Shahih al-Bukhari

Kitab-kitab Hadis dalam bentuk subjek-subjek khusus atau minat tertentu telah muncul sejak abad pertama Hijrah. Kodifikasi-kodifikasi yang muncul berbeda-beda, baik secara kuantitas dan kualitasnya, sesuai dengan kapasitas masing-masing penyusunnya. Bahkan banyak pula karya-karya yang muncul pada paruh pertama abad kedua Hijrah. Dan karya yang paling awal sampai kepada kita tentang Hadis adalah al-Muwatta’ karya Malik bin Anas (W. 179 H / 795 M), hanya saja karya ini tidak hanya memuat Hadis Nabi, tetapi juga pendapat para sahabat dan tabi’in.

Pada akhir abad kedua sampai abad keempat Hijrah perubahan terjadi dengan munculnya kitab-kitab Hadis yang hanya memuat Hadis Nabi dengan pengaturan sistematika tertentu. Pada periode inilah munculnya kitab-kitab Hadis yang dikenal dengan “Kutub al-Sittah”, yakni : Sahih al-Bukhari karya Imam al-Bukhari (w. 256 H / 870 M), Sahih Muslim karya Imam Muslim (w. 261 H / 875 m), Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud (w. 275 H / 888 M), Sunan at-Tirmidzi karya Imam at-Tirmidzi (w. 279 H / 875 M), Sunan Ibn Majah karya Imam Ibn Majah (w. 283 H / 896 M) dan Sunan al-Nasa’i karya Imam al-Nasa’i (w. 303 H / 915).

Kutub al-Sittah merupakan kitab Hadis yang pokok bagi umat Islam di seluruh dunia. Di antara kitab-kitab Hadis tersebut adalah Sahih al-Bukhari yang dipandang dan diakui sebagai kitab yang paling utama dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi oleh umat Islam.

Makalah sederhana ini berupaya mengkaji sisi-sisi kedua kitab tersebut. Diawali dengan studi biografi kedua tokohnya, perbandingan sistematika penulisan dan kandungan Hadis pada kedua kitab itu, serta komentar dan pendapat para ulama mengenai kedua kitab Hadis tersebut dan diakhiri dengan penutup.

A. Biografi Bukhari
Beliau adalah Abu ‘Abdullah Muhammad ibn ‘Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari.[1] Lahir pada hari jum’at tanggal 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Sejak kecilnya Bukhari telah menjadi yatim dengan meninggalnya ayahnya.[2]

Bukhari mulai mempelajari Hadis ketika usianya kurang dari sepuluh tahun. Meskipun usianya sangat muda, Bukhari memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Muhammad ibn Abi hatim menyatakan bahwa dia pernah mendengar Bukhari menceritakan bahwa dia dapat ilham untuk mampu menghafal Hadis. ketika ditanya sejak usia berapa dia mendapat ilham tersebut, Bukhari menjawab sejak usia sepuluh tahun atau bahkan kurang.[3] Menjelang usia 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku karya ulama-ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti kitab Ibn al-Mubarak, Waki’ dan lain sebagainya. Selain itu ia juga menguasai pendapat-pendapat para ahli ra’yi lengkap dengan aliran-aliran mereka, yang menyebabkannya banyak dijadikan sebagai rujukan dan diskusi bagi ulama dan pemimpin (pemerintah) pada masanya.[4]

Kegigihan Bukhari untuk belajar Hadis terlihat dari perjalanannya ke berbagai daerah, seperti beberapa kota di Iraq, Khurasan, Syiria, Mesir, Kufah dan Basrah. Ia beberapa kali berkunjung ke Bagdad, bahkan sampai ke Balakh, Marwa, Naisabur dan Raiy di Iran. Dari perjalanan panjang ini, ia menulis Hadis dari 1000 orang guru lebih[5] dan memperoleh 600.000 Hadis, serta menghafal 100.000 Hadis Sahih dan 200.000 Hadis tidak Sahih selama 16 tahun. Diantara guru-guru Bukhari, yang terbesar antara lain adalah : Ibn al-Madini, Ahmad bin hanbal, Yahya bin Mu’in, Muhammad bin Yusuf al-Farabi, Makki ibn Ibrahim al-Balakhi, Muhammad bin Yusuf al-Baikandy, dan Ibn Rahawaih.[6] Dengan kesabaran dan kecintaannya terhadap ilmu, terutama bidang Hadis menepatkan Bukhari pada martabat yang mulia di masanya sehingga ia digelari sebagai Amir al-Mu’minin fi al-hadits.[7]

