Suatu hari Ben Sikram sedang berkeliaran di pasar ketika dia melewati seorang pria penjual ara kering. Dia mencicipi buah itu, rasanya semaniis madu. Dia pun bertanya, “Berapa harga sekeranjang buah ara ini?” Mereka sepakat mengenai harganya, lalu Ben Sikram menambahkan, “Tapi tunjukkan padaku kebaikanmu agar Allah menunjukkan padamu kebaikan pula: biar aku pinjam uang itu sampai hari pasar berikutnya.” Pria itu setuju, dan Ben Sikram pergi dengan buah-buahan tersebut.
Ketika hari pasar berikutnya tiba, Ben Sikram menggosok wajahnya dengan jelatang hingga bengkak dan tidak enak dilihat. Lalu, sambil bertumpu pada sebatang tongkat, dia berjalan tertatih-tatih ke pasar dan tampak seakan-akan dia sudah di ambang kematian. Dia mencari-cari penjual buah ara dan, sambil terengah-engah dan berhenti untuk menarik napas setiap mengucapkan sepatah kata, dia bertanya padanya, “Pernahkah kamu melihat bangsat yang menjual buah ara kering? Dia ada di sini pada hari pasar yang lalu.”
“Mengagapa kamu ingin menemuinya?” sahut pedangang buah ara.
“Jika kuceritakan padamu kisah yang mengerikan itu, kamu tidak akan mempercayaiku,” kata Ben Sikram.
“Ceritakan saja padaku,” kata orang itu.
“Setiap orang yang mencicipi buah ara yang kubeli darinya telah mati kecuali aku. Dan lihat keadaanku kini! Sebelum aku mati, aku ingin menemuinya dan membawanya ke pengadilan.”
“Tidak,” kata pedagang buah ara. “Aku belum pernah melihatnya.”
From: Al-Jazair
Ketika hari pasar berikutnya tiba, Ben Sikram menggosok wajahnya dengan jelatang hingga bengkak dan tidak enak dilihat. Lalu, sambil bertumpu pada sebatang tongkat, dia berjalan tertatih-tatih ke pasar dan tampak seakan-akan dia sudah di ambang kematian. Dia mencari-cari penjual buah ara dan, sambil terengah-engah dan berhenti untuk menarik napas setiap mengucapkan sepatah kata, dia bertanya padanya, “Pernahkah kamu melihat bangsat yang menjual buah ara kering? Dia ada di sini pada hari pasar yang lalu.”
“Mengagapa kamu ingin menemuinya?” sahut pedangang buah ara.
“Jika kuceritakan padamu kisah yang mengerikan itu, kamu tidak akan mempercayaiku,” kata Ben Sikram.
“Ceritakan saja padaku,” kata orang itu.
“Setiap orang yang mencicipi buah ara yang kubeli darinya telah mati kecuali aku. Dan lihat keadaanku kini! Sebelum aku mati, aku ingin menemuinya dan membawanya ke pengadilan.”
“Tidak,” kata pedagang buah ara. “Aku belum pernah melihatnya.”
From: Al-Jazair
0 comments:
Post a Comment