep.
  3. Komplementasi : Saling memperkuat satu sama lain.
  4. Komparasi : membandingkan konsep atau teori.
  5. Induktivikasi : Menghubungkan prinsip agama kepada asumsi-asumsi.
  6. Verifikasi : Pembuktian kebenaran agama oleh suatu hasil penelitian17.

============
BIBLIOGRAFI
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Cet., VI (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)

National Commission For UNESCO, Islam and Arab Contribution To The European Renaisance (Egypt: 1977). Edisi Indonesia, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan,Cet., I (Bandung: Pustaka, 1986)

Mohammad Hatta, Alam Pemikiran Yunani,(Jakarta: Tintamas, 1982)

Afzalur Rahman,Quranic Science. Edisi Indonesia, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan,Cet., II. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992)

Endang Saifuddin Ansari, Kuliah Al-Islam. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1992)

Ismail R. Al-Faruqi, Islam and Cultur.Terj. (Bandung: Mizan, 1989)

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet., 34 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)

Nursid Sumaatmadja, Pengantar Studi Sosial, Cet., IV (Bandung: Penerbit Alumni, 1986)

P.J. Bouman, Ilmu Masyarakat Umum, Pengantar sosiologi, terj. (Jakarta: PT. Pembangunan, 1961)

A. Syafi’i Ma’arif, ISLAM, Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat, Cet., I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997)

T. Jacob, Manusia, Ilmu, dan Teknologi. (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1988)

Ali Syariati, Marxism and Other Western Fallacies, Terj. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam, Demokratisasidan masa depan bangsa, (makalah pertemuan mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN se-Indonesia, Yogyakarta, 1994)

Cik Hasan Basri, TradisiBaru Penelitian Islam; Tinjauan antar disiplin ilmu, M. Deden Ridwan, ed, (Bandung, 2001)

Moeflieh Hasbullah, Gagasan dan Perbedaan; Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ed. (Pustaka Cidesindo, Jakarta, 2000)

K. Ali, Sejarah Islam Tarikh Pramodrn, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)

A. Razaq Naupa, Umat Islam dan Sains Modern, (Bandung: Husaini, 1987)

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger