Ben Sikram Kelaparan

Aljazair

Suatu malam, dalam sebuah perjalanan, Ben Sikram kehabisan bekal. Saat itu berada jauh dari kota atau desa mana pun. Ketika melihat sebuah tenda Badui di kejauhan, dia bergegas mendatanginya, terdorong rasa laparnya. “Seorang tamu berdiri di depan pintumu, semoga Allah memberkatimu!” dia berseru ke dalam tenda.

Orang Badui itu keluar dan menyambutnya dengan sangat ramah. Tapi istri si Badui itu tidak terlalu senang. Dia baru akan mengolesi adonan roti di atas pemanggang, dan tidak punya cukup persediaan makanan untuk tiga orang. Sambil mendesah, dia menggali-gali bara api dan menyembunyikan adonannya di dalam abu panas. “Semua tamu akan disambut,” katanya, “tapi kami merasa sangat malu karena tidak punya makanan untuk ditawarkan malam ini.”

Ben Sikram, yang tadi melihatnya mengubur adonan, duduk bersama tuan rumahnya, dan menghiburnya dengan cerita-cerita perjalanannya. Tidak lama kemudian dia berkata, “Aku merasa kedinginan; biarkan aku duduk di dekat api.”


“Beri dia selimut!” kata istri Badui itu curiga. “Lihat, aku hampir tidak dapat menekuk jari-jariku,” kata Ben Sikram. Orang Badui itu pun menyuruhnya mendekati bara panas. Seraya melonjorkan kedua kakinya dengan nyaman dan menghangatkan kedua tangannya, Ben Sikram melanjutkan ceritanya.

“Kami tiga bersaudara,” katanya, “dan ketika ayah kami meninggal, dia mewariskan pada kami sepetak tanah yang nyaris tidak lebih besar daripada selembar kulit domba. Bagaimana kami membaginya? Kami mulai dengan mengukurnya, berapa jaraknya dari sini ke sana.” Saat dia berbicara, dia menunjukkannya dengan menarik tiga alur dengan tongkatnya melalui tengah-tengah abu perapian. “Tapi adikku menganggapnya tidak adil. Maka kami mengukurnya dengan tali dari sini ke sana.” Dia menusukkan tongkatnya melalui abu ke arah yang lain. “Kali ini kakak sulungku yang merasa tidak puas. Maka kami menggabungkan semuanya.” Sampai di sini, dia mengaduk abu berulang-ulang.

“Semoga Allah mengaduk-aduk perutmu seperti kamu mengaduk-aduk adonan rotiku!” teriak istri Badui itu, marah.

Artikel Terkait:

comment 0 comments:

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 


© 2010 Invest Scenery is proudly powered by Blogger