A. AKHLAKUL MAHMUDAH
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak dalam Islam ialah sebagaimana Nabi Muhammad Saw yang mempunyai akhlak yang mahmudah (terpuji). Kehebatan akhlak Nabi tiada tandingannya dengan manusia lain. Ilmuan barat mengakui bahwa Nabi Muhammads Saw sebagai manusia nomor 1 di dunia sepanjang masa yang paling berjaya dan berhasil merubah peradaban manusia dari zaman kegelapan kepada zaman Islam . Ketika Siti Aisyah di tanya oleh seorang Arab Baduwi mengenai akhlak baginda, maka beliau menjawab: “Akhlak Rasulullah saw adalah seperti Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jelas di sini, bahwa akhlak Nabi adalah sebagaimana yang dikehendaki oleh Al-Quran. Maka di sini, dinamakan orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah adalah orang yang menjadikan Al-Quran dan Sunnah Nabi sebagai panduan hidupnya dan inilah yang dinamakan akhlak mahmudah (terpuji). Bagi siapa saja yang tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai panduan hidupnya, maka inilah yang dinamakan sebagai akhlak mazmumah (tercela).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan ridha dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”
Adapun ciri-ciri manusia yang berakhlak terpuji antara lain ialah:
B. AKHLAKUL MAZMUMAH
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".
Adapun Sifat-Sifat orang berakhlak tercela ini seperti yang di katakan di atas, di antaranya ialah:
C. ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan: “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
D. RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian dari Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau Saw, sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah Saw, adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain Anas memuji Rasul Saw, : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah Saw. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah Saw. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah Saw, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya: mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Saw,: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi) . Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash, ra, disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
E. KEUTAMAAN AKHLAK
Abu Hurairah ra, mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Nabi Saw, menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, dan Imam Ahmad) .
Tatkala Rasulullah Saw, menasehati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al-Bani) .
Dari Jabir ra, berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) .
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak dalam Islam ialah sebagaimana Nabi Muhammad Saw yang mempunyai akhlak yang mahmudah (terpuji). Kehebatan akhlak Nabi tiada tandingannya dengan manusia lain. Ilmuan barat mengakui bahwa Nabi Muhammads Saw sebagai manusia nomor 1 di dunia sepanjang masa yang paling berjaya dan berhasil merubah peradaban manusia dari zaman kegelapan kepada zaman Islam . Ketika Siti Aisyah di tanya oleh seorang Arab Baduwi mengenai akhlak baginda, maka beliau menjawab: “Akhlak Rasulullah saw adalah seperti Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jelas di sini, bahwa akhlak Nabi adalah sebagaimana yang dikehendaki oleh Al-Quran. Maka di sini, dinamakan orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah adalah orang yang menjadikan Al-Quran dan Sunnah Nabi sebagai panduan hidupnya dan inilah yang dinamakan akhlak mahmudah (terpuji). Bagi siapa saja yang tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai panduan hidupnya, maka inilah yang dinamakan sebagai akhlak mazmumah (tercela).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan ridha dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”
Adapun ciri-ciri manusia yang berakhlak terpuji antara lain ialah:
- Taubat: Taubah ialah suatu ketetapan untuk meninggalkan segala kesalahan dan dosa-dosa besar semata-mata karena Allah, penyesalan dan niat untuk tidak mengulanginya diiringi perbuatan yang serasi dengan apa yang diniatkan(taubat Nasuha).
- Zuhud: Ialah satu corak kehidupan insan mukmin yang mengekang jiwa dari pada segala rupa kesenangan dunia sambil berusaha meninggalkan semua perkara yang tidak baik.
- Taqwa: Taqwa atau takut Allah ialah seorang muslim itu mengenali zat Allah melalui mengenal sifat-sifat Allah dan mempunyai jiwa yang takut akan melakukan perkara dosa atau perkara yang dilarang oleh Islam.
- Mahabbah (cinta Allah dan Rasul): Adalah kasih seorang mukmin kepada Allah dan RasulNya melebihi cintanya dari pada segala apa yang ada di dunia ini yang Melahirkan jiwa insan yang benar-benar mencintai agama dan rela mengorbankan dirinya ke jalan Allah.
- Sabar ialah separuh dari iman. Sabar juga adalah susah untuk dipraktikkan dalam diri seseorang kecuali mukmin yang kuat imannya dan ridha akan segala ujian dari Allah.
- Syukur: ialah seorang mukmin yang senantiasa berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan. Bersyukur kepada Allah ini banyak caranya seperti melaksanakan segala ibadah kepada Allah dengan hati yang ikhlas. Sentiasa memuji Allah dengan menyebut kalimah tayyibah (Perkataan yang baik) seperti Allah Akbar, Subhanallah, Alhamdulillah dan sebagainya.
- Ikhlas: Seorang mukmin yang senantiasa membersihkan amalannya dari pengaruh dikarenakan selain Allah, dinamakan orang yang ikhlas. Setiap amalan ibadah atau pekerjaan agama hendaklah dilaksanakan dengan ikhlas hati, ihsan kepada Allah dengan sebenar-benar ibadah seolah-olah Allah berada dihadapan kita dan kita melihatNya, tetapi walaupun kita tidak melihatNya, maka sesungguhNya DIA melihat kita.
- Tawakal: Ialah menyerahkan segala suatu hal hanya pada Allah setelah berniat dan diikuti dengan usaha. Tawakal juga biasa diartikan sebagai Menyerah diri kepada Allah.
- Ridha dengan qada dan qadar Allah ialah salah satu daripada sifat mahmudah. Segala ketentuan Allah sama ada baik atau buruk diterima dengan syukur atau sabar.
- Mukmin yang senantiasa mengingati mati adalah orang yang pintar, karena mereka sentiasa bersedia untuk mati dengan segala ibadah yang dilaksanakan.
B. AKHLAKUL MAZMUMAH
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)".
Adapun Sifat-Sifat orang berakhlak tercela ini seperti yang di katakan di atas, di antaranya ialah:
- Gemar Makan dan Minum. Hadits Nabi saw yang artinya: “Yang terlebih Afdhal (utama) pada Allah swt ialah orang yg banyak berlapar dan banyak tafakur (berfikir sambil meneliti) Dan Allah sangat benci kepada orang yang banyak makan, banyak tidur dan banyak minum”.
- Banyak berbicara tentang hal-hal yang sia-sia, menggunjing, berbual-bual dan bergosip merupakan suatu perbuatan orang yang lalai. Seperti mencaci orang, menfitnah, membincangkan hanya tentang kepentingan dunia dan perkara tersebut tanpa faedah sama sekali. Firman Allah Swt: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, melainkan bisikan-bisikan daripada yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat kebaikan, dan mendamaikan manusia”. (An-Nisa : 114)
- Marah diakibatkan karena kurang kesabaran dalam menghadapi suatu keadaan. Orang yang demikian, selalu didorong oleh pengaruh Syaitan yang ingin merusakkan iman dan dirinya.
- Hasad dengki, dan iri hati ialah seseorang yang selalu merasa kurang senang dengan nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain, lalu mengharapkan nikmat itu terhapus daripadanya. Sebagaimana Hadits Nabi Saw: “Hasad itu memakan (memusnahkan) kebaikan , sebagaimana api memakan (membakar) kayu.”
- Contoh sifat Cinta kepada harta ialah: Seseorang yang memiliki harta dan kemewahan hidup. Tetapi kemewahan yang membawa kepada sifat bakhil, tamak loba dan juga mubazir. Itu semua dibenci oleh Islam.
- Takabur, banyak penyebab untuk melahirkan sifat ini. Diantaranya ialah seperti nasab keturunan, kuasa pemerintahan, kekayaan, kelebihan ilmu, banyak pengikut dan banyak ibadah.
- Riya, orang yang riya juga digolongkan sebagai sifat tercela. Untuk menarik pandangan orang dengan menampakkan pelbagai amalan yang baik, dan itu dilakukan semata-mata menginginkan pujian, pangkat atau kedudukan, itu disebut dengan riya.
- Ujub sangat berkaitan dengan takabur dan riya. Ujub berarti merasa bangga dengan keistimewaan dan kelebihan diri sendiri. Kecantikan, kepandaian, dan kekayaan sering menimbulkan sifat ini.
- Orang yang Cinta akan Dunia ialah orang yang mempunyai hati yang senantiasa berpaut kepada kehidupan dan kesenangan duniawi semata yang pasti membuatnya melupakan Akherat. Firman Allah Swt: “Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia adalah permainan, senda gurau, perhiasan, untuk bermegah-megah diantara kamu dan berlomba-lomba dalam mengumpul harta kekayaan dan anak pinak.”(Al-Hadid : 20)
C. ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan: “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
D. RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian dari Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau Saw, sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah Saw, adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain Anas memuji Rasul Saw, : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan Rasulullah Saw. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau Rasulullah Saw. Selama sepuluh tahun saya melayani Rasulullah Saw, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya: mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Saw,: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi) . Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash, ra, disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”
E. KEUTAMAAN AKHLAK
Abu Hurairah ra, mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Nabi Saw, menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, dan Imam Ahmad) .
Tatkala Rasulullah Saw, menasehati sahabatnya, beliau menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).
Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al-Bani) .
Dari Jabir ra, berkata : Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) .
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
0 comments:
Post a Comment