Imam Bukhari wafat pada hari sabtu malam Idul Fitri tahun 256 H., dalam usia 62 tahun kurang 13 hari di suatu perkampungan di Samarkand. Beliau meninggalkan lebih dari lima belas karya dalam bidang Hadis dan disiplin ilmu lainnya, yang mengindikasikan kedalaman ilmunya. Dan diantara karyanya yang paling penomenal dan terpenting adalah Al-Jami’ al-Sahih atau yang lebih dikenal dengan Sahih Bukhari yang akan diterangkan kemudian.

B. Latar Belakang Penulisan Sahih Bukhari
Faktor utama yang melatarbelakangi Imam Bukhari menulis kitabnya adalah kondisi saat itu yang langka akan kitab yang benar-benar bisa dijadikan rujukan yang kuat. Karena hampir semua literatur yang ada, semuanya bercampur aduk antara Hadis yang Sahih, hasan dan dha’if, sehingga sangat menyulitkan bagi orang yang ingin mendalami bahasan-bahasan tertentu untuk membedakan antara Hadis-Hadis sahih dan lainnya. Selain itu, juga literatur yang ada belum mengelompokkan pokok-pokok bahasan tertentu bab demi bab, karena tujuan utama penulisannya adalah ‘masih sekedar’ untuk mengumpulkan Hadis dan sebagai saranan untuk menghafalkannya bagi umat.[8]

Selain itu, adanya unsur ‘meremehkan’ fiqh al-hadits dan segala yang berkaitan dengannya, dari lafadz, ma’ni dan fawaid yang terdapat dalam Hadis-Hadis pada sebagian ahli Hadis dan rawi. Hal ini membawa implikasi pada lemahnya ahli-ahli Hadis ketika harus berhadapan dengan ahli-ahli bid’ah yang sengaja menyebarkan Hadis-Hadis dha’if bahkan Hadis-Hadis palsu di dalam berargumentasi. Hal ini sangat mempengaruhi Imam Bukhari untuk segera mencari solusi atas masalah yang sangat berdampak negatif terhadap umat. Terlebih setelah ia melihat banyaknya ahli-ahli yang mulai lebih mengutamakan logika sekalipun menyalahi sunnah yang datang dari Rasulullah saw.[9]

Selain dari faktor-faktor tersebut di atas, faktor penting lainnya yang memotivasi Imam Bukhari adalah ucapan gurunya Ishaq ibn Rahawaih “tulislah sebuah kitab kecil tentang Hadis sahih Rasulullah saw”. Bukhari mengatakan: “perkataan guruku itu ternyata sangat menyentuh hatiku, maka aku mulai untuk menuliskan buku tersebut…..”[10]

C. Karakteristik dan Jumlah Hadis dalam Sahih Bukhari
Nama lengkap buku ini adalah: Al-Jami’u al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min Umuri Rasulillah saw. wa Sunanihi wa Ayyamihi. Kitab ini banyak dikenal dengan nama singkatnya Sahih al-Bukhari. Kitab ini adalah kitab pertama yang disusun berdasarkan Hadis-Hadis Sahih. Kitab ini ditulis dalalm kurun waktu lebih kurang 16 tahun melalui proses penyaringan yang sangat ketat dari 600.000 Hadis. Dalam proses penyaringan yang ketat tersebut, Imam Bukhari selalu berhati-hati dan minta petunjuk kepada Allah. Dalam hal ini diriwayatkan bahwa ia berkata:

صنفت كتاب الجامع فى المسجد الحرام و ما أدخلت فيه حديث استخرت الله و صليت ركعتين و تبنيت صحته[11]1
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah Hadis yang terdapat dalam Sahih Bukhari. Menurut Ibnu hajar al-Asqalani, keseluruhannya adalah 7.397 Hadis termasuk yang berulang-ulang, tetapi belum termasuk Hadis-Hadis yang mu’allaqat, mutabi’at, mauqufat dan juga maqtu’at. Apabila dimasukkan dengan yang mu’allaq dan mutatabiat, maka jumlah keseluruhannya akan mencapai 9.082 Hadis tanpa yang mauquf atas sahabat dan maqtu’ atas tabi’in. dan apabila tanpa menghitung Hadis-Hadis yang berulang-ulang dan hanya menghitung yang sanadnya bersambung saja, maka jumlahnya adalah 2.762 Hadis.[12]

D. Sistematika Penulisan Sahih Bukhari
Hadis-Hadis yang terdapat dalam Sahih Bukhari dikelompokkan berdasarkan topik-topik tertentu yang tersusun dalam beberapa kitab dan bab. Jumlah Hadis dalam setiap kitab dan bab bervariasi. Pada satu bab bisa memuat Hadis yang banyak, namun pada bab yang lain bisa hanya memuat satu atau dua Hadis saja. Bahkan pada beberapa bab hanya berisi ayat-ayat Alquran saja tanpa satu pun Hadis didalamnya, atau hanya terdapat judul bab tanpa ada satu pun Hadis maupun ayat-ayat Alquran di dalamnya, untuk memudahkan baginya menemukan Hadis sesuai dengan bab tersebut pada suatu saat.[13] Jumlah keseluruhan kitab yang ada pada Sahih tersebut adalah 97 kitab dengan 3.450 bab.[14]

Metode dan sistematika penulisannya adalah :
  1. Mengulangi Hadis jika diperlukan dan memasukkan ayat-ayat Alquran
  2. Memasukkan fatwa sahabat dan tabi’in sebagai penjelas terhadap Hadis yang ia kemukakan
  3. Menta’liqkan (menghilangkan sanad) pada Hadis yang diulang karena pada tempat lain sudah ada sanadnya yang bersambung.
  4. Menerapkan prinsip-prinsip al-jarh wa at-ta’dil
  5. Mempergunakan berbagai shighat tahammul
  6. Disusun berdasar tertib fikih.[15]
Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah:
  1. Memulainya dengan menerangkan wahyu, karena ia adalah dasar segala syari’at
  2. Kitabnya tersusun dari berbagai tema
  3. Setiap tema berisi topik-topik
  4. Pengulangan Hadis disesuaikan dengan topik yang dikehendaki tatkala mengistinbatkan hukum.
Komentar dan Penilaian Ulama terhadap Sahih Bukhari
Kitab Sahih Bukhari merupakan kitab Hadis Sahih yang utama bagi umat Islam dan disepakati sebagai kitab yang terpercaya setelah Alquran. Selain pengakuannya sendiri mengenai kelebihan dan kewara’annya dalam penyeleksian Hadis, para ulama juga memberikan penilaian yang positif terhadap Bukhari. Diantaranya komentar dari gurunya Syikh Muhammad bin Basyar al-hafiz (w. 252 H) yang mengatakan : “huffazh (ahli menghafal) di dunia ini ada empat; Abu Zar’ah di Rayy, Muslim bin hajjaj di Naisabur, Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi di Samarkand dan Muhammad bin Ismail al-Bukhari di Bukhara”. Juga komentarnya “….belum pernah ada yang seperti Bukhari ini di tempat kami”. Selain itu, Imam al-Tirmidzi turut mengungkapkan kekagumannya dalam ucapannya, “saya belum pernah menemukan seseorang yang lebih mengetahui tentang ‘ilal al-Hadis dan tentang sejarah dan pengetahuan sanad yang sempurna melebihi Muhammad ibn Isma’il (Bukhari) baik di Irak maupun di Khurasan”.[16]

Kitab Sahih Bukhari tetaplah buah karya manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan, sehingga mendorong beberapa ulama melakukan kritik. Diantara mereka yang paling keras adalah al-Daruqutni, Abu Mas’ud al-Dimasyqi dan Abu Ali al-Gusmany. Kritik mereka antara lain:
  1. Tidak semua yang ada dalam kitab Sahih Bukhari Hadis sahih
  2. Berkaitan dengan kurang atau lebihnya rawi
  3. Berkaitan dengan perbedaan rawi disebabkan perubahan sanad
  4. Berkaitan dengan penyendirian (ifrad) rawi
  5. Sebagian rijalnya ada yang dianggap wahn (kurang jelas identitasnya)
Ulama yang membela dan kagum pada Bukhari antara lain Ibn hajar al-Haitami. Menurutnya, Hadis mu’allaq (yang terputus sanadnya) yang terdapat dalam Sahih Bukhari sebenarnya bukan pada masalah yang pokok yang perlu diperdebatkan, karena pada tempat lain Hadis serupa itu telah ada sanadnya, dan penyebutannya pada tempat yang lain hanya sebagai syahid saja.[17]

E. Penilaian Para Ulama dan Kritikan Terhadap Sahih al-Bukhari
Telah menjadi kesepakatan para ulama dan umat Islam bahwa kitab Sahih al Bukhari adalah kitab yang paling otentik dan menduduki tempat terhormat setelah Alquran,sebagaimana pendapat Ibn Salah dan Subhi al-Salih.Pendapat ini diakui dan dipopulerkan oleh Imam Nawawi, sementara umat Islam juga menerimanya. Meskipun Sahih Bukhari dinilai paling otentik setelah Alquran ternyata tidak luput dari kritikan, baik dari segi sanad maupun matannya,baik dari kalangan ulama (muslim) sendiri dan juga orang luar Islam.

Daruqutni (w 385 H) dan Abu Ali al-Ghassani dari ulama masa lalu, menilai bahwa sebagian hadis-hadis Bukhari dan Muslim adalah lemah karena adanya sanad yang terputus dan dinilai dari segi ilmu hadis sangat lunak. Daruquthni dalam kitabnya Al-Istidarakat mengkeritik ada 200 buah hadis dalam Sahih Bukhari. Menurut Imam Nawawi kritikan itu barawal dari tuduhan bahwa dalam hadis-hadis tersebut Bukhari tidak menepati dan memenuhi persyaratan yang ia tetapkan. Setelah diteliti ternyata hadis yang dituduh Mursal itu terdapat diriwayat lain, sementara riwayat yang terdapat dalam Sahih Bukhari tidak terputus. Sebagian ahli hadis lain berpendapat ada beberapa perawi dalam Sahih ini tidak memenuhi syarat untuk diterima hadisnya. Ibn hajar membantah pendapat ini, tidak dapat diterima kecuali perawi-perawi itu terbukti jelas mempunyai sifat-sifat atau hal-hal yang yang menyebabkan hadisnya ditolak.Setelah diteliti ternyata tidak ada satu perawi pun yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan seperti itu.


Selain pendapat tersebut diatas, Ibn hajar di dalam kitab Muqaddimah Fathul Bari, kitab syarah Sahih Bukhari, menyebutkan, bahwa semua hadis Sahih mawsul yang termuat dalam Sahih Bukhari tanpa hadis yang disebutnya berulang sebanyak 2.602 buah hadis. sedangkan matan hadis yang mu’alaq namun marfu’, yakni hadis Sahih namun tidak diwasalkan (tidak disebutkan sanadnya secara sambung-menyambung) pada tempat lain sebanyak 159 hadis. semua hadis Sahih Bukhari termasuk hadis yang disebutkan berulang-ulang sebanyak 7.397 buah. Yang mu’alaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi’ sebanyak 344 buah hadis. jadi, berdasarkan perhitungan ini dan termasuk yang berulang-ulang, jumlah seluruhnya sebanyak 9.082 buah hadis. jumlah ini diluar hadis yang mauquf kepada sahabat dan (perkataan) yang diriwayatkan dari tabi’in dan ulama-ulama sesudahnya.[18]

Ada banyak kritik kaum Orientalis seperti Ignaz Goldziher, A.J.Wensick dan ulama kontemporer terhadap imam-imam hadis, termasuk Bukhari. Kritik-kritik dari kaum orientalis dan ulama kontemporer tersebut telah mendorong lahirnya para pembela Imam Bukhari utuk menyanggah kritik-kritikan tersebut seperti Muhammad Mustafa‘ Azami dan Mustafa al-Siba’i dengan sanggahan itu membuat semakin menambah kualitas Sahih al- Bukhari dan mendorong munculnya ulama hadis sesudah al-Bukhari untuk membuat syarah maupun ikhtisar kitab Sahih ini, dan membuat jawaban yang lebih luas dan mendalam terhadap kritik-kritik ini.

F. Kitab Syarah Sahih al-Bukhari
Sejumlah ulama telah menulis kitab-kitab syarah hadis standard, termasuk kitab syarah terhadap Sahih al-Bukhari Al-Azami menyebutkan bahwa ratusan kitab syarah telah ditulis, bahkan ada di antaranya yang mencapai lebih dari 25 jilid.

Diantara kitab syarah dari Sahih Bukhari ini,maka yang terbaik menurut Al-Azmi adalah:
  1. Kitab Fath Al-Barii fi Syarh Sahih al-Bukhari ,oleh Ibn hajar al-Asqalani (773-852 H) Kitab ini terdiri dari 13 jilid ditambah satu jilid Mukaddimah nya.
  2. Kitab ‘Umdat al-Qari,oleh Badr al-Din Mahmud Ibn Ahmad Ibn Musa AL-Qahiri al-Aini al-hanafi (9762-885 H)
Dan di antara hasil karya Imam Bukhari yang lain adalah sebagai berikut:[19] Al-Jami’ as-Sahih (Sahih Bukhari), Al-Adab al-Mufrad, At-Tarikh as-Sagir, At-Tarikh al-Awsat, At-Tarikh al-Kabir, At-Tafsir al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kitab al-‘Ilal, Raf’ul Yadain fis-Salat, Birril Walidain, Kitab al-Asyribah, Al-Qira’ah Khalf al-Imam, Kitab ad-¬u’afa’, Asami as-Sahabah dan Kitab al-Kuna

=============
Catatan Kaki:
[1]Muhammad Ajjaj al-Khatib, Usul al-hadits , ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu (Bairut : Dar al-Fikr,1966) h.309
[2]Muhammad Abu Syuhbah Fi Rihab as-Sunnah al-Kutub al sahih al-Sittah (Kairo : Majma’al-Buhus al-Islamiyah,1969)h.42
[3]Muhammad Muhammad Abu Zahw, al-hadits wa al-Muhadditsun aw “Inayat al-Ummat al-Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyyah (Mesir : Dar al-Fikr al Araby, tt) h. 353
[4]Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah, h. 44; Nuruddin Atir, Manhaj al –Naqd Fi Ulum al hadits (Damaskus :Dar al-Fikr, 1997), h. 252
[5]Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah, h. 50.
[6]Ibid.,h. 50
[7]Ajjaj al-Khatib, Usul al-hadits, h. 210.
[8]Abu Zahw, Al-amauhaddisun, h. 378
[9]Ibid
[10]Abu Syuhbah, Fi Rihab al Sunnah, h. 57
[11]Ibid
[12]Ahmad Amin, ¬uha al-Islam, jilid II, cet .10 (Beirut : Dar al Kutub al-Arabiy, 1935) h. 133
[13]Ahmad Amin, ¬uha al-Islam,h.
[14]Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah, h. 66.
[15]Ibid., h. 66. Metode ini juga sesuai dengan analisa Prof Dr.H.M.Quraish Shihab, lihat, Abuddin Nata, Metodologi Study Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001) h.190
[16]Nuruddin Atir, anhaj an-Naqd, h. 252
[17]Abu Zahw, Al-hadits wa al-Muhadditsun, h. 399-403, Ahmad Amin, ¬uha al- Islam, hh. 116-118, dan Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 191
[18]Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Kitab hadits ¢ahih yang Enam (terj). Maulana Hasanuddin (Bogor/Jakarta : Pustaka Litera Antamusa, 1991), h. 54.
[19]Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah, h. 58


=============
DAFTAR BACAAN

Amin, Ahmad, ¬uha al-Islam, jilid II, cet .X, Beirut : Dar al Kutub al-Arabiy, 1935

Atir, Nuruddin, Manhaj al –Naqd Fi Ulum al hadits. Damaskus :Dar al-Fikr, 1997.

Khatib, Muhammad Ajjaj, Usul al-hadits, ‘Ulumuhu Wa Mustalahuhu. Beirut : Dar al-Fikr,1966

Nata, Abuddin, Metodologi Study Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001.

Syuhbah, Muhammad Abu, Fi Rihab as-Sunnah al-Kutub al Sahih al-Sittah, Kairo : Majma’al-Buhuts al-Islamiyah,1969

Zahw, Muhammad Abu, al-hadits wa al-Muhaddittsun aw “Inayat al-Ummat al-Islamiyyah bi al-Sunnah al-Nabawiyyah, Mesir : Dar al-Fikr al Araby, tt

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger