A. PERHATIAN
Kata “perhatian”, tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini:
a. Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya
b. Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu.
Mengenai perhatian, oleh para ahli dirumuskan sebagai berikut:
a. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek.
b. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Dalam tulisan ini kedua pengertian (arti) itu dipakai keduanya secara bertukar-tukar. Untuk dapat menangkap maksudnya hendaklah pengertian tersebut tidak dilepaskan dari konteksnya (kalimatnya).
1. Macam-macam Perhatian
Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini dapat ditempuh cara dengan menggolong-golongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu. Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:
a. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi perhatian intensif, dan Perhatian tidak intensif. Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang insentif.
b. Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi (1). Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja), (2). Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). Perhatian yang pertama timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis yang kedua timbul karena usaha, dengan kehendak. Contoh: Pada suatu hari Sabtu jam 12.00 para mahasiswa sedang asyik mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen baru (dengan perhatian yang disengaja). Sekonyong-konyong terdengarlah ribut-ribut di samping ruangan kuliah, sehingga para mahasiswa menengok (dengan perhatian yang tak disengaja) untuk mengetahui apakah kiranya yang terjadi.
c. Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian. Perhatian dibedakan menjadi: (1). Perhatian terpencar (distributif), dan (2). Perhatian terpusat (konsentratif).
Perhatian terpencar pada suatu saat dapat tertuju kepada bermacam-macam objek. Contoh perhatian yang demikian itu misalnya kita dapati pada seorang sopir yang sedang mengemudikan mobil, yang pada suatu saat perhatiannya dapat tertuju kepada macam-macam objek, seperti misalnya keadaan lalu-lintas, tanda-tanda yang diberikan oleh polisi lalu-lintas yang sedang bertugas, alat yang ada dalam mobil yang sedang dikemudikannya, dan sebagainya.
Perhatian yang terpusat pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas. Perhatian yang demikian itu misalnya kita dapati pada seorang tukang jam yang sedang memperbaiki jam.
2. Hal-hal yang Menarik Perhatian
Dipandang dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari lain-lainnya. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat bermacam-macam, misalnya:
3. Beberapa Kesimpulan Praktis
Kata “perhatian”, tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini:
a. Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya
b. Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu.
Mengenai perhatian, oleh para ahli dirumuskan sebagai berikut:
a. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek.
b. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Dalam tulisan ini kedua pengertian (arti) itu dipakai keduanya secara bertukar-tukar. Untuk dapat menangkap maksudnya hendaklah pengertian tersebut tidak dilepaskan dari konteksnya (kalimatnya).
1. Macam-macam Perhatian
Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini dapat ditempuh cara dengan menggolong-golongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu. Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:
a. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi perhatian intensif, dan Perhatian tidak intensif. Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang insentif.
b. Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi (1). Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja), (2). Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). Perhatian yang pertama timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis yang kedua timbul karena usaha, dengan kehendak. Contoh: Pada suatu hari Sabtu jam 12.00 para mahasiswa sedang asyik mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen baru (dengan perhatian yang disengaja). Sekonyong-konyong terdengarlah ribut-ribut di samping ruangan kuliah, sehingga para mahasiswa menengok (dengan perhatian yang tak disengaja) untuk mengetahui apakah kiranya yang terjadi.
c. Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian. Perhatian dibedakan menjadi: (1). Perhatian terpencar (distributif), dan (2). Perhatian terpusat (konsentratif).
Perhatian terpencar pada suatu saat dapat tertuju kepada bermacam-macam objek. Contoh perhatian yang demikian itu misalnya kita dapati pada seorang sopir yang sedang mengemudikan mobil, yang pada suatu saat perhatiannya dapat tertuju kepada macam-macam objek, seperti misalnya keadaan lalu-lintas, tanda-tanda yang diberikan oleh polisi lalu-lintas yang sedang bertugas, alat yang ada dalam mobil yang sedang dikemudikannya, dan sebagainya.
Perhatian yang terpusat pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas. Perhatian yang demikian itu misalnya kita dapati pada seorang tukang jam yang sedang memperbaiki jam.
2. Hal-hal yang Menarik Perhatian
Dipandang dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari lain-lainnya. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat bermacam-macam, misalnya:
- Dalam sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu memakai baju merah, sedang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju merah itu tentu menarik perhatian.
- Dalam suatu pertemuan hampir semua tamu telah duduk, kecuali seorang yang masih mondar-mandir, maka yang mondar-mandir itu menarik perhatian.
- Iklan di surat kabar yang dipasang terbalik menarik perhatian karena berbeda dari yang lain; dan lain-lain.
- Hal-hal yang bersangkut-paut dengan kebutuhan itu menarik perhatian; iklan tentang obat-obatan menarik perhatian orang yang butuh membeli obat, iklan tentag rumah yang akan disewakan menarik perhatian orang yang butuh menyewa rumah, pengumuman untuk mahasiswa program S2 tidak menarik perhatian mahasiswa program S1.
- Hal yang bersangkut-paut dengan kegemaran itu menarik perhatian; misalnya berita tentang pertandingan bulutangkis, siaran panggung wayang orang bagi penggemar wayang orang, petunjuk main catur bagi penggemar catur, dan sebagainya.
3. Beberapa Kesimpulan Praktis
- Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya lebih tinggi. Alangkah baiknya kalau tiap-tiap pelajaran dapat diterima oleh murid-murid dengan perhatian yang cukup intensif.
- Perhatian spontan atau perhatian tak disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan lebih intensif daripada perhatian yang disengaja. Alangkah baiknya kalau pelajaran-pelajaran dapat diterima oleh murid-murid dengan perhatian yang spontan.
Manusia mengenal dunia ini secara riil, dengan melihatnya, mendengarnya, membawanya atau mengecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati, sedangkan melihat, mendengar dan seterusnya disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat; di sini, kini, sendiri dan bermateri.
Berikut beberapa pengaturan pengamatan:
1. Penglihatan
Menurut objeknya penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Nilai efektif warna
Bagaimanapun dinding dalam rumah-rumah kediaman tidak akan dicat merah tua atau hitam berselang-selang dengan warna yang mencolok, melainkan akan dicat putih atau hijau muda, atau warna-warna lain dan sejuh, tenang, lunak. Hal yang demikian disebabkan karena warna-warna tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku si penghuni rumah tersebut. masing-masing warna mempunyai nada yang berbentuk medan tingkah laku, memberi corak kepada perbuatan atau reaksi orang.
b. Nilai lambang warna
warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstacto yang dapat memberi kesan tertentu kepada seseorang. Dalam batas lingkungan kebudayaan tertentu sifat umum warna memberi kemungkinan untuk dengan pertolongan warna itu melambangkan sesuatu.
2. Pendengaran
Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengaran. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi itu berfungsi sebagai pendukung arti, karena itulah sebenarnya yang kita tangkap atau yang kita dengar adalah artinya itu, bukan bunyi atau suaranya. Bunyi dapat berfungsi sebagai tanda (signal) dan sebagai lambang.
Bunyi dan suara itu dapat kita golongkan atas dasar dua cara, yaitu:
a) Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara:
1. Gemerisik.
2. Nada.
b) Selanjutnya nada itu biasa dibeda-bedakan atas dasar:
1. Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi.
2. Intensitasnya yang tergantung pada ampiltudonya.
3. Timbrenya yang tergantung pada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara.
3. Rabaan
Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu:
b. Indera untuk mengamati panas
c. Indera untuk mengamati dingin
d. Indera untuk merasa sakit dan
e. Indera untuk vibrasi
Indera-indera kinestesi, sentuh dan tekanan, panas, dingin, rasa sakit, umumnya berfungsi penting dalam kehidupan sehari-hari orang yang normal, sedangkan indera vibrasi umumnya tidak mempunyai peranan penting. Akan tetapi, pada orang yang buta, tuli, dan bisu dengan indera vibrasinya dapat mengenal dan membedakan kejadian-kejadian yang banyak serta bermacam-macam ragam dalam lingkungannya dengan cara meraba.
Kalau orang meraba dengan mata tertutup, maka akan terjadi visualisasi, artinya kesan rabaan itu akan digambarkan sebagai kesan penglihatan, ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan penglihatan itu di antara modalitas-modalitas pengamatan yang lain.
4. Pembauan (penciuman)
Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli, walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara populer kita telah menyaksikan pengaruh bau-bauan kepada aktivitas manusia, seperti bau-bau harum tertentu menimbulkan kegairahan, dan bau-bau tidak enak tertentu menimbulkan rasa muak, dan kesemuanya itu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan oleh subjek yang membau bau-bau tersebut.
Henning (1924) membedakan adanya enam macam bau utama (bau pokok) itu, yaitu: Bau bunga (blumig), Bau akar (warzig), Bau buah (cruehig), Bau getah (harzig), Bau busuk (faulig), Bau sengit (brenlich).
Sementara Swaatdeaker (Kohnstamm et al, 1955, P 103) menggolongkan bau itu menjadi sembilan macam bau, yaitu: Bau etheris, Bau aromatis, Bau bunga, Bau amber, Bau bawang, Bau sengit, Bau kapril, Bau tak sedap, dan Bau memuakan.
5. Pencecapan
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pengecap terutama hanya terdapat empat macam rasa pokok, yaitu: Manis, Asam, Asin, dan Pahit.
Beberapa masalah praktis :
Tanggapan yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan (Bigot et al, 1950, P. 72). Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tanggapan
Berikut beberapa pengaturan pengamatan:
- Pengaturan menurut sudut pandangan ruang. Pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian : atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, tinggi-rendah, dan sebagainya.
- Pengaturan menurut sudut pandangan waktu. Pengamatan dilukiskan dengan pengertian-pengertian : masa lampau, kini dan masa yang akan datang dalam berbagai variasinya.
- Pengaturan menurut sudut pandangan Gestalt. Sesuatu yang merupakan kebulatan dan dapat berdiri sendiri. Misalnya : rumah, orang, meja, kursi, gambar.
- Pengaturan menurut sudut pandangan arti. Objek-objek yang diamati kita beri arti atau diamati menurut artinya. Misalnya : Rumah, gereja, pabrik, garasi mobil dari segi bangunan sama tetapi berbeda dari segi artinya. Demikian pula bunyi lonceng pabrik, dan bunyi lonceng gereja menurut bunyinya banyak persamaannya, tetapi menurut artinya sangat berbeda satu sama lain.
1. Penglihatan
Menurut objeknya penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
- Melihat bentuk. Yang dimaksud dengan melihat bentuk di sini ialah melihat objek yang berdimensi dua.
- Melihat dalam. Maksud melihat dalam ialah melihat objek berdimensi tiga.
- Melihat warna.
a. Nilai efektif warna
Bagaimanapun dinding dalam rumah-rumah kediaman tidak akan dicat merah tua atau hitam berselang-selang dengan warna yang mencolok, melainkan akan dicat putih atau hijau muda, atau warna-warna lain dan sejuh, tenang, lunak. Hal yang demikian disebabkan karena warna-warna tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku si penghuni rumah tersebut. masing-masing warna mempunyai nada yang berbentuk medan tingkah laku, memberi corak kepada perbuatan atau reaksi orang.
b. Nilai lambang warna
warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstacto yang dapat memberi kesan tertentu kepada seseorang. Dalam batas lingkungan kebudayaan tertentu sifat umum warna memberi kemungkinan untuk dengan pertolongan warna itu melambangkan sesuatu.
2. Pendengaran
Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengaran. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi itu berfungsi sebagai pendukung arti, karena itulah sebenarnya yang kita tangkap atau yang kita dengar adalah artinya itu, bukan bunyi atau suaranya. Bunyi dapat berfungsi sebagai tanda (signal) dan sebagai lambang.
Bunyi dan suara itu dapat kita golongkan atas dasar dua cara, yaitu:
a) Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara:
1. Gemerisik.
2. Nada.
b) Selanjutnya nada itu biasa dibeda-bedakan atas dasar:
1. Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi.
2. Intensitasnya yang tergantung pada ampiltudonya.
3. Timbrenya yang tergantung pada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara.
3. Rabaan
Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu:
- Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi jaga keseimbangan atau kinestesi.
- Pengalaman raba secara pasif yang melengkapi pola beberapa indera, atau kemampuan lain, yaitu:
b. Indera untuk mengamati panas
c. Indera untuk mengamati dingin
d. Indera untuk merasa sakit dan
e. Indera untuk vibrasi
Indera-indera kinestesi, sentuh dan tekanan, panas, dingin, rasa sakit, umumnya berfungsi penting dalam kehidupan sehari-hari orang yang normal, sedangkan indera vibrasi umumnya tidak mempunyai peranan penting. Akan tetapi, pada orang yang buta, tuli, dan bisu dengan indera vibrasinya dapat mengenal dan membedakan kejadian-kejadian yang banyak serta bermacam-macam ragam dalam lingkungannya dengan cara meraba.
Kalau orang meraba dengan mata tertutup, maka akan terjadi visualisasi, artinya kesan rabaan itu akan digambarkan sebagai kesan penglihatan, ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan penglihatan itu di antara modalitas-modalitas pengamatan yang lain.
4. Pembauan (penciuman)
Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli, walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara populer kita telah menyaksikan pengaruh bau-bauan kepada aktivitas manusia, seperti bau-bau harum tertentu menimbulkan kegairahan, dan bau-bau tidak enak tertentu menimbulkan rasa muak, dan kesemuanya itu berpengaruh terhadap aktivitas yang dilakukan oleh subjek yang membau bau-bau tersebut.
Henning (1924) membedakan adanya enam macam bau utama (bau pokok) itu, yaitu: Bau bunga (blumig), Bau akar (warzig), Bau buah (cruehig), Bau getah (harzig), Bau busuk (faulig), Bau sengit (brenlich).
Sementara Swaatdeaker (Kohnstamm et al, 1955, P 103) menggolongkan bau itu menjadi sembilan macam bau, yaitu: Bau etheris, Bau aromatis, Bau bunga, Bau amber, Bau bawang, Bau sengit, Bau kapril, Bau tak sedap, dan Bau memuakan.
5. Pencecapan
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pengecap terutama hanya terdapat empat macam rasa pokok, yaitu: Manis, Asam, Asin, dan Pahit.
Beberapa masalah praktis :
- Kita mengenal dunia riil dengan panca indera. Pengamatan merupakan pintu gerbang untuk masuknya pengaruh dari luar, baik pengaruh dunia fisis, pengalaman, maupun pendidikan. Karena kedudukan fungsi pengamatan yang demikian sentral maka sudah sewajarnya apabila alat-alat pengamatan, yaitu pancaindera, mendapat perhatian yang secukupnya dari para pendidik; sebab tidak normal berfungsinya pancaindera akan berakibat merugikan bagi jalannya usaha pendidikan kepada anak didik. Usaha-usaha ini pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu usaha preventif (usaha penjagaan) dan usaha kuratif atau korektif (usaha memperbaiki atau menyembuhkan).
- Terlebih-lebih pada anak-anak, peranan panca indera dalam menerima pendidikan atau belajar itu boleh dikatakan bersifat menentukan. Apa yang ditangkap dengan pancaindera, atau diamaki, meresap dalam dirinya, terlebih-lebih kalau hal yang diamati itu berupa hal-hal yang konkret. Sesuai dengan modalitas pengamatan, maka ada lima tipe manusia, yaitu tipe visual, tipe auditif, tipe taktil, tipe gustatif, tipe olfaktoris.
- Selama sistem sekolah-sekolah serta pendidikan masih seperti yang kita kenal sekarang ini, maka di antara kelima modalitas pengamatan yang paling penting adalah penglihatan dan pendengaran.
Tanggapan yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan (Bigot et al, 1950, P. 72). Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
- Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan.
- Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan.
- Tanggapan masa kini atau tanggapan representatif (tanggapan mengimajinasikan)
1. Tanggapan
- Cara tersedianya objek disebut representatif
- Objek tidak ada pada dirinya sendiri tetapi ada (diadakan) pada diri subjek yang menangkap
- Objek hanya ada pada dan untuk subjek yang menanggap
- Terlepas dari unsur tempat, keadaan dan waktu
- Cara tersedianya objek disebut persentasi
- Objek ada pada dirinya sendiri
- Objek ada pada setiap orang
- Terikat pada tempat, keadaan dan waktu
0 comments:
Post a Comment