Laporan Kasus : Stroke HEMORAGIK


BAB I
PENDAHULUAN

Stroke adalah penyakit serebrovaskular yangsering ditemukan di negara maju, saat ini juga banyak terdapat di negara berkembang salah satunya di negara Indonesia. Satu diantara enam orang di dunia akanterkena stroke. Masalah stroke di Indonesia menjadi semakin penting karena di Asia menduduki urutan pertama dengan jumlah kasusnya yang semakin banyak.
Penyakit stroke merupakan salah satu dari penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya morbiditas dan mortalitas dalam waktu yang bersamaan, dimana di Indonesia peningkatan kasus dapat berdampak negatif terhadap ekonomi dan produktivitas bangsa, karena pengobatan stroke membutuhkan waktu lama dan memerlukan biaya yang besar.1
Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitustroke iskemik akibat berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli), dan hemoragik akibat perdarahan.2
Darah yang keluar dan menyebar menuju jaringanparenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh otak yang dikenal dengan stroke hemoragik. Tahun 2020 diprediksi terdapat sekitar 7,6 juta penduduk akan mengalami mortalitas akibat penyakit stroke dan 15% kasus terjadi pada usia muda dan produktif.
          Stroke masih merupakan penyebab utama invaliditas kecacatan sehingga orang yangmengalaminya memiliki ketergantungan pada orang lain – pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang diakibatnya cukup tinggi. 3
            Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 – 15% dari seluruh stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark cerebral. Literature lain menyatakan 8 – 18% dari stroke keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian retrospektif terbaru menemukan bahwa 40,9% dari 757 kasus stroke adalah stroke hemoragik. Namun pendapat menyatakan bahwa peningkatan presentase mungkin dikarenakan peningkatan kualitas pemeriksaan seperti ketersediaan CT scan, taupun peningkatan penggunaan terapeutik agen platelet dan warfarin yang dapat menyebabkan perdarahan.4













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  1. DEFINISI
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.5

B.     EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan.2Sekitar 0,2% dari populasi barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total kematian per tahunnya.6
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana 10-15% merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik.Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-80% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50% meninggal pada48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% kali-laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome yang lebih buruk.2

C.    ETIOLOGI
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu: 7
Ø  Perdarahan intraserebral primer(hipertensif)
Ø  Ruptur kantunganeurisma
Ø  Ruptur malformasi arteri dan vena
Ø  Trauma (termasuk apopleksi tertunda paskatrauma)
Ø  Kelainan perdarahan seperti leukemia, anemia aplastik, ITP, gangguan fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan, hipofibrinogenemia, danhemofilia.
Ø  Perdarahan primer atau sekunder dari tumorotak.
Ø  Septik embolisme, myotikaneurisma
Ø  Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Ø  Amiloidosisarteri
Ø  Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, dan acute necrotizing haemorrhagicencephalitis.


D.    FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik dijelaskan dalam tabel berikut.8
Faktor Resiko
Keterangan
Umur
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadipadamerekayang65keatas.Risikostrokeadalah
dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
Hipertensi
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan, atherothrombotik, dan stroke lakunar, menariknya, risiko stroke pada tingkat hipertensi sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia menjadi kurang kuat, meskipun masih penting dan bisa
diobati, faktor risiko ini pada orang tua.
Seks
Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada
laki-laki berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum usia 65.

Riwayat keluarga
Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-laki dizigotik yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk stroke. Pada 1913 penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan tiga kali lipat peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu kandungnya meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki tanpa riwayat ibu yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga tampaknya berperan dalam kematian stroke antara populasiKaukasia
kelas menengah atas di California.
Diabetes mellitus
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia serebral melalui percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokalpada
mikrosirkulasi serebral.
Penyakit jantung
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi jantungnya normal.

Penyakit Arteri koroner         :
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difus  vaskular aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural karena miocard infarction.
Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi : Berhubungan dengan meningkatnya kejadian stroke Fibrilasi atrial :
Sangat  terkait  dengan  stroke  emboli  dan  fibrilasi  atrial
karena penyakit jantung rematik; meningkatkan risiko stroke sebesar 17 kali.



Lainnya :
Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum atrium, aneurisma septum atrium, dan lesi
aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta.
Karotis bruits
Karotis bruits menunjukkan peningkatan risiko kejadian
stroke, meskipun risiko untuk stroke secara umum, dan tidak untuk stroke khusus dalam distribusi arteri dengan bruit.
Merokok
Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi, menunjukkan bahwa merokok jelas menyebabkan peningkatan  risiko  stroke   untuk   segala   usia   dan   kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan jumlah batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok mengurangi risiko, dengan resikokembali seperti
bukan perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian.

Peningkatan hematokrit
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan   adalah   dari   isi    sel    darah    merah;  plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia, hyperfibrinogenemia, atau paraproteinemia, biasanya menyebabkan gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauh kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit akibat trombositosis.Perdarahan Intraserebral dan subarachnoid kadang-kadang dapat terjadi.
Peningkatan tingkat fibrinogen dan kelainan
system pembekuan
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk stroke trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat, seperti antitrombin III dan kekurangan protein
C serta protein S dan berhubungan dengan vena thrombotic.



               

























E.     PATOGENESIS
1.    Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan.8
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguanperdarahan,dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral.8

2.    Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala.Namun, perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai stroke.
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh.Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri.Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.8
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang.Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang.arteri kemudian dapat melemah dan pecah.8

F.     PATOFISIOLOGI STROKEHEMORAGIK
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversibel terjadi setelah tujuh hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas (stroke).Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.9
Dengan menambah Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glutamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca2+.9
Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor, dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan.Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darahtersebut.9
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia, dan hemineglect.
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu.Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem limbik.
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori.
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di talamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik.
Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua eksteremitas dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteribasilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan:



-        Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf vestibular).
-        Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia (traktuspiramidal).
-        Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anastesia) di bagian wajah ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus [V] dan traktusspinotalamikus).
-        Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus salivarus), singultus (formasioretikularis).
-        Ptosis, miosis, dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan persarafansimpatis).
-        Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus [X]). Paralisis otot lidah (saraf hipoglosus [XII]), mulut yang jatuh (saraf fasial [VII]), strabismus (saraf okulomotorik [III], saraf abdusens[V]).
-        Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh (namun kesadaran tetapdipertahankan).
G.    GEJALA KLINIS
Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel.4
Defisit neurologis fokal.Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotongbidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri.4
Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi batang otak.Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.4,10
Ø  Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba.Di sekitar setengah dari jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas.Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai perdarahan.Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh.Orang mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung.Visi dapat terganggu atau hilang.Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk menit.4,10
Ø  PerdarahanSubaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut:4,10
·         Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang disebut sakit kepalahalilintar)
·            Sakit pada mata atau daerahfasial
·            Penglihatan ganda
·            Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.4,10
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah dan mencapai puncak dalam beberapa detik.Hal ini sering diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat.Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit.Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan sulit untuk dibangunkan.4,10
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 4
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut:
·              Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (palingumum)
·                Kehilangan sensasi pada satu sisitubuh
·                Kesulitan memahami dan menggunakanbahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa menit atau jam.Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama. Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius lainnya, seperti: 4.10
·              Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di  sekitar  otak (cairan serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk, kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat meningkatkan risiko koma dankematian.
·              Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian,jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu.
·              Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.

H.    DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak.3
Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada pasien stroke dengan perdarahanintraserebral.11
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.4
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis.Pencitraan otak adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis kedaruratan.Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak, dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang dapat digunakan.4



CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dari stroke iskemik.Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.4
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik.MRI dapat mengidentifikasi malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang menyebabkanperdarahan.
 

I.       PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan di Ruang GawatDarurat
Ø  Evaluasi cepat dandiagnosis
Ø  Terapi umum(suportif)
Ø  stabilisai jalan napas dan pernapasan
Ø  stabilisasihemodinamik/sirkulasi
Ø  pemeriksaan awal fisikumum
Ø  pengendalian peninggianTIK
Ø  penanganan transformasihemoragik
Ø  pengendaliankejang
Ø  pengendalian suhutubuh
Ø  pemeriksaanpenunjang
2.     Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral(PIS)
Terapi medik pada PIS akut:
a.       Terapi hemostatik 3
-        Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat haemostasis yang dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor VIII replacement dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yangnormal.
-        Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efekmenguntungkan.
-        Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly- significant, tapi tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari 3jam.
b.  Reversal of anticoagulation3
-        Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
-        Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K dependent coagulation factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
-        Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg pada pasien PIS yang memakai warfarin dapat menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan coagulation-factor replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapajam.
-        Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight heparin diberikan Protamine Sulfat, dan pasien dengan trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, ataukeduanya.
-        Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat dapat dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya perdarahan.
c.  Tindakan bedah pada PIS berdasarkan EBM
-        Keputusan mengenai apakah dioperasi dan kapan dioperasi masih tetap kontroversial.
-        Tidak dioperasi bila: 3
-        Pasien dengan perdarahan kecil (<10cm3) atau defisit neurologis minimal.
-        Pasien dengan GCS <4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan intraserebral disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk lifesaving.

-        Dioperasi bila: 3
-        Pasien dengan perdarahan serebelar >3cm dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnyadibedah.
-        PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma malformasi AV atau angioma cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome yang baik dan lesi strukturnyaterjangkau.
-        Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang s/d besar yang memburuk.
-        Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia muda dengan perdarahan lobar yang luas (>50cm3) masih menguntungkan.
B.   Penatalaksanaan Perdarahan SubArakhnoid
1.    Pedoman Tatalaksana 3
a.        Perdarahan dengan tanda-tanda Grade I atau II (H&HPSA):
-        Identifikasi yang dini dari nyeri kepala hebat merupakanpetunjuk untuk upaya menurunkan angka mortalitas danmorbiditas.
-        Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30 dalam ruangan dengan lingkungan yang tenang dan nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
-        Hati-hati pemakaian obat-obatsedatif.
-        Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan- kelainan neurologi yang timbul.
b.        Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih intensif:3
-        Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang gawatdarurat.
-        Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas yangadekuat.
-        Bila ada tanda-tanda herniasi maka dilakukanintubasi.
-        Hindari pemakaian sedatif yang berlebhan karena aanmenyulitkan penilaian statusneurologi.
2.    Tatalaksana pencegahan vasospasme3
a.        Pemberian nimodipin dimulai dengan dosis 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3 atau secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari. Pemakaian nimodipin oral terbukti memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh vasospasme. Calcium antagonist lainnya yang diberikan secara oral atau intravena tidakbermakna.
b.        Pengobatan dengan hyperdinamic therapy yang dikenal dengan triple H yaitu hypervolemic-hypertensive-hemodilution, dengan tujuan mempertahankan “cerebral perfusion pressure” sehinggadapat
mengurangi terjadinya iskemia serebral akibat vasospasme. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan ulang pada pasien yang tidak dilakukan embolisasi atau clipping.
c.        Fibrinolitik intracisternal, antioksidan, dan anti-inflamasi tidak begitu bermakna.
d.        Angioplasty transluminal dianjurkan untuk pengobatan vasospasme pada pasien-pasien yang gagal dengan terapikonvensional.
e.        Cara lain untuk manajemen vasospasme adalah sebagaiberikut:
-      Pencegahanvasospasme:
·        Nimodipine 60 mg per oral 4 kalisehari.
·        3% NaCl IV 50 mL 3 kalisehari.
·        Jaga keseimbangancairan.
-      Delayedvasospasm:
·        Stop Nimodipine, antihipertensi, dandiuretika.
·        Berikan 5% Albumin 250 mLIV.
·        Pasang    Swan-Ganz    (bila    memungkinkan),    usahakan    wedge pressure 12-14mmHg.
·        Jaga cardiac index sekitar 4L/menit/m2.
·        Berikan Dobutamine 2-15µg/kg/menit.
3.    Antifibrinolitik
Obat-obat anti-fibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang.Obat-obat yang sering dipakai adalah epsilon aminocaproic acid dengan dosis 36 g/hari atau tranexamid acid dengan dosis 6-12 g/hari.3
4.    Antihipertensi 3
a.       Jaga Mean Arterial Pressure (MAP) sekitar 110 mmHg atau tekanan darah sistolik (TDS) tidak lebih dari 160 dan tekanan darah diastolic (TDD) 90 mmHg (sebelum tindakan operasi aneurismaclipping).
b.       Obat-obat antihipertensi diberikan bila TDS lebih dari 160 mmHg dan TDD lebih dari 90 mmHg atau MAP diatas 130mmHg.
c.       Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetalol (IV) 0,5-2 mg/menitsampaimencapaimaksimal20mg/jamatauesmololinfuse
dosisnya 50-200 mcg/kg/menit. Pemakaian nitroprussid tidak danjurkan karena menyebabkan vasodilatasi dan memberikan efek takikardi.
d.       Untuk menjaga TDS jangan meurun (di bawah 120 mmHg) dapat diberikan vasopressors, dimana hal ini untuk melindungi jaringan iskemik penumbra yang mungkin terjadi akibatvasospasme.
5.    Kejang
Resiko kejang pada PSA tidak selalu terjadi, sehingga pemberian antikonvulsan tidak direkomendasikan secara rutin, hanya dipertimbangkan pada pasien-pasien yang mungkin timbul kejang, umpamanya pada hematom yang luas, aneurisma arteri serebri media, kesadaran yang tidak membaik.Akan tetapi untuk menghindari risiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang, diberikan anti konvulsan sebagai profilaksis.3
Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau IV.Initial dosis 100 mg oral atau IV 3 kali/hari.Dosis maintenance 300-400 mg/oral/hari dengan dosis terbagi.Benzodiazepine dapat dipakai hanya untuk menghentikan kejang.3



















DAFTAR PUSTAKA
1.    Kementerian kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.  http://www.depkes.go.id/download.ptm.pdf.
2.    World Health Organization. 2011. The Top 10 Causes of Death in The World, 2000 and 2011. WorldHealthOrganization. (2014).Stroke,Cerebrovascular Accident.  http://www.who.int/topics.
3.     Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta,2007.
4.     Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. http://emedicine.medscape.com.
5.      Price, Sylvia A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed.6.EGC, Jakarta. 2006
6.      Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan,2003
7.     Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology. Edisi 8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular Disease. McGraw Hill: New York,2005.
8.     Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New York. Thieme Stuttgart.2000.
9.     Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC: Jakarta,2007.
10.  MERCK, 2007. Hemorrhagic Stroke. Diperoleh dari:http://www.merck.com.html.
11.  Samino. Perjalanan Penyakit Peredaran Darah Otak. FK UI/RSCM, 2006. Diunduh





BAB III
PEMBAHASAN KASUS
  1. Identitas Pasien
  1. Nama                           : Sepiah Ahmad
  2. Umur                           : 40 Tahun
  3. Jenis Kelamin              : perempuan
  4. Alamat                                    : Takengon
  5. Agama                         : Islam
  6. Status Perkawinan      : Kawin
  7. Tanggal Masuk RS      : 30-10-2018
  8. No Rekam Medis        : 035xxx

  1. Anamnesis
Ø  Autoanamnesis

a.       Keluhan Utama
Ø  Penurunan kesadaran
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 10 jam sebelum dibawa ke rumah sakit. Keluhan ini terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang aktivitas.  Riwayat nyeri kepala ( +), muntah (+), kejang (-)

Riwayat Penyakit Dahulu
Ø  Hipertensi (-)
Ø  Diabetes mellitus (-)
Ø  Trauma kepala (-)
Ø  Stroke (-)
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Ø  Hipertensi (-)
Ø  Diabetes mellitus (-)
Ø  Stroke (-)
Ø  Penyakit jantung (-)
d.      Riwayat Kebiasaan
Ø  Merokok (-)
Ø  Konsumsi alcohol (-)

  1. Pemeriksaan Fisik
  1. Vital Sign
Ø  Tekanan Darah      : 150/100 mmHg
Ø  Nadi                      : 92 x/menit
Ø  Pernafasan             : 24 x/menit
Ø  Suhu                      : 36,6 ˚c
  1. Status Internus
Ø  Kulit                      : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar
Ø  Kepala                   : Mesosefal
Ø  Mata                      : Pupilàisokor (3mm/3mm)
  Congjungtiva palpebraàpucat (-/-)
  SkleraàIkterik (-/-)
Ø  Hidung                  : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar
  Nafas cuping hidung (-)
  Deformitas (-)
  Septum deviasi (-)
  Konka hiperemis (-)
  Pembesaran konka (-)
  Sekret (-)
Ø  Mulut                    : Sudut mulut kanan dan kiri tidak simetris
 lembab (-), sianosis (-), karies gigi (-), lidah   
kotor (-), hiperemis (-)

Ø  Leher                     :kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-)
                                Pembesaran kelenjar getah bening (-)
  Deviasi trakea (-)
  Otot bantu pernafasan (-)





Ø  Thorax :
Paru
Dextra
Sinistra
Depan
1.   Inspeksi

2.   Palpasi



3.   Perkusi


4.   Auskultasi


Simetris, statis, dinamis

Nyeri tekan (-)
Pelebaran ICS (-)
Stem fremitus dextra=sinistra

Sonor di seluruh lapang  paru
Suara dasar vesikuler

Ronki (-)
Wheezing (-)

Simetris, statis, dinamis

Nyeri tekan (-)
Pelebaran ICS (-)
Stem fremitus dextra=sinistra

Sonor di seluruh lapang  paru
Suara dasar vesikuler

Ronki (-)
Wheezing (-)
Belakang
1.      Inspeksi

2.      Palpasi



3.      Perkusi

4.      Auskultasi


Simetris, statis, dinamis

Nyeri tekan (-)
Pelebaran ICS (-)
Stem fremitus dextra=sinistra

Sonor di seluruh lapang  paru

Suara dasar vesikuler
Ronki (-)
Wheezing (-)

Simetris, statis, dinamis

Nyeri tekan (-)
Pelebaran ICS (-)
Stem fremitus dextra=sinistra

Sonor di seluruh lapang  paru

Suara dasar vesikuler
Ronki (-)
Wheezing (-)


Ø  Jantung
Inspeksi           : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi             : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea midclavicula  sinistra
Perkusi :
·        batas atas                     : ICS II lin.parasternal sinistra
·        pinggang jantung        : ICS III parasternal sinsitra
·        batas kanan bawah      : ICS V lin.sternalis dextra.
·         batas kiri bawah          : ICS V 2 cm ke arah medial midclavicula sinistra
       Auskultasi        :  Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Ø  Abdomen
Inspeksi           : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar
Auskultasi       : Bising usus (+) normal
Perkusi            : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-)
  Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi             : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba

3.  Status Neurologi
a.  kesadaran           : somnolen
b. Nervus Kranial
Ø  N I (Olfactorius)
Daya penciuman : Kanan ( tidak bisa  di nilai )
                              Kiri ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N II (Optikus)
Daya Penglihatan  : ( tidak bisa  di nilai )
Lapangan pandang : ( tidak bisa  di nilai )
Pengenal warna     : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N III (Oculomotorius)
Bentuk                  : Kanan (normal), Kiri (normal)
Ukuran                  : Kanan (3mm), Kiri (3mm)
Gerakan bola mata : ( tidak bisa  di nilai )
Diplopia                : (-/-)
Reflek pupil direct : (+/+)
Reflek pupil indirect : (+/+)

Ø  N IV (Throclearis)
Gerakan bola mata : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N V (Trigeminus)
·         Motorik :   Menggigit ( tidak bisa  di nilai )
Mengunyah ( tidak bisa  di nilai )
Membuka mulut ( tidak bisa  di nilai )
·         Sensorik : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N VI (Abducens)
Gerakan bola mata : Lateral ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N VII (Fasialis)
Sikap wajah saat istirahat  :  simetris
Sudut bibir                                    : simetris
Angkat alis                        :  simetris
Kerut dahi                         : ( tidak bisa  di nilai )
Menggembungkan pipi     : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N IX (Glossofaringeus)
Daya perasa           : ( tidak bisa  di nilai )
Reflek Muntah      : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N X (Vagus)
Arkus faring          : Simetris
Reflek menelan     : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N XI (Accesorius)
Memalingkan kepala         : ( tidak bisa  di nilai )
Angkat bahu                     : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  N XII (Hipoglossus)
Artikulasi                          : ( tidak bisa  di nilai )
Menjulurkan lidah             : ( tidak bisa  di nilai )
Tremor Lidah                    : (-)
Lidah istirahat medial
4.Rangsangan meningeal
Ø  Kaku kuduk                      : (-)
Ø  Brudzinski I                      : (-)
Ø  Brudzinski II                     : (-)
Ø  Kernig sign                        : (-)
Ø  Laseque                             : (-)
5.      Ekstremitas
a.       Gerakan
Ø  Tangan                              : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  Kaki                                  : ( tidak bisa  di nilai )
b.      Kekuatan Otot
Ø  Tangan                              : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  Kaki                                  : ( tidak bisa  di nilai )
Ø  Lateralisasi ke kanan
c.       Tonus
Ø  Tangan                              : Kanan (Normotoni), Kiri (Normotoni)
Ø  Kaki                                  : Kanan (Normotoni), Kiri (Normotoni)
d.      Trofi
Ø  Tangan                              : Kanan (Normotrofi), Kiri (Normotrofi)
Ø  Kaki                                  : Kanan (Normotrofi), Kiri (Normotrofi)
6.      Reflek Fisiologis
a.       Biceps                                     : Kanan (++), Kiri (++)
b.      Triceps                                     : Kanan (++), Kiri (++)
c.       Patella                                     : Kanan (++), Kiri (++)
d.      Achilles                                   : Kanan (++), Kiri (++)
7.      Reflek Patologis
a.       Hofman tromer                       : (-)
b.      Babinski                                  : (+)
c.       Chaddock                               : (+)
d.      Gordon                                    : (+)
e.       Openheim                                : (-)
Skor siriraj : (2,5xS) + (2xM) + (2xN) + (0,1xD) – (3xA) – 12
            ( 2,5X 1) + (2X 1) + ( 2X 1) + (0,1X100) – ( 3X 0)- 12 = 4,5 ( stroke perdarahan)
  1. Pemeriksaan Penunjang
1.               Darah rutin
2.               KGD
3.               Profil lipid
4.               Head CT-San
5.               Foto thorax 



  1. Diagnosa
a.       Diagosa                             : Hemiparese dektra e.c DD
-          Stroke hemoragik
-          Stroke non hemoragik


  1. Terapi
a.       Head up 30 0
b.      02 2-44 L/i
c.       NGT, kateter
d.      IVFD RL 20 gtt/i
e.       Injeksi citicolin 500 mg/12 jam
f.       Paracetamol  X 1000 mg

  1. Diagnosa Akhir
Ø  Stroke Hemoragik ( perdarahan di hipotalamus )

Follow Up Day 1
31 Oktober 2018
S/         - penurunan kesadaran
O/        Kesadaran                   : somnolen
            Tekanan darah             : 150/100 mmHg
            HR                              : 92 x/i
            RR                               : 22 x/i
            T                                  : 36,4 ˚C
           
A/        Stroke  Hemoragik DD store non hemoragik
Th/       Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         NGT, kateter
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         Injeksi citicolin 500 mg/12 jam
·         Paracetamol  X 1000 mg

Follow Up Day 2
 1-11-2018
S/         - penurunan kesadaran sudah membaik
O/       
            Tekanan darah             : 1449/90 mmHg
            HR                              : 88 x/i
            RR                               : 22 x/i
            T                                  : 36,3 ˚C
            Hasil head CT- scan : perdarahan hipotalamus kiri volume 34,11 cc
            Hasil DR :
                        WBC   : 11,53
                        HGB   : 12,7
                        PLT     : 263
A/        Stroke  Hemoragik ( perdarahan hipotalamus kiri)
Th/      
·         Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         NGT, kateter
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         Inj. citicolin 500 mg/12 jam
·         Inj. Lapibal/ 12 jam
·         Amlodipin 1x5 mg
·         Paracetamol  X 1000 mg

Follow Up Day 3
2-11-2018
S/         - penurunan kesadaran
O/       
            Tekanan darah             : 165/90 mmHg
            HR                              : 85 x/i
            RR                               : 22 x/i
            T                                  : 36,5 ˚C
            A/        Stroke  Hemoragik ( perdarahan hipotalamus kiri)
·         Th/ Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         Diet sonde
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         IVFD manitol 125 cc/6 jam
·         Inj. citicolin 500 mg/12 jam
·         Inj. Furosemid 1 A/8 jam
·         Inj. Kalnex 500 mg/ 8 jam
·         Inj. Omeprazol / 12 jam
·         SP. Nicardipin 8 cc/ jam
·         Inj. Lapibal/ 12 jam
·         Amlodipin 10 mg
·         Paracetamol  X 1000 mg

Follow Up Day 4
3-11-2018
S/         - penurunan kesadaran
O/       
            Tekanan darah             : 202/106 mmHg
            HR                              : 85 x/i
            RR                               : 22 x/i
            T                                  : 36,5 ˚C
           
A/        Stroke  Hemoragik ( perdarahan hipotalamus kiri)
·         Th/ Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         Diet sonde
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         IVFD manitol 125 cc/6 jam
·         Inj. citicolin 500 mg/12 jam
·         Inj. Furosemid 1 A/8 jam
·         Inj. Kalnex 500 mg/ 8 jam
·         Inj. Omeprazol / 12 jam
·         SP. Nicardipin  12cc/ jam
·         Inj. Lapibal/ 12 jam
·         Amlodipin 10 mg
·         Paracetamol  X 1000 mg

Follow Up Day 5
4-11-2018
S/         - penurunan kesadaran
O/       
            Tekanan darah             : 170/90 mmHg
            HR                              : 87 x/i
            RR                               : 24 x/i
            T                                  : 36,3 ˚C
           
A/        Stroke  Hemoragik ( perdarahan hipotalamus kiri)
·         Th/ Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         Diet sonde
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         IVFD manitol 125 cc/6 jam
·         Inj. citicolin 500 mg/12 jam
·         Inj. Furosemid 1 A/8 jam
·         Inj. Kalnex 500 mg/ 8 jam
·         Inj. Omeprazol / 12 jam
·         SP. Nicardipin 4 cc/ jam
·         Inj. Lapibal/ 12 jam
·         Amlodipin 10 mg
·         Paracetamol  X 1000 mg
·         Haloperidol 2 X 100 mg

Follow Up Day 6
5-11-2018
S/         - penurunan kesadaran
O/       
            Tekanan darah             : 190/90 mmHg
            HR                              : 83 x/i
            RR                               : 25 x/i
            T                                  : 36,9 ˚C
           

A/        Stroke  Hemoragik ( perdarahan hipotalamus kiri)
·         Th/ Head up 30 0
·         02 2-44 L/i
·         Diet sonde
·         IVFD RL 20 gtt/i
·         IVFD manitol 125 cc/6 jam
·         Inj. citicolin 500 mg/12 jam
·         Inj. Furosemid 1 A/8 jam
·         Inj. Omeprazol / 12 jam
·         SP. Nicardipin  10 cc/ jam
·         Inj. Lapibal/ 12 jam
·         Amlodipin 10 mg
·         Paracetamol  X 1000 mg
·         Haloperidol 2 X 100 mg

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger