Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar, filsafat tidak didalami dengan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, dengan mengutarakan argumentasi dan alasan untuk solusi tertentu. Filsafat juga erat kaitannya dengan agama karena didalam agama itu sendiri, sebagian besar ajaran-ajaran dalam suatu agama harus menggunakan rasio atau pemikiran-pemikiran agar terciptanya suatu kebenaran yang mutlak.
A. PENGERTIAN AGAMA
Sepanjang sejarah manusia telah menunjukkan rasa “suci”, dan agama termasuk dalam kategori “hal yang suci”. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek yang disembah. Hubungan manusia dengan “yang suci” menimbulkan kewajiban, baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan sesuatu. Di dalam setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas:
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan bagian dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam masa kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia berpikir dan berperilaku.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti "tradisi" yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup yang kekal”
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan keberadaan Tuhan. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Ada pun ciri-ciri Agama yaitu:
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta, dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa “Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli”. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah “ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika”. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat “adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya”. Berikut ini ada beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli :
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
Dalam kaitan dengan agama, filsafat ada kalanya mendefinisikan agama seperti yang terjadi dalam kasus Konfusius dan Buddhisme. Tetapi sebagian lain justru agama yang mendefinisikan filsafat. Tetapi yang jelas, filsafat dapat berperan di dalam atau di luar batas-batas agama, sebaliknya keliru bila disimpulkan bahwa agama berada di luar batas-batas pembahasan filsafat.
C. HUBUNGAN AGAMA DAN FILSAFAT
Dalam kehidupan ini, manusia yang mengaku dirinya beragama islam memiliki 3 referensi, yaitu Al-qur’an (wahyu), Al-hadits, dan Akal. Al-qur’an atau wahyu banyak menyinggung dan bahkan mewajibkan kita untuk menggunakan akal. Ada beberapa kata yang tercantum di Al-qur’an yang menyeru untuk menggunakan akal. Diantaranya adalah:
“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah!, tetapi jangan pernah engkau memikirkan tentang dzat Allah”.
Wahyu dan akal tidaklah bisa kita memisahkan nya lagi dalam kehidupan kita sekarang ini, karena tanpa wahyu, akal tidak akan sampai ketujuannya yaitu kepada hal-hal tertentu ataupun hal-hal ghaib yang tidak akan pernah bisa di jangkau oleh akal manusia, melainkan diberitakan melalui wahyu. Jadi dengan demikian di dalam agama, berfilsafat itu penting untuk mempelajari agama.
Di dalam kita beragama, hati juga banyak berperan penting dikarenakan tidak semua wahyu ilahi itu dapat di mengerti atau di yakini hanya dengan fikiran saja, melainkan hati lah yang membenarkan dan mengesahkan keyakinan dan keimanan kita tersebut. Al-Qur’an ada menyinggung masalah ini, yaitu masalah keterkaitan akal (filsafat) dan hati (agama) antara lain:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj : 46).
Di ayat tersebut di atas dikatakan bahwa hatilah yang berfikir, bukan akal. Tetapi pemahaman nya di sini adalah akal yang memikirkan hal-hal sesuatu dan hati adalah alat penyaring untuk membenarkan hasil fikiran tersebut. Maka Allah mengibaratkan hati itu sendiri yang berfikir.
Pandangan-pandangan para filosof Islam menjelaskan tentang wilayah dan batasan akal terhadap wahyu, dimana akal menentukan dan mendefenisikan hal-hal universal yang berhubungan dengan pandangan dunia agama, dan adapun hal-hal yang bersifat terperinci dan pengamalannya ditentukan oleh agama itu sendiri. Tujuan agama dan kemestian manusia untuk beragama serta penentuan agama yang benar dibebankan pada kemampuan akal. Akal tidak memahami masalah-masalah seperti dari mana manusia datang, tujuan hakiki kehadiran dia, cara dia berterima kasih kepada Pencipta, kemana manusia setelah meninggal, dan bagaimana bertemu Tuhannya, tetapi akal manusia memahami bahwa pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh agama (dalam pengertian khusus) dan bukan tanggung jawab serta diluar kemampuan akal pikiran manusia.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa salah satu fungsi utama filasafat adalah mencari kebenaran dengan berdasarkan nalar atau akal manusia. Sedangkan agama khususnya agama samawi adalah sebuah kebenaran yang berdasarkan wahyu Tuhan. Oleh sebab itu pendekatan terhadap dua subjek tersebut, yakni nalar dan wahyu sangatlah penting dalam beragama. Bahkan filsafat itu sendiri adalah sebagian dari pada agama, karena hukum-hukum di dalam agama banyak yang tercipta melalui proses fikiran dengan kata lain filsafat.
Jadi di sini kita bisa menarik kesimpulan bahwasanya agama dan filsafat itu tidak bisa di pisahkan, dan bahkan hubungan antara keduanya sangatlah terkait. Dikarenakan agama dan filsafat sama-sama mencari suatu kebenaran yang hakiki yaitu Tuhan, hanya saja di dalam beragama, Tuhan itu pantang dan sangat di larang untuk memikirkan DzatNya.
A. PENGERTIAN AGAMA
Sepanjang sejarah manusia telah menunjukkan rasa “suci”, dan agama termasuk dalam kategori “hal yang suci”. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek yang disembah. Hubungan manusia dengan “yang suci” menimbulkan kewajiban, baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan sesuatu. Di dalam setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas:
- Adanya sikap percaya kepada Yang Suci.
- Adanya ritualitas yang menunjukkan hubungan dengan Yang Suci.
- Adanya doktrin tentang Yang Suci dan tentang hubungan tersebut.
- Adanya sikap yang ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan bagian dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam masa kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia berpikir dan berperilaku.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti "tradisi" yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup yang kekal”
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan keberadaan Tuhan. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Ada pun ciri-ciri Agama yaitu:
- Orang yang beragama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.
- beragama berarti menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
- Agama dapat dikiaskan dengan 'enjoyment' atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian (dedication) atau 'contentment'.
- Agama banyak berhubungan dengan hati.
- Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
- Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri.
- Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta, dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa “Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli”. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah “ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika”. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat “adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya”. Berikut ini ada beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli :
- Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
- Aristoteles ( 384 – 322 SM ) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
- Cicero ( 106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of all the arts) ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
- Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
- Harold H. Titus (1979 ):
- Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
- Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan.
- Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ).
- Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
- Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
- Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dalam kaitan dengan agama, filsafat ada kalanya mendefinisikan agama seperti yang terjadi dalam kasus Konfusius dan Buddhisme. Tetapi sebagian lain justru agama yang mendefinisikan filsafat. Tetapi yang jelas, filsafat dapat berperan di dalam atau di luar batas-batas agama, sebaliknya keliru bila disimpulkan bahwa agama berada di luar batas-batas pembahasan filsafat.
C. HUBUNGAN AGAMA DAN FILSAFAT
Dalam kehidupan ini, manusia yang mengaku dirinya beragama islam memiliki 3 referensi, yaitu Al-qur’an (wahyu), Al-hadits, dan Akal. Al-qur’an atau wahyu banyak menyinggung dan bahkan mewajibkan kita untuk menggunakan akal. Ada beberapa kata yang tercantum di Al-qur’an yang menyeru untuk menggunakan akal. Diantaranya adalah:
- Mengerti = يعقلون
- Berpikir = يتفكّرون
- Memahami = يفقهون
- Memerhatikan = ينظرون
- Mempertimbangkan = يبصرون
- Menguraikan = يعتبرون
- Memperhatikan =يتدبّرون
تفكروا فى خلق الله ولا تفكروا فى ذات الله.
Artinya:“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah!, tetapi jangan pernah engkau memikirkan tentang dzat Allah”.
Wahyu dan akal tidaklah bisa kita memisahkan nya lagi dalam kehidupan kita sekarang ini, karena tanpa wahyu, akal tidak akan sampai ketujuannya yaitu kepada hal-hal tertentu ataupun hal-hal ghaib yang tidak akan pernah bisa di jangkau oleh akal manusia, melainkan diberitakan melalui wahyu. Jadi dengan demikian di dalam agama, berfilsafat itu penting untuk mempelajari agama.
Di dalam kita beragama, hati juga banyak berperan penting dikarenakan tidak semua wahyu ilahi itu dapat di mengerti atau di yakini hanya dengan fikiran saja, melainkan hati lah yang membenarkan dan mengesahkan keyakinan dan keimanan kita tersebut. Al-Qur’an ada menyinggung masalah ini, yaitu masalah keterkaitan akal (filsafat) dan hati (agama) antara lain:
افلم يسيروا في الارض فتكون لهم قلوب يعقلون بها او ءاذان يسمعون بها فانها لا تعمي الابصر ولكن تعمي القلوب التي في الصدور------- الحج : 46
Artinya:Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj : 46).
Di ayat tersebut di atas dikatakan bahwa hatilah yang berfikir, bukan akal. Tetapi pemahaman nya di sini adalah akal yang memikirkan hal-hal sesuatu dan hati adalah alat penyaring untuk membenarkan hasil fikiran tersebut. Maka Allah mengibaratkan hati itu sendiri yang berfikir.
Pandangan-pandangan para filosof Islam menjelaskan tentang wilayah dan batasan akal terhadap wahyu, dimana akal menentukan dan mendefenisikan hal-hal universal yang berhubungan dengan pandangan dunia agama, dan adapun hal-hal yang bersifat terperinci dan pengamalannya ditentukan oleh agama itu sendiri. Tujuan agama dan kemestian manusia untuk beragama serta penentuan agama yang benar dibebankan pada kemampuan akal. Akal tidak memahami masalah-masalah seperti dari mana manusia datang, tujuan hakiki kehadiran dia, cara dia berterima kasih kepada Pencipta, kemana manusia setelah meninggal, dan bagaimana bertemu Tuhannya, tetapi akal manusia memahami bahwa pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh agama (dalam pengertian khusus) dan bukan tanggung jawab serta diluar kemampuan akal pikiran manusia.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa salah satu fungsi utama filasafat adalah mencari kebenaran dengan berdasarkan nalar atau akal manusia. Sedangkan agama khususnya agama samawi adalah sebuah kebenaran yang berdasarkan wahyu Tuhan. Oleh sebab itu pendekatan terhadap dua subjek tersebut, yakni nalar dan wahyu sangatlah penting dalam beragama. Bahkan filsafat itu sendiri adalah sebagian dari pada agama, karena hukum-hukum di dalam agama banyak yang tercipta melalui proses fikiran dengan kata lain filsafat.
Jadi di sini kita bisa menarik kesimpulan bahwasanya agama dan filsafat itu tidak bisa di pisahkan, dan bahkan hubungan antara keduanya sangatlah terkait. Dikarenakan agama dan filsafat sama-sama mencari suatu kebenaran yang hakiki yaitu Tuhan, hanya saja di dalam beragama, Tuhan itu pantang dan sangat di larang untuk memikirkan DzatNya.
0 comments:
Post a Comment