Studi Morfologi Bahasa

Studi morfologi membantu kita dalam menjelaskan kaitan-kaitan sintaksis antar kata dalam kalimat, menganalisis bentuk intern kata, dan menentukan morfem-morfem yang melekat pada setiap jenis kata, baik di awal, di tengah ataupun di akhir kata.
  • 1. Menjelaskan kaitan-kaitan sintaksis dalam kalimat:
Kaitan-kaitan sintaksis antarkata dalam kalimat ada 3 (tiga), yaitu:
  1. mauqi’iyah (posisi)
  2. tadhâm (paduan/gabungan) 
  3. istibdal (substitusi).
Kita ambil contoh: seseorang yang tidak mengetahui bahasa Arab, tetapi ia ingin mempelajarinya. Apabila dia tidak mengetahui jenis-jenis morfologi bagi setiap kata berikut: جرى , رجل, حصان dan ذكي, maka dia akan mendapat kesulitan dalam menganalisis suatu kalimat yang mengandung kata-kata itu atau mencakup sebagiannya. Adapun, apabila dia mengetahui jenis morfologinya, maka hal ini akan membantu dia dalam menganalisis kalimat yang mencakup kata-kata tersebut atau beberapa kata itu.

Dengan demikian , dia akan mampu menganalisis kalimat berikut:
(ب)
(أ)
جرى حصان
1- جرى رجل
جرى حصان ذكي
2- جرى رجل ذكي
جرى حصان (- ذكي)
3- جرى رجل (+ ذكي)

Apabila kita perhatikan contoh-contoh dalam nomor 1, maka dapati bahwa kedua kalimat (A) dan (B) itu benar, karena جرى adalah fi’il dan masing-masing رجل dan حصان adalah isim. (isim bergabung ke dalam fi’il). Atau isim diisnadkan kepada fi’il, maka hal itu dapat menghasilkan jumlah fi’liyah yang terdiri atas fi’il dan fail.


Adapun, apabila kita perhatikan contoh-contoh dalam nomor 2, maka kita dapati bahwa kata ذكي terletak sesudah fâ’il dalam contoh (A) dan (B). Kata ini berkategori sifat (adjektiva), sedangkan sifat bergabung kepada isim sebe-lumnya berdasarkan empat syarat, yaitu 1)’adad 2) jenis 3) ta’yin dan 4) alamat i’rab. Oleh karena kata ذكي merupakan sifat, maka ia mensifati kata رجل dalam contoh (2A) dengan kata ذكي . Karena itu, hubungan antara keduanya positif (+). Akan tetapi kata sifat ini tidak dapat bergabung dengan kata حصان, apabila kita menggantinya dengan kata رجل seperti terdapat dalam contoh (2B). Oleh karena itu, kaitan antara حصان dengan ذكي merupakan kaitan yang negatif (-). Yang menentukan hubungan positif dan negatif dalam pemaduan antara kata-kata itu adalah pertama jenis morfologis dan kedua makna leksikal. Dari sini, dapat dikemukakan bahwasanya kata رجل tidak dapat diganti dengan kata حصان untuk pemakaian kata sifat yang sama, yaitu (ذكي).

Dari sajian ini, jelaslah bagi kita pentingnya menjelas-kan jenis morfologi kata dalam bahasa tertentu.

Kategori morfologi dalam bahasa Arab meliputi isim, fi’il, sifat, zaraf, dhamir, khawalif, dan adat.
  • 2. Menentukan morfem-morfem terikat yang melekat pada sebuah kata, baik di awal, di tengah ataupun di akhir kata:
Sesungguhnya menjelaskan jenis/kategori morfologis dapat membantu kita dalam menentukan morfem-morfem terikat yang melekat pada kata-kata. ال merupakan awalan pada kata isim (nomina) dan sifat (adjektiva); حروف المضارعة menjadi awalan pada fi’il (verba). Demikian pula لا النافية أو الناهية ولم terletak sebelum fi’il. التنوين menjadi akhiran pada أواخر الاسم المتمكن الأمكن . Dan الجر بالكسرة menjelaskan bahwa kata itu adalah isim, sedangkan الجزم بالسكون menjelaskan bahwa kata tersebut adalah fi’il. Demikian seterusnya.

  • 3. Menganalisis bentuk intern kata:
Sesungguhnya studi wazan-wazan sharf (pola-pola mor-fologi) yang mujarrad (3 huruf murni) dan mazid (3 huruf bertambah), i’lal, ibdal dan wazan-wazan sharf yang berkaitan dengan itu – mencerminkan bidang yang subur untuk menganalisis konstruksi intern kata. Ini berarti bahwa sharf (morfologi) mengkaji pembagian kata ke dalam kata dasar/asal mujarradah) dan kata berimbuhan/jadian (mazidah), kemudian menjelaskan morfem-morfem terkait dan perubahan-perubahan yang terjadi pada akar kata/berimbuhan (mazidah), seperti:
كتب واكتب وكاتب واستكتب وكتّب 

Dan apabila kata/kata dasar ber’illat, seperti قال, maka yang termasuk ruang lingkup morfologi adalah menelusuri perubahan yang terjadi pada الألف (الفتحة الطويلة pada قال , seperti

قال يقول قولا ....أقال يقيل وقام يقوم وأقام يقيم .

Juga, morfologi berkepentingan untuk menjelaskan morfem-morfem yang menunjukkan 1) ‘adad (numeralia), yaitu tatsniyah/mutsanna (dualis) dan jamak, 2) jenis, yaitu ta’nis (feminin) dan tadzkir (maskulin), dan 3) i’rab, yaitu berbagai alamat/tanda i’rab.


B.Ruang Lingkup Kajian Morfologi
Ruang lingkup kajian morfologi terfokus pada ilustrasi penjelasan tentang jenis-jenis kata secara morfologis dalam bahasa tertentu, karakteristik-karakteristik bagi setiap jenis kata secara fungsional dan identifikasi bentuk-bentuk setiap kategori morfologis.
  • 1.Ilustrasi jenis-jenis kata secara morfologis:
Ada beberapa bahasa yang membedakan jenis-jenis kata secara morfologis, seperti bahasa Cina dan bahasa Vietnam.

Akan tetapi kebanyakan bahasa membedakan berbagai jenis kata secara morfologis.

Dalam bahasa Arab jenis-jenis/kategori-kategori morfologis dapat dibagi ke dalam kategori isim (nomina), fi’il (verba), dhamir (pronominal), sifat (adjektiva), zaraf (adverbia) dan adapt (partikel). Pembagian ini mengacu kepada 4 (empat) prinsip, yaitu:
  • makna setiap kategori; isim maknanya menunjukkan sesuatu, seperti alam (nama diri) atau aksi, seperti mashdar atau jenis; dari jenis ini terdapat jenis isim jamak, seperti عرب dan isim jamak, seperti ابل ; atau menunjukkan isim mubham, yaitu isim yang menunjukkan jihat (aspek) waktu, mizan (timbangan), mikyal (takaran), miqyas (ukuran) dan ‘adad (numeralia). Fi’il maknanya menunjukkan hadats (aksi) dan zaman; dhamir menunjukkan syakhs mutakallim (persona pertama), hadhir (persona kedua), dan ghaib (persona ketiga); sifat menunjukkan mausuf; dan zaraf mengungkapkan makna jihat. Adat berfungsi untuk menghubungkan satu kata dengan kata lainya dalam kalimat.
  • Bentuk khusus setiap kategori morfologis; isim memiliki bentuk yang berbeda dengan fi’il dan masing-masing dari kedua bentuk itu berbeda pula dalam bentuk dhamir.
  • Karakteristik-karakteristik setiap kategori morfologis; bisa terjadi satu bentuk morfologis berhomonim dalam mengungkapkan lebih dari satu kategori morfologis, seperti shigat فعل mungkin menunjukkan isim, seperti pada جمل dan mungkin pula menunjukkan sifat, seperti padaحسن .
Untuk membedakan kategori-kategori morfologis yang diungkapkan dengan satu shigat, kita bersandar pada tabel yang disebut tabel inflek-si/deklinasi (جداول التصريف) . Jadwal tashrif ada 3 (tiga), yaitu:
  • jadwal ilsaq (table afiksasi), yaitu yang menjelaskan morfem-morfem terkait yang melekat pada isim atau pada fi’il;
  • jadwal isytiqaq (table derivasi), yaitu jadwal yang menjelaskan kaitan isytiqaq antara satu sigat dengan sigat lainnya, seperti: fi’il, isim fâ’il, isim maf’ul, sigat mubalagah, dan isim tafdil;
  • jadwal isnad (tabel predikasi), yaitu predikasi (penyandaran) shigat sharfiyah (bentuk morfologis) yang menerima isnad sesuai dengan syakhs (mutakallim, mukhatab, dan ghaib).
Demikianlah, jadwal-jadwal ini dipakai untuk menen-tukan kategori kata secara morfologis – yang shi-gat/bentuknya tidak membantu kita dalam hal itu. Kata باع manakala tidak diberi harakat di akhirnya (ساكنة الآخر) sulit ditentukan jenis/kategori morfologisnya. Oleh karena itu, kita bersandar kepada tabel-tabel ini untuk menjelaskan kategorinya secara morfologis.

1. jadwal ilsaq, melalui morfem-morfem terikat yang melekat pada isim atau fi’il, ia menjelaskan kategorinya/jenisnya secara morfologis (morpho-logical scatter).
Morphological scatter:
(2)
(1)
باع
باع
-
الباع
باعت
الباعة
لم يبع، لن نبيع
_
بع
_
Rangkuman:
  1. Jadwal nomor 1 menjelaskan morfem-morfem yang diterima oleh isim.
  2. Jadwal nomor 2 menjelaskan morfem-morfem yang diterima oleh fi’il
  3. Kata-kata dalam jadwal nomor 1 adalah isim; yang tercantum dalam jadwal nomor 2 adalah fi’il.
2. jadwal isytiqaq: infleksi (tashrif) kata dalam jadwal ini menjelaskan bahwa kata itu adalah fi’il atau sifat. Maka apabila kata tersebut berupa isim, maka ia tidak dapat dimasukkan dalam jadwal ini (conju-gation table).
ماض :
باع
صفة مشبهة – الفعل المتعدى
مضارع :
يبيع
أفعال التفضيل – الفعل المتعدى
أمر :
بع
اسم فاعل :
بائع
اسم المفعول :
مبيع

3. jadwal isnad; masuknya kata-kata dalam jadwal ini berarti bahwa kata-kata tersebut termasuk fi’il

ماض
مضارع
متكلم
بعت
أبيع
مخاطب
بعت
تبيع
مخاطبة
بعت
تبيعين
غائب
باع
يبيع
غائبة
باعت
تبيع
مخاطبان/غائبان بعتما/باعا تبيعان/يبيعان(1)

4. Fungsi nahwu (sintaksis) yang terkandung dalam setiap unsur sharfi (morfologis): fungsi ini men-cakup – seperti telah kami jelaskan sebelumnya – mauqi’ (posisi), tadhâmm, dan istibdal (substitusi).

Ketiga faktor ini memberikan andil secara simultan dalam menentukan fungsi sintaksis bagi kategori mor-fologis. Misalnya, isim terletak sebelum isim lainnya dalam jumlah ismiyah (kalimat nominal). Dalam hal ini, kita jadikan salah satunya sebagai mubtada (subjek/pokok kalimat) dan yang lainnya sebagai khabar (predikat-/sebutan), seperti أخي مهندى . Isim bisa terletak setelah fi’il untuk menjadi fa’ilnya, seperti: أكل الولد . Adapun sifat terletak setelah isim mausufnya dengan syarat harus ada persesuaian antara keduanya (sifat dan mausufnya) dalam adad, jenis, ta;yin, dan alamat i’rab. Oleh karena itu, kita katakan: الولد الطويل مسرع , جاء الولد الطويل dan seterusnya.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